~Chapter 9~

3.9K 503 8
                                    

Ibu Seokjin menatap cemas anaknya. Setelah pulang terlambat,Seokjin hanya diam tanpa menjelaskan apapun. Ia tahu,ada sesuatu yang terjadi pada Seokjin.

***

Jisoo menatap sosok dihadapannya tanpa ekspresi. Tak ada mimik apapun. Dingin,tenang dan datar.

"Brengsek!" makian kasar yang keluar dari bibir tipis gadis itu memecah keheningan.

Appanya. Sosok yang berada di hadapannya saat ini adalah appanya. Tatapan benci ia layangkan bersama tubuhnya yang menegang menyebabkan rasa sakit dari luka tembak yang ia abaikan.

"Jangan ganggu dia appa. Kumohon!"

"Kau mencampuri urusanku." appa Jisoo hanya berucap dengan tenang,setelah itu keluar dari ruang rawat Jisoo.

"Appa!"

"APPA!"

***

Seokjin berjalan dengan riang dengan sekeranjang buah buahan ditangannya. Ia akan menjenguk Jisoo di rumah sakit. Senyumnya tak berhenti merekah,meski uang jajannya dipotong sang ibu karena pulang telat tanpa memberi kabar.

Ia pun mendudukan diri di kursi halte dan menunggu bus dengan perasaan tidak sabar. Ia merasa ada seorang duduk disebelahnya. Ia pun menoleh dan mendapati Namjoon yang dengan ramah menyapanya.

"Eoh?Namjoon ah?"

"Anyeong,Seokjin ah."

"Kau mau kemana?"

"Ah,aku hendak menjenguk Jisoo Ssi. Kau?"

"Wah!aku juga. Ayo kita berangkat bersama."

Bus pun tiba. Namjoon dan Seokjin pun langsung menaiki bus yang melewati rumah sakit.

***

Jisoo tengah membaca buku dengan tenang. Tubuhnya yang kebas akibat terlalu lama berbaring akhirnya bisa merasa bebas setelah beberapa suster membantunya duduk dengan susah payah.

Ceklek

Pintu ruang rawatnya terbuka,menampilkan dua sosok lelaki tampan dan tinggi dengan senyum lebar di depan pintu.

"Anyeong Jisoo ah/ssi!"

"Huh?kalian?!"

Jisoo tersentak. Kedatangan dua lelaki bermarga Kim itu mengejutkannya. Ia pun mempersilahkan Namjoon dan Seokjin masuk. Mata keduanya tampak berbinar dengan raut bahagia yang kentara di wajah masing masing.

"Ada apa dengan kalian?"

Kembali kompak,mereka menggelengkan kepala secara bersamaan. Sebuah pemikiran bahwa mereka kembar tak identik seakan hinggap di pikiran Jisoo begitu saja.

"Jisoo ah,bagaimana kabarmu apa kau sudah makan?bagaimana lukamu apa masih sakit?kenapa kau tak istirahat?bagaimana kalau-"

Jisoo menggelengkan kepala mendengar pertanyaan pertanyaan yang keluar dari mulut si cerewet Seokjin. Ia langsung menyela ucapan Seokjin yang terus merepet seperti kereta api.

"Seokjin ah,Seokjin ah. Cukup,oke?kau berlebihan. Lihat,aku sehat. Dan sekarang aku sedang membiasakan diri untuk duduk,kau mengerti?"

"Ya tapi-"

"Shhhuuuttt"

"Ekhm,maaf mengganggu lovey dovey kalian,tapi ada kacang mahal disini."

Seokjin dan Jisoo saling betatapan,lalu tertewa terbahak bahak mendengar perkataan alay Namjoon. Jisoo sampai mengaduh karena lukanya sakit bila tertawa kencang.

***

Seokjin sedang menemani Jisoo di taman rumah sakit. Memandangi karya tuhan berbentuk semburat biru,oranye dan pink dengan langit sore sebagai kanvasnya.

Sebenarnya Seokjin khawatir karena nyatanya Jisoo masih agak kesusuhan untuk duduk,ditambah lagi semilir angin yang berhembus agak kencang membuat Seokjin takut Jisoo masuk angin.

Iapun melepas jaket yang dipakainya,dan memakaikannya kutubuh Jisoo. Ia masih terus merasa bersalah saat kejadian Jisoo yang tertembak karena melindunginya.

Sekelebat bayangan tentang kejadian beberapa hari yang lalu terlintas di benaknya. Ia memeluk kepala Jisoo, meletakan dagunya di puncak kepala gadis itu. Jisoo jelas memberontak kecil,tetapi Seokjin malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Biarkan seperti ini,kumohon."

Jisoo terdiam kemudian menganggukan kepalanya kecil ketika mendengar suara bernada ceria lelaki itu tergantikan dengan nada berat penuh aura dewasa. Jelas,Jisoo mengerti bahwa kini seorang Kim Seokjin tengah berbicara serius.

"Seokjin ah,neo gwenchana?"[kau tidak apa apa?]

" hm,nan gwenchana Jisoo ah. Gokjong hajima."[aku tidak apa apa. Jangan khawatir.]

Jisoo kembali bungkam. Posisi yang tidak memungkinkan,membuat Jisoo mengurungkan niat untuk melihat raut wajah Seokjin saat ini.

Ia merasa ada yang tidak beres dengan Seokjin,tetapi memutuskan untuk tetap bungkam ketika mendengar kata 'tidak apa apa'dari mulut lelaki itu.

Keadaanpun menjadi hening dan canggung. Jisoo pikir Seokjin masih merasa bersalah atas kejadian yang menimpanya. Tetapi perkataan yang keluar dari Seokjin selanjutnya membuat Jisoo tertegun.

"Saranghae Jisoo ah."

***
Eciee gantung. Hehehe maafin j yang bertapa,eh hiatus maksudnya. Hp j rusak dan j lupa sandi akun waktu mau ngetik di yang lain. Maaf yah klo ini juga pendek j sengaja karena epep depan bakal ada unch unch nya gitu. Oh!jangan lupa vomentnya yaa

Hold Me Tight[Jinsoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang