Hembusan angin mengibarkan rambut Jisoo. Ia sedang berada di atap sekolah sembari merenung dengan sekaleng minuman bersoda di tangannya.
Pandangan itu kosong. Tak menyiratkan apapun yang ada di balik manik sehitam sayap gagak itu. Kim Jisoo melamun.
Gadis itupun tersadar dari lamunan dalamnya. Matanya kembali menelisik apapun yang ada di sekitarnya,mengabaikan matahari yang terasa semakin membakar kulit.
Hingga pandangannya jatuh pada lapangan luas yang ada di bawah. Tampak seperti memandangi ruang luas itu,padahal sebenarnya ia tengah memikirkan banyak hal.
Ada yang janggal dengan kematian ibunya.
Meski telah diselidiki oleh polisi ,Jisoo merasa tak yakin. Ia tak pernah bisa percaya pada siapapun,bahkan pada dirinya sendiri. Gadis itu tak mau jatuh kelubang yang sama.
Krrriiinggg...
Bel tanda istirahat berakhir pun berbunyi nyaring,membuat Jisoo sedikit tersentak. Gadis itu segera menuruni tangga rooftop dengan cepat mengingat kelasnya agak jauh letaknya dari ruang tak beratap itu.
Tes!
Jisoo menghentikan langkahnya ketika merasa sesuatu mengalir dari hidungnya. Pandangannya pun jadi agak kabur. Jisoo menyentuh sesuatu yang mengalir itu. Darah. Ia segera mengambil tissue yang berada di kantung rok seragamnya.
Jisoo tetap berjalan menuju kekelasnya tanpa mempedulikan tatapan aneh murid lain yang melihat Jisoo menutup hidungnya dengan tissue.
"Kim Jisoo!"
Suara seseorang yang memanggil namanya terdengar familiar. Jisoo segera mengalihkan atensinya kepada orang yang memanggilnya.
"Eoh?Seokjin ah?"
Seokjin yang sudah menemukan orang yang dicarinya pun berhenti di depan orang yang dicarinya tersebut dengan terengah engah.
"Hahh...hah...kau kemana saja Jisoo ah?"
Jisoo hanya tersenyum tidak enak pada Seokjin karena sepertinya lelaki itu mencarinya sembari berlari. "Aku berdiam di rooftop tadi."
"Kau tahu?aku sangat cemas tadi. Jangan pergi tanpa aku mengerti?"
Jisoo hanya menjawab pertanyaan Seokjin dengan mengangguk,membuat Jisoo sangat menggemaskan di mata Seokjin. Lelaki itupun mengacak rambut Jisoo gemas lalu menautkan jemari gadi itu dengan jemarinya.
"Kajja,[ayo] kita ke kelas." Jisoo merasakan rasa panas di di pipinya. Rona merah bak buah apel yang matang menghiasi pipinya akibat perlakuan Seokjin yang menggenggam tangannya. Jisoo hanya mengiakan ajakan lelaki itu dengan menunduk menahan malu,meski tahu lelaki itu taakan bisa melihatnya.
Jisoo hanya berharap ia cepat sampai kekelas karena baru kali ini ia merasa perjalanan dari rooftop kekelas terasa sangat jauh.
***
Jisoo mendengus sebal. Sepanjang perjalanan menuju halte,Seokjin terus saja mengganggunya. Apalagi sekarang lelaki tinggi berbahu lebar itu memasang wajah memelas yang saaaangaaaat imut. Saking imutnya,Jisoo ingin sekali membogem wajah melas menjijikan itu.
"Ya,Chicho chi~Chicho chi~ice cream. Palli juseyo~~~" ucap Seokjin dengan memanyunkan bibir,mengedip ngedipkan mata seperti orang kelilipan dan kaki yang dihentak hentak,membuat Jisoo tertawa.
"AHAHAHAHAHA. Ya,Seokjin ah,muka mu itu...aduh!hahahaha. Menjijikan sekali!"
Jisoo tertawa puas,sedangkan Seokjin hanya tersenyum. Sebuah kemajuan bagi Seokjin saat berhasil membuat gadis kulkas itu tertawa.
Seketika Jisoo mematung. Ia memeluk tubuh Seokjin dengan cepat.
Dor!
CRATT!
"AAAAAAA!"
BRUGH!
Seokjin merasa dunianya berhenti berputar. Tubuhnya bergetar memeluk tubuh lemas Jisoo yang tertembak di punggung.
Tak peduli keadaan. Seokjin segera menelepon ambulan.
"Ini dengan rumah sakit Seoul national hospital ada yang bisa saya bantu?"
"To...tolong kirimkan ambulan ke Seoul SHS ada yang tertembak disini."
"Ma...maaf tapi jalanan sedang macet total. Ambulan akan sampai ke sana satu jam lagi ."
"Apa?!satu jam lagi?!ITU TERLALU LAMA,TEMANKU SEKARAT!!!"
"AAAAARRRRRGGGGHHHHH"
Seokjin pun tak dapat berpikir jernih. Ia nenutup telepon dan segera menggendong Jisoo dengan gaya bridal style kerumah sakit.
"Hah...hah. Ji...Jisoo ah...hah...Ireona,jebal.
(bangun,kumohon)" hiks...Ireona palli,Jisoo ah(cepat bangun)
"Hiks kajima. Hiks...ireona...ireona...ireona jebal...hiks...hiks."
"Seok...jin...ah. Gwenchanayo...Naneun gwenchana.(tidak apa aku tidak apa apa)."Jisoo berusaha tetap sadar. Ia tersenyum pada Seokjin.
"Bertahanlah Jisoo ah...bertahanlah. Sebentar lagi kita sampai ne?"
Jisoo tak mampu berbicara. Seluruh tenaganya seakan tersedot keluar. Ia hanya mampu mengulas senyum saat melihat wajah lelaki itu yang terbalut keringat dan raut khawatir.
Jisoo mengumpat dalam hati. Ah,disaat begini,dia masih saja bisa merasakan jantungnya yang berdebar. Matanya memejam menikmati rengkuhan hangat Seokjin. Waktu seakan melambat dan terasa begitu lama.
..
.
.
.
.
.
.
.
.
'Benarkah aku menyukaimu Seokjin ah?'***
Oke,ceritanya tadi Jisoo itu ngeliat orang pake baju serba item sambil megang pistol yang dibidiknya itu ke arah si Seokjin jadi si Jisoo ngelindungin si Seokjin dan si Jisoo deh yang ketembak. Stay read and vote yaa yeorobun!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight[Jinsoo]
FanfictionYang Seokjin tahu Jisoo adalah gadis berandalan pembuat onar di sekolah. Suatu hari ia melihat sisi lain Jisoo yang membuatnya perlahan lahan merubah pandangannya pada gadis itu.