"Ugghh"Jisoo membuka matanya perlahan. Semula,ia hendak bangun ketika dunia terlihat buram dan terasa berputar. Jisoo hanya kembali tertidur. Seluruh tubuhnya terasa kaku dan tak dapat digerakkan.
Salah satu kerabat ayah Jisoo masuk kedalam ruang rawat." eoh?Jisoo ah kau sudah sadar. Tunggu sebentar. Akan ku panggilkan dokter."
Jisoo hanya mengangguk. Tak lama dokterpun datang dan memeriksa keadaan Jisoo. "Ma...na ap-appa?" Jisoo berbicara tergagap. Seluruh tubuhnya terasa sakit hingga ia kesulitan bicara.
"Appamu sedang ada keperluan. Istirahatlah dulu. Mungkin dia akan sedikit lama."
***
Appa Seokjin memabawa Seokjin kesalah satu lorong rumah sakit yang agak sepi. Ia dan Seokjin menduduki salah satu bangku yang tersedia disepanjang lorong."Mungkin ini saatnya memberi tahumu sebuah kebenaran Seokjin Ssi." appa Jisoo langsung berbicara dengan serius.
"Dulu,aku berteman baik dengan ayah dan ibumu,Kim Seokmin dan Jung hyejin. Kami bertiga dulunya adalah sahabat dekat. Aku menyukai ibumu sejak pertama kali bertemu. Tapi ayah dan ibumu kemudian menikah.aku patah hati saat itu. Aku mencoba mengikhlaskan mereka bersama tetapi,suatu hari perusahaan kakekmu membuat perusahaan keluargaku hancur. Dan jalan satu satunya yang bisa menyelamatkan perusahaan adalah perjodohan dan akupun menikah dengan eomma Jisoo. Setelah aku kembali bisa menstabilkan perusahaan aku mencelakai ayahmu karena dendam. Aku yang menyabotase mobil ayahmu saat itu hingga ayahmu tewas. Aku membuang eomma Jisoo dan Jisoo. Aku berusaha kembali mendekati eommamu tapi dia menolakku. Hingga kini aku...merasa menyesal. Aku sungguh minta maaf atas kesalahanku. Jisoo pasti sudah tahu hal ini. Ia menyerahkan semua bukti perbuatanku padamukan?serahkan itu pada polisi. Aku akan bertanggung jawab atas semua perbuatanku."
Appa Jisoo pun pergi,meninggalkan Seokjin yang masih termenung,memandang lantai rumah sakit dengan pandangan kosong.
***
"Ap...pa." Jisoo memandang senang appanya yang baru masuk keruang rawat.
"Jisoo ah. Appa disini sayang. Jisoo ingin sesuatu hm?"
"Ji-Jisoo...ingin...di...peluk...ap...pa." ujar Jisoo kesulitan. Hal itu memunculkan rasa bersalah yang termat besar dihati Jungsuk. Sejahat apapun dirinya ia tetaplah seorang ayah yang tak bisa melihat darah dagingnya dalam keadaan seperti ini.
Dengan berlinang air mata,ia rengkuh Jisoo erat. Begitu erat seakan tak ada hari esok. Tangisnya pecah. Bahunya bergetar hebat hingga ia merasakan sebuah tepukan lembut di bahunya.
"Ap-pa...gwe...gwencha...na?ul-ulji...ma...ap...pa. Jisoo...disini."
Jungsuk menangis semakin keras. Berpikir betapa bodohnya ia yang menyia nyiakan Jisoo. Anaknya. Darah dagingnya. Ia berharap tuhan bersedia memberinya waktu lebih lama agar ia bisa menebus kesalahannya pada putrinya.
"Ap...pa."
"Ada apa hm?"
"Di...ngin...Ji-Jisoo...pu-pusing." Jisoo memejamkan matanya perlahan. Ia merasa sangat pusing
Melihat itu,appa Jisoo panik dan segera memanggil dokter. Tak lama,dokterpun datang dan menyuruh appa Jisoo untuk keluar.
Beberapa kerabat yang masih ada disana berusaha menenangkan appa Jisoo. Seokjin yang baru saja berhasil menenangkan diri menghampiri kerumunan.
"Ada apa ini?"
"Jisoo Ssi sepertinya kambuh lagi. Ia sedang diperiksa oleh dokter."
"Kamsahamnida."
Seokjinpun hanya bisa berdiri didekat pintu sembari berharap harap cemas.
Dokterpun keluar tak lama kemudian. "Bagaimana keadaan anak saya uisanim?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight[Jinsoo]
FanfictionYang Seokjin tahu Jisoo adalah gadis berandalan pembuat onar di sekolah. Suatu hari ia melihat sisi lain Jisoo yang membuatnya perlahan lahan merubah pandangannya pada gadis itu.