"Fighting ! Untung-untung kalau Daniel kepincut sama lo Cin ckckck"
Cindy hanya menggeleng-gelengkan kepala, ia menatap kedua sahabatnya dengan tatapan lesu "Gak papa Cin, kalau dia kepincut sama lo, terus kalian jadian, bisa jadi Daniel gak bakal judes lagi ckck"
Nanda dan Dania semakin terkekeh. Mereka terus saja menggoda sahabatnya yang pemalu itu. "Kayaknya Daniel judes gara-gara efek jomblo deh, ya gak Dan?"
Dania mengangguk "Betul, coba deh Cin,siapa tau loh. Biar lo juga gak jomblo terus" Kata Dania sambil mengedipkan sebelah matanya.
*****
"Niel, lo seriusan gak keberatan nyanyi sama temannya Nanda itu" kata Obi yang tiba-tiba duduk di depannya.
Daniel yang sedang asyik memainkan gitar, harus menghentikan sejenak, kemudian ia menatap Obi "Kenapa?kenapa harus keberatan?"
Obi mengerutkan dahi, "Ya lo kan gak seberapa kenal sama dia kan?kenapa lo gak nolak, terus ganti sama Nanda aja, kan lo lebih kenal tuh sama dia"
"Gue gak peduli mau kenal apa kagak" Daniel kembali memainkan gitarnya. Ia tidak peduli apa yang dikatakan Obi barusan. Baginya, kenal atau tidak itu tidak masalah, toh mungkin dari sini mereka bisa saling mengenal bukan?
Rasanya keberadaan Obi saat ini tidak dianggap oleh Daniel. Obi mulai kesal, mungkin menggoda Daniel saat ini menyenangkan. "Kalau lo suka sama itu cewek gimana?"
Daniel menoleh kearah Obi "Maksud lo?" Obi mendenguskan nafasnya kasar, " Kalau lo suka sama si Cindy gimana?"
"Lo cemburu?
"Lah, ngapain, kenal aja kagak"
"Ya mangkanya kenalan"
"Gue tanya lo serius Niel"
Hening. Baik Daniel maupun Obi tidak ada yang bersuara.
"Oh ya, lo masih gamon ya sama Biola biola itu. Astaga! Kenapa gue bisa lup—"
"Viola!" kata Daniel tidak terima.
*****
Bel pulang sekolah berbunyi. Keadaan kelas sudah sepi, hanya tersisa Cindy, Dania dan Nanda. Dania dan Nanda memang sengaja pulang akhir hanya untuk menunggu sahabatnya, Cindy.
Danieljr : Gue tunggu di depan lap komputer
"Udah kalian pulang aja gak papa. Ini Daniel nunggu di depan lap"
"Okelah"
Setelah menelusuri koridor, Cindy menemukan sosok diujung sana. Sedang duduk sambil memegang gitar di tangannya. Iya yakin pasti itu Daniel.
"Cin gue balik duluan ya" kata Nanda berpamit. "Gue juga ya. Bye jangan grogi oke ckckc" kata Dania sambil mengacungkan jempol ke arah Cindy.
Cindy tersenyum, kemudian ia menghampiri Daniel yang ada diujung sana. Sebelumnya ia harus memastikan bahwa itu adalah Daniel, karena orang itu sedang sibuk dengan ponselnya.
"Jadi latian?" tanyanya hati-hati.
Daniel mengangkat dagunya ke arah Cindy, "Menurut lo?"
Ia beranjak dari kursi, kemudian berjalan kearah selatan, dengan segera Cindy mengikutinya dari arah belakang. "Latiannya di kelas gue aja"
Kelas kita kan atas bawah, kenapa nunggunya di depan lap, kan jauh banget dari kelas. Batin Cindy.
Sesampai di kelas Daniel, Cindy melirik kesemua penjuru, ia memastikan tidak ada ada anak selain dirinya dan Daniel. Kalau sampai ada, ia tidak akan mau latian di tempat itu.
Daniel menoleh kearah Cindy yang masih di depan pintu sambil melihat ruangan kelasnya. "Ngapain lo disitu? Masuk."
Cindy menurut, ia duduk di depan Daniel. Setelah itu ia mengeluarkan lembaran lirik dari dalam tasnya yang tadi malam ia print.
Saat ditengah-tengah latian, Cindy merasakan ada hal aneh di dalam perutnya. Sepertinya cacing-cacing itu sudah berdemo untuk meminta makan. Untung saja cacing itu tidak mengeluarkan bunyi yang keras, sehingga Daniel tidak dapat mendengarnya. Kalau sampai Daniel mendengarkan, bisa bayangkan bagaimana wajah Cindy saat itu.
Krukk krukk
Daniel menghentikan tangannya, karena terganggu suara tadi "Suara apa?" tanya Daniel sambil melihat sekitarnya. Muka Cindy seketika berubah menjadi merah. "Emm, gak tau. Udahlah gausa dibahas"
Krukk krukk
Astaga ini cacing! Batinnya
Tanpa sadar, Cindy memegang perutnya, bersamaan dengan Daniel melihat kearahnya. Raut wajah Cindy berubah menjadi cemas. Ia tidak menyadari bahwa Daniel sedang memperhatikannya.
Daniel berdiri, kemudian berjalan ke arah pintu "Buruan ikut."
"Kemana?"
"Lo laper, kayaknya gue harus kasih lo makan. Gue gak mau anak orang mati kelaperan gara-gara gue"
"Tapi gak bawa uang"
Daniel menoleh " Entar lo yang nyuci."
*****
Karena kantin sudah tutup, akhirnya mereka memutuskan untuk membeli makanan di luar sekolah. Daniel berjalan menuju tukang mie ayam langganannya.
"Kang, mie ayam biasanya dua"
"Oh den Daniel toh, mau makan sini atau bungkus den?" tanya penjual itu dengan ramah. Ia dan Daniel sudah lama saling mengenal, karena Daniel dan teman-temannya sering makan mie ayam disini. Katanya enak.
"Makan sini aja"
Cindy yang duduk di sebelah Daniel hanya diam saja, ia cemas akankah perkataan Daniel tadi serius?
Harus mencuci piring
Setelah beberapa menit menunggu, akang itu berjalan menuju meja mereka dengan membawa dua mangkok mie ayam. "Eh, ini pacarnya den Daniel? Cantik pisan " akang itu tersenyum kepada Cindy.
Daniel dan Cindy saling tatap "Bukan" jawab mereka bersamaan.
"Oh lagi pdkt ya? Yasudah saya tinggal dulu"
Tanpa peduli, Cindy segera melahap makanan itu, karena ia rasa sudah tidak kuat menahan demoan cacing di dalam perutnya.
(Anggep itu mereka lagi gak bawa tas ya wkwk)
Halo^^ jangan lupa vote yaa
Lama gak update huhu 😭-ChindyA
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Teen FictionSilahkan kalian membaca kisah tentang Cindy dan Daniel dengan tenang tanpa tekanan :) Cover by @DWK_Graphic