~Chapter 19~

3.1K 340 1
                                    

Kini Seokjin dan Jisoo berada dikantin kampus. Hening menguasai membuat suasana terasa canggung. Jisoopun mengeluarkan sebuah map coklat dari dalam tas.

"Kau bisa hujat aku bahkan membenciku setelah tahu isi map ini"

Jisoo pun pergi meninggalkan Seokjin begitu saja. Sekilas,terlihat kesedihan dimata itu tapi Seokjin memutuskan untuk tidak peduli. Ia melirik map itu sejenak. Dibagian atas map itu bertuliskan angka angka yang sepertinya sebuah tanggal dan waktu.

Seokjin terhenyak. Tanggal yang tertera di map itu sama dengan tanggal kematian sang ayah. Dengan rasa penasaran yang tinggi,Seokjin segera membuka map itu tan membaca isinya.

Seketika pandangannya kosong. Seokjin shock. Ia tak mampu berkata apapun apalagi bergerak. Benar dugaannya selama ini jika kecelakaan sang ayah adalah sabotase. Sebuah note kecil terjatuh dari map. Seokjin segera membaca ini.

Pertama aku ingin minta maaf mewakili appaku. Akupun tak menyangka jika ia yang telah membunuh appamu. Ini juga salah satu alasanku kenapa aku memutuskan hubungan kita. Aku tak sanggup setiap melihat wajahmu. Sungguh,perasaan bersalah ini sangat menggangguku. Tapi kumohon,kau harus menyerahkan bukti ini secepatnya kekantor polisi dan katakan pada mereka bahwa akulah dalang kecelakaan itu.

Kuharap kau bahagia oppa[ah,apa masih boleh aku memanggilmu begitu?:-) ]dan terimakasih sudah ada dalam kisah hidupku.

Seokjin meneteskan air mata mengetahui kenyataan yang sebenarnya dibalik kematian appanya. Seokjin tak mengira jadinya akan serumit ini. Ia berharap ini hanya mimpi dan ia akan segera terbangun.

Tapi Seokjin harus menerima kenyataan bahwa ini bukan hanya mimpi. Ini kenyataan yang harus ia terima. Sepanjang kelas berlangsung pun,Seokjin hanya melamun. Bimbang akan pilihannya memasukkan Jisoo kepenjara atau memaafkan gadis itu.

Hingga ia pulang keapartemennya kinipun Seokjin masik tak tahu apa yang harus ia pilih. Seokjinpun bersiap siap untuk pergi ke bar ia Berharap alkohol dapat mengurangi beban beban yang dihadapinya.

***

Jisoo menatap beberapa gaun pengantin dihadapannya kosong. Tak ada gaun yang bisa menarik perhatiannya.

Namjoon sendiri hanya menatap Jisoo iba. Dia pun sama seperti Jisoo yang tak bisa berbuat apapun.

"Jisoo ah."

"A-ah iya?"

"Mari kita pulang. Sudah hampir malam."

"Hmm. Ayo."

Seokjin menatap nanar sebuah undangan ditangannya. Undangan cantik dengan tema black and gold itu terlihat klasik. Tetapi Seokjin tidak akan mengaguminya. Apalagi melihat dua nama yang bersanding disana.

Kim Jisoo & Kim Namjoon

Rasanya Seokjin ingin marah dan menonjok Namjoon. Ia kira Namjoon menghianatinya. Tetapi Seokjin berusaha berpikir jernih. Ia sadar 'apa haknya untuk melarang Jisoo bahagia?' pikirnya.

Seokjin pun berjalan gontai kekamarnya. Mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah.

***

Tak hanya Seokjin, Jennie pun memdapat undangan itu. Ia dan Seokjinpun sepakat bertemu untuk meluruskan permasalahan.

"Seokjin oppa. Tolong maafkan Namjoon oppa. Ia tak berniat merebut Jisoo darimu mereka dijodohkan."

"Dijohkan?"

"Iya. Mungkin Jisoo noona tak mengatakannya karena khawatir kau terluka. Tapi yang mengirim undangan itu sepertinya bukan mereka berdua."

"Hhh...ini semakin rumit." gumam Seokjin. Ia sepertinya harus mempersiapkan diri untuk kejutan kejutan yang menantinya.

Hold Me Tight[Jinsoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang