~Chapter 3~

5K 693 10
                                    

Jisoo dirujuk ke rumah sakit karena sudah tak sadarkan diri selama lebih dari dua menit. Seokjin dengan terpaksa kembali ke kelas meski ada rasa khawatir yang hinggap di hatinya.

Sepanjang pelajaran Seokjin tak pernah bisa fokus. Fikirannya selalu melayang pada gadis babar itu. Kim Jisoo bagaikan teka teki yang membuat Seokjin ingin segera memecahkannya.

Kring...kring

Seakan mengerti kegalauan(?)Seokjin bel pulang berbunyi dengan nyaring. Seokjin dengan cepat membereskan barang barangnya dan dengan cepat meluncur ke rumah sakit.

***

"AAAARRRGGGHHH!"

Jisoo melepaskan infusnya kasar dan melemparkan semua barang yang ada di atas nakas. Hal itu mengundang para dokter dan perawat untuk masuk keruangan gadis itu.

Dokter pun dengan sigap menyuntikkan obat penenang pada gadis itu. Mata Jisoo pun perlahan menutup kembali,tanda gadis itu telah terlelap.

Dokter dan perawat yang menangani Jisoo menghela nafas lega. Pasien yang memiliki trauma memang agak merepotkan,tetapi mereka malah merasa kasihan pada gadis yang sedang tertidur nyenyak di atas brangkar.

Dokter dan para perawat pun keluar dari kamar inap Jisoo tanpa sadar gadis itu tidak terpengaruh obat penenang. Jisoo membuka matanya lalu kembali melepas infus yang terpasang di lengannya.

Jisoo hanya terdiam memperhatikan darah yang keluar dari bekas tancapan jarum infus. Ia sudah terlalu lelah untuk sekedar mengamuk seperti tadi. Kepalanya ia senderkan di kepala brangkar.

Seokjin yang baru memasuki kamar inap Jisoo pun terkejut,ketika melihat lengan Jisoo yang berdarah di tambah gadis itu tengah menunduk sembari menangis.

Seokjin dengan sigap menyimpan buah tangan yang di bawanya diatas nakas,lalu membawa gadis itu kedalam pelukannya. Ia menepuk nepuk punggung Jisoo pelan,bermaksud membuat gadis itu tenang.

Bukannya berhenti,tangisan Jisoo malah semakin kencang. Masih dengan posisi memeluk Jisoo, Seokjin memencet bel darurat,membuat dokter dan beberapa suster berdatangan.

Mengerti apa yang terjadi,beberapa suster mencoba memasangkan kembali selang infus ke lengan Jisoo,tetapi Jisoo kembali memberontak.

"Sssttt. Pakai selang infusmu ya?aku janji akan menjagamu."

Jisoo mengangguk sembari tetap menyembunyikan wajahnya di dada bidang Seokjin. Dokter dan perawat yang melihat kejadian itu pun tersenyum.

Para perawat kembali melanjutkan tugasnya,yaitu memasang kembali selang infus ke lengan Jisoo. Setelah selesai,para perawat tersenyum singkat ke arah Seokjin dan langsung meninggalkan kamar inap Jisoo bersama para dokter.

Jisoo mendongakkan wajahnya ke arah Seokjin yang lebih tinggi. Seokjin hanya tersenyum dan kembali mengelus elus kepala Jisoo.

Jisoo segera melepaskan pelukan Seokjin. Ia mengusap air mata di wajahnya kasar. Wajahnya berubah datar. Ia melihat kearah jendela,berusaha agar tidak bertemu pandang dengan Seokjin.

Seokjin hanya mengernyit bingung. Heran mengapa gadis itu bisa berubah dengan sangat cepat. Tapi ia hanya tersenyum. Memaklumi gadis ber ego tinggi di hadapannya.

"Maaf."

"Hmm?"

Lagi lagi,Seokjin tak mengerti dengan apa yang dikatakan Jisoo. Gadis itu tiba tiba minta maaf,meski dengan nada ketus dan pandangannya yang belum berakih sedikitpun dari jendela.

"Ish!aku minta maaf karena telah membuat bajumu basah dengan air mataku."

"Ah,begitu. Tak apa. Aku tahu kau butuh seseorang saat ini."

Hening pun menguasai kamar inap Jisoo. Baik Jisoo maupun Seokjin tak ada yang berniat membuka pembicaraan.

"Saat aku masih di dalam kandungan,ibuku selalu berusaha menggugurkanku,bahkan belasan kali. Tapi aku terlalu kuat hingga akhirnya aku lahir. Dari mengandung aku hingga aku lahir ibuku mengalami depresi karena tahu ayahku menikahi ibuku karena dijanjikan sebuah perusahaan. Dari aku kecil,aku selalu mengalami kekerasan fisik yang menyebabkan aku trauma. Hingga aku berumur  sebelas tahun,ayahku mengambil hak asuhku. Akupun tinggal dengan ayahku hingga kini. Ibuku dirawat di rumah sakit jiwa dan baru meninggal dua bulan lalu. Meski mengambil hak asuhku dari tanganku,ayahku tak pernah peduli denganku. Dan akibat sering mengalami percobaan pengguguran,fisikku lemah."

Dapat Seokjin lihat,Jisoo bercerita sembari tersenyum getir dan mata yang mulai berkaca kaca. Jisoo melanjutkan ceritanya.

"Kau adalah orang ketiga yang tahu ceritaku setelah bibi yang mengurusku dan sahabatku yang telah meninggal. Bisakah kau menjaga rahasia,bisakah kau kupercaya?"

Seokjin mengangguk. Ia membawa Jisoo kedalam dekapannya. Ikut merasakan kesedihan yang gadis itu alami. Seokjin berjanji ia akan menjaga gadis itu.

***
Duuh maaf chap ini kayaknya berantakan yaa. Maaf saya buatnya buru buru karena ini terakhir up sebelum saya hiatus untuk PAT. Maaf untuk typo typo yang kalian temui dalam part ini. Jangan lupa klik yang ada di pojok kiri bawah😊😉

Hold Me Tight[Jinsoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang