"Jangan harap dengan sikap lo kayak gini, lo bisa narik perhatian gue."***
Melihat luka memar yang ada di kepalan tangan Daniel, rasanya Cindy ingin mengobatinya. Jiwa kepeduliannya itu sudah melekat di tubuhnya sejak ia dari kecil.
"Tunggu!"
Cindy menghampiri Daniel yang kini berhenti karena mendengar suaranya. Ia memegang tangan Daniel, bermaksud untuk melihat luka itu.
Tetapi, dengan sigap Daniel menghempaskan tangan Cindy yang membuat Cindy mengeryit kesakitan.
"Itu tangan kamu memar, harus segera diobatin, kalo gak gitu... "
"Lo siapa gue?" potong Daniel yang membuat Cindy melongo menatap ke arahnya.
Cindy terus menatap ke arah Daniel sedangkan Daniel hanya menatap ke arah lain, seakan akan disampingnya tidak ada orang.
"Bisa gak sih, ngehargai orang kalo lagi ngomong?"
Perkataan Cindy barusan dapat mengundang Daniel untuk menanggapinya.
"Emang omongan lo mau gue hargai berapa? Lo juga gak usah banyak omong, lama lama lo yang gue potong mau? "
Daniel pun beranjak pergi tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya. Namun, Cindy mencekal tangan lelaki itu dan langsung membawanya ke UKS.
Disana Cindy mengobati tangan Daniel dengan telaten. Sedangkan Daniel tidak sama sekali melirik gadis yang kini ada di sebelahnya.
"Jangan harap dengan sifat lo kayak gini lo bisa narik perhatian gue."
Mendengar itu Cindy berhenti membalutkan perban putih di tangan Daniel. Sungguh, ia tidak mengerti, apa maksud dari Daniel barusan.
"Narik perhatian gimana? Aku gak ada niatan begitu." ucapnya seraya melanjutkan balutan perban tadi.
Kali ini ia menatap ke arah Cindy dengan tatapan penuh arti. Sesekali ia melirik name tag gadis yang ada di sampingnya.
Cindy.
Tanpa di sadari, kini Cindy berbalik menatap Daniel yang masih melihat name tagnya.
"Aw!!"
Satu cengkraman mendarat di tangan Daniel yang membuatnya menjerit kesakitan. Cindy sengaja melakukan itu karena ia melihat Daniel yang menatap ke arah dadanya, membuat ia negatif thinking.
"Jangan berani macam macam!"
"Siapa juga yang mau apa apain lo, gue cuman liat name tag lo doang."
Hening. Hanya terdengar suara jeritan anak perempuan dari lapangan yang kini sedang bermain sepak bola. Tau sendiri kan bagaimana jika kaum hawa bermain sepak bola?
Cindy terkesipu malu, pipinya menjadi, ia sangat bodoh, bodoh, bodoh.
"Yaudah aku balik dulu"
Tanpa menunggu respon Daniel, ia beranjak pergi keluar UKS.
"Yaudah sono lo balik."
🍭🍭🍭
Saat sampai di kelas, Cindy melihat Nanda dan Dania yang kini menatap ke arahnnya dengan tatapan tajam. Sepertinya ia akan di sidang setelah ini.
"Dar.. "
"Dania... "
Suara Nanda terhenti ketika ada seseorang yang memanggil nama Dania. Dania menoleh ke arah sumber suara yang sama sekali tak asing. Ternyata itu adalah suara Barber yang sangat menjijikan baginya.
*Barber: Bara bere ( Bara)
Cindy bersyukur atas kedatangan Bara, karenanya ia tak jadi di sidang oleh kedua sahabatnya itu.
"Ngapain sih lo. Nyontek pr? Lagian hari ini jamkos total."
Dania sudah menebak apa maksud dari godaan Bara barusan. Bara memang sering mencontek tugas Dania. Bukan sering, tapi selalu, yang membuat Dania malas duduk dengannya. Dari dulu, Dania ingin membuang Bara ke sungai bahkan laut sekalipun kalau ia merasa sangatlah jengkel kepada si Barber.
"Kok tau sih. Gak papa lah Dan, biar besoknya gak ngebut ngebut ngerjain hehe."
🍭🍭🍭
Kringg kringgg kringgBel pulang sekolah berbunyi.
Hari ini Cindy tidak menebeng mobil Nanda karena pulang sekolah nanti Nanda ada acara bersama keluarganya. Jadi terpaksa untuk pulangnya ia harus naik angkot.
Cuaca yang tak mendukung membuatnya malas untuk pulang ke rumah ditambah lagi angkutan yang tak kunjung datang membuatnya semakin eteb.
*eteb: bete.
1 menit 2 menit.
Buliran air jatuh dari atas, yang semakin lama semakin deras.
Motor matic berwarna putih yang dikendarai seorang laki-laki itu langsung minggir dan menghampiri Cindy yang tengah duduk sendiri. Dengan jas hujan mirip kelelawar yang masih menempel di badannya. Masker superman yang menutupi sebagian wajahnya ditambah helm yang bercorak kartun doraemon, membuat Cindy berfikir kalau cowok ini sangat menyukai kartun.
Rasanya Cindy ingin tertawa melihat penampilan cowok tersebut, tapi ia berusaha untuk menahannya.
"Gak usa ketawa."
Bersambung..
Jangan lupa tinggalin vote dan komentar
-ChindyA
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Teen FictionSilahkan kalian membaca kisah tentang Cindy dan Daniel dengan tenang tanpa tekanan :) Cover by @DWK_Graphic