~Chapter 5~

4.6K 576 11
                                    

Sebelumnya j mau ngucapin maaf telat up karena kondisi j yang kurang sehat dan writer block yang melanda juga terimakasih yang sebanyak banyaknya kepada para readers setia yang mau membaca karya abal saya ini. Makasih untuk bintang yang kalian berikan untuk HMT. Happy reading!

***

Mentari telah memancarkan semburat oranye di langit biru. Memperhangat suasana pagi yang tak biasa bagi gadis tanpa kasih sayang seperti Jisoo.

Kini ia tengah membantu ibu Seokjin membuat sarapan. Memang tindakan yang sederhana,tapi mampu membuat hatinya yang beku perlahan mencair. Ia merasa seperti gadis normal dalam hangatnya lingkup kehidupan sebuah keluarga.

Bahkan Seokjin yang melihat keduanya secara diam diam merasakan kehangatan itu juga. Ia tersenyum. Membayangkan seakan Kim Jisoo adalah istrinya yang tengah menyiapkan sarapan untuknya bersama sang ibu mertua.
.

.

Tunggu,...
.

.

Ada yang tak beres disini.
.

.

Seokjin memukul kepalnya pelan. Menyalahkan otaknya yang telah membayangkan hal yang tidak tidak.

"Aisshhh,berfikir apa aku ini." gumamnya sembari keluar dari tempat persembunyiannya.

Jisoo tersenyum cerah ketika Seokjin memasuki dapur dan jangan tanya bagaimana jantung Seokjin sekarang.

Baik.

Tenang,jantungnya masih baik baik saja. Tapi...mungkin tidak lama karena jantungnya berdetak sangat cepat,hingga rasa rasanya jantungnya akan copot.

Seokjin hanya balas tersenyum canggung sembari menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal.

Ibu Seokjin sendiri hanya tersenyum disela kegiatannya mengatur meja makan.

***

Ijin untuk tidak masuk sekolah,Jisoo memilih angkat kaki dari kediaman Seokjin yang disertai rasa sedikit tidak rela dari ibu Seokjin yang katanya sudah merasa nyaman dengan kehadiran Jisoo.

Dan disinilah Jisoo sekarang. Di depan sebuah rumah besar yang nampak suram dan sunyi. Ya,suram. Bukan karena warna catnya yang mengelupas atau karena tamannya yang tak terurus. Tapi suram karena semua orang yang melewatinya pun tak dapat merasakan satu kehangatan yang ada disana.

Jisoo menyentuh pagar putih didepannya. Ia menghela nafas sejenak.

Krieeettt

Suara pagar yang dibuka memecah suasana sepi. Jisoo melangkah dengan perlahan memasuki rumahnya.

"Kau sudah pulang?"

Sebuah suara berat menghentikan langkah Jisoo. Didepannya sang ayah tengah duduk dengan secangkir kopi dan koran di tangannya. Jisoo mengatupkan rahangnya kuat kuat,berusaha menahan amarahnya.

"Ya. Aku sudah pulang." jawab Jisoo datar.

"Kudengar kau keluar dari rumah sakit kemarin,kenapa baru tiba sekarang,kemana saja kau?"

"Memang apa pedulimu?"

"Kim Jisoo..."

Ayah Jisoo menjeda ucapannya. Ia menyimpan kopinya dan melipat koranya,lalu melempar beberapa foto secara kasar ke meja dihadapannya. Jisoo yang melihat foto foto itu dimeja,terkejut.

"Apa lagi maumu sekarang?"

"Hey,tenanglah. Duduklah dulu."

"Ck!dasar tua bangka! Apa yang mau kau lakukan padanya HAH?!"

"Hanya ingin kau menuruti perkataanku. Kalau tidak..."

"Seokjinmu ini akan dalam bahaya."

***

Jisoo memperhatikan keadaan di sekitarnya. Ia tersenyum miris. Kantin tempatnya berlabuh saat jam istirahat tiba begitu ramai. Murid murid lain bergerombol bersama teman mereka yang lain.

Berbeda dengan Jisoo. Ia hanya duduk dibangku paling pojok. Tak ada yang berani duduk di dekatnya,padahal meja yang ditempatinya cukup untuk sekitar enam orang.

Ia kembali meminum jus alpukatnya dan menyantap semangkuk ramyeon yang sempat ia abaikan.

"Jisoo sunbae!"

Jisoo mendongak,menghentikan aktifitas menyantap ramyeonya untuk melihat siapa yang memanggilnga tadi.

"Eoh?Kim Jennie?"

"Hai sunbae. Boleh aku duduk disini?tak ada meja yang kosong selain meja sunbae."

Jisoo hanya tersenyum. "Tentu saja. Tapi...pasti kau pernah mendengar gosip buruk tentang aku kan?"

Jennie yang asalnya sibuk memakan makanannya mendongak menatap Jisoo. Ia lantas tersenyum tulus dan berkata. "Meski dimata orang lain Jisoo sunbae buruk,tapi di mataku Jisoo sunbae adalah orang yang baik."

"E...em,terimakasih."

Jennie pun hanya tersenyum. Tak lama kemudian,Seokjin dan Namjoon ikut bergabung ke meja Jisoo dan Jennie. Namjoon pun dengan gamblang merangkul Jennie fan mengatakan kalau Jennie adalah pacarnya.

Melihat kehangatan yang ada di mejanya,Jisoo sedikit menitikan air matanya. Ia menangis bahagia. Seokjin yang menyadari Jisoo menitikan air mata hanya tersenyum simpul. Jisoo sudah mulai berubah.

Hold Me Tight[Jinsoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang