Pelajaran olahraga membuat Cindy sangat bosan. Di tambah Pak Handoko-- Guru olahraga, yang hanya memberi materi kemudian meninggalkan siswa-siswinya dengan begitu saja. Apalagi materi yang diberi adalah bola voli.
Baginya, melakukan passing bawah berkali-kali cukup menguras energi yang membuatnya lelah. "Nan udah ya, capek. Sama Dania aja tuh," ucap Cindy sambil berjalan menuju ke arah Dania.
Satu botol habis di minumnya. Sepertinya ia sangat lelah kali ini. Cindy melihat sekeliling lapangan, disana ia menemukan seseorang yang membuatnya teringat sesuatu sejak 1 hari yang lalu. Cindy beranjak dari tempat duduk dan segera menghampiri orang itu.
Cindy berusaha mencegah langkah Daniel. Ini benar-benar sangat memalukan baginya. Ia terus menghalangi langkah Daniel, yang membuat Daniel berdecak sebal.
"Mau apa sih! Minggir!" sentak cowok itu.
Mendadak Cindy gugup, ia terus memandang Daniel sambil merancang kata-kata yang tepat.
"Emm--itu kemarin--"
Belum selesai Cindy bicara, Daniel mendorong bahu Cindy kesamping.
"Kemarin cuman dare, aku juga nggak ada maksud apa-apa kok. Jadi aku cuman jelasin aja, biar kamu gak ngira yang aneh-aneh, dan yang sms kemarin itu Nanda, bukan aku."
Daniel segera memutar tubuhnya menghadap ke arah Cindy yang tadi ia campakkan. "Lo berharap gue ngira lo suka sama gue?"
Cindy terdiam. Bukan itu yang ia maksud.
"Terus kalo gue ngira lo suka sama gue, gue bakalan nanggapin lo gitu?" Daniel hanya tertawa jahat, kemudian melanjutkan kalimatnya lagi, "Sorry, gue gak minat sama lo!"
Cindy benar-benar tidak paham apa yang dimaksud Daniel. Padahal ia hanya menjelaskan maksud dari vidcall kemarin, sekaligus pesan yang waktu itu di bajak oleh Nanda.
"Woi, Cin,"
Cindy memutar badannya dan mendapati siapa orang yang menyapanya tadi.
"Ngapain lo disini? Balik ke kelas yuk," ajak Nanda sambil merangkul bahu Cindy dan Dania.
Sesampai di kelas Cindy dan Nanda segera duduk di bangkunya. Namun, hanya Dania yang tidak segera duduk. Rupanya di bangkunya kini ada seseorang yang sedang asik mengobrol dengan Bara.
"Minggir! Gue mau duduk. Capek." kata Dania dengan sifat khasnya yang ketus.
"Bentaran doang. Gue baru nyampek."
"Ini bangku gue! Jadi gue berhak ngusir lo kan?" Namun beberapa saat kemudian, Adam muncul dari balik pintu dan menghampiri Bara dan Daniel.
"Gue cariin lo kemana-mana tau gak." Adam duduk di bangku depan Bara yang menghadap ke arahnya. Dania melirik Adam, kemudian segera pergi dan duduk di samping Cindy.
Nanda merasakan keanehan dari sahabatnya ini. Biasanya mereka saling bercerita satu sama lain, tapi sekarang mereka hanya berdiam saja dan menciptakan suasana hening. Hanya terdengar celotehan-celotehan Bara dkk karena di kelas hanya ada mereka berenam. "Kalian kenapa sih? Kok diem?"
"Capek." jawab Cindy dan Dania bersamaan.
Sambil berbincang-bincang, sesekali Daniel menatap ke arah Nanda, Dania dan.. Cindy. Yang membuat Cindy harus mengalihkan tatapannya.
"Lo semua gak ada pelajaran apa?" tanya Bara pada Daniel dan Adam.
"Sekarang jam berapa?" Adam melirik jam tangannya, "Udah lebih jamnya!"
"Ulangan sejarah! Mampus!" tambah Daniel. Adam dan Daniel segera beranjak keluar menuju ke kelasnya. Jam pelajaran Fisika yang jamkos sudah selesai 15 menit yang lalu, setelah itu di lanjutkan pelajaran sejarah yang kebetulan hari ini ada ulangan harian.
Akhirnya Dania dan Cindy bisa bernafas lega, setelah kepergian dua makhluk yang membuat dadanya sesak.
"Lo kenapa tadi?" tanya Bara pada Dania.
"Kenapa apanya?"
"Tadi,"
"Apasih! Gue capek!"
Bara tersenyum geli menatap Dania yang kini sedang memangku kepalanya di atas lipatan tangannya.
"Bara," sapa Cindy yang membuat Bara menoleh ke arahnya.
"Lo udah lama temenan sama Daniel dan Adam?"
"Udah lama sih, gue sama Daniel udah dari SMP sekelas, terus kalo sama Adam baru-baru ini, semejak Adam sama Daniel sekelas. Jadi ya gitu, gabung aja. Kenapa?"
Cindy hanya menggeleng, ia tidak tau mengapa ia menanyakan hal tidak penting seperti ini.
"Nggak papa cuman tanya doang. Kalo Nanda?" arah tatapannya berganti ke arah nanda yang kini sibuk dengan tali sepatunya.
"Udah berapa lama kenal sama Daniel?"
"Gue gak terlalu lama sih kenal, semenjak gue ikut basket jadi sering ketemu sama dia,"
*****
"Nih, lo pasti haus kan?
Daniel menoleh ke arah samping, disana sudah ada Viola dengan mengulurkan sebotol aqua.
"Gue gak haus. Ngapain lo disini?" tambahnya.
"Gue lagi nungguin pacar gue yang lagi kecapekan" jawabnya tanpa dosa.
"Pacar?Mantan!"
Mendengar kata Daniel tadi, Viola bukannya marah atau apa, justru ia memasang senyum yang membuat Daniel ingin BAB, "Syukurlah masih di anggap, walaupun mantan. Tapi habis ini kita bukan mantan lagi deh, tapi pacar."
"Gak waras ya lo!" Daniel sedikit memberi tatapan sinis supaya Viola pergi, namun usahanya gagal. Viola masih tersenyum tanpa dosa, merasa sebelumnya tidak terjadi apa-apa di antara mereka.
"Gue gak waras karna kita putus. Gimana kalo kita ngulang dari awal supaya gue waras?"
Viola merangkul lengan dan menidurkan kepalanya di bahu Daniel. Namun Daniel segera melepaskan tangan Viola dan beranjak pergi. "Lo cuman sampah, nggak mungkin kalo gue mungut lo lagi. Ngerti?"
"Banyak loh sampah di luar sana yang bisa di daur ulang lagi, dan itu hasilnya lebih baik dari sebelumnya"
Otaknya serasa benar-benar ingin meledak detik ini juga. Daniel menambah kecepatan langkahnya agar Viola berhenti mengikutinya.
"Pelan napa sih, capek ini" kata Viola dengan nada terenggah-enggah.
"Gak usah ngikutin!"
"Gue cuman pengen di deket lo aja"
Begitu banyak pasangan mata yang menatap kearahnya sampai Daniel menaiki anak tangga menuju kelasnya. Viola memang benar-benar jago mencari perhatian, lain halnya dengan Daniel.
"Eh lo lagi. Berapa lama ya kita gak ketemu, emm--- kayaknya kita masih punya urusan yang belum selesai deh,"
*****
Masih adakah yang nunggu? :(
Gatau ini telat berapa minggu ataukah berapa bulan updatenya 😭karena ada urusan tersendiri hehe😭 abis ini bakalan rutin update deh. Masih di usahain 🤗
-ChindyA

KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Teen FictionSilahkan kalian membaca kisah tentang Cindy dan Daniel dengan tenang tanpa tekanan :) Cover by @DWK_Graphic