17. Mulai melunak

486 34 8
                                    

Setelah selesai membayar, mereka kembali ke kelas. Cindy bersyukur, ternyata omongan Daniel yang tadi tidaklah sungguhan.

Saat berjalan menuju kelas, tidak ada obrolan sedikitpun diantara mereka. Daniel yang di depan, sedangkan Cindy mengekor di belakangnya.

"Ini mau lanjut lagi atau pu-"tanya Cindy setelah sampai di kelas, namun Daniel langsung memotongnya.

"Gak usah. Besok-besok lagi. Udah sore." Kata Daniel seraya berkemas-kemas barangnya. Cindy hanya ber oh saja, kemudian ia juga ikut membereskan barangnya.

"Buruan gue anterin lo pulang"

"Gak usah, aku bisa naik-"

"Gak usah bantah. Gue yang ngajak lo latian! berarti kalo urusan pulangnya gue yang tanggung jawab."

Rasanya Cindy ingin memplester mulut Daniel itu. Selalu saja memotong apa yang ia bicarakan. Tidak bisahkah ia menunggu sampai Cindy selesai bicara ? ini sama sekali membuatnya kesal.

Saat tiba diparkiran, suasannya sangat sepi. Hanya tersisa satu motor disana. Cindy bisa menebak, pasti itu motor Daniel. Namun Cindy menjadi salah fokus pada seseorang yang tak lain adalah teman Daniel, Adam. Adam sedang asik berduaan dengan cewek yang tidak dapat Cindy kenali itu siapa.

"Dari mana aja lo?" tanya Adam sambil menahan pundak Daniel.

"Habis latihan lah, emangnya lo yang sibuk pacaran terus. Udah ah gue cabut dulu" kata Daniel sambil menepuk pundak Adam, kemudian berjalan menuju motornya.

Beberapa pertanyaan melintas di otaknya. Apakah itu pacarnya? Jika iya bagaimana dengan Dania? Apakah Dania sudah tau ? jika sudah mengapa Dania masih mengharapkan cowok itu?

Suara motor Daniel sukses membuat Cindy hampir jantungan. Entah sejak kapan Daniel sudah menyalakan motornya. Sebelumnya Cindy merasakan sesuatu yang aneh. Setelah meneliti, rupanya Daniel tidak membawa motor maticnya yang dulu. Kali ini motornya jauh lebih besar dan tinggi di bagian belakangnya.

"Pakek" perintah Daniel sambil menyodorkan jaket yang tadinya ia kenakan.

Setelah mengambil dan mengikatknya di pinggang, Cindy masih belum naik juga. Ia masih bingung, bagaimana cara ia naik kalau motor ini terlalu tinggi.

Daniel yang melihat tingkah Cindy yang tak kunjung naik, mulai gemas sendiri. " Ayo buruan!"

"Ini gimana naiknya?" Tanya Cindy dengan wajah polos.

Daniel tampak menghela nafas "Astaga! Lo tinggal injek itu terus pegang pundak gue" kata Daniel sambil menunjukkan sesuatu yang ia maksud.

Dan akhirnya Cindy sekarang sudah berada di atas motor Daniel. Dengan segera ia melajukan motornya menjauh dari area parkir. Daniel melajukan motornya dengan kecepatan yang tidak bisa ditebak. Kadang cepat kadang lambat.

Diperjalanan, mereka tidak mengobrol sama sekali. Padahal mereka melewati jalan yang tidak begitu ramai. Daniel yang fokus pada jalan, dan Cindy yang merasa takut. Takut akan jatuh dan semacamnya,

Daniel menambah kecepatan yang tidak bisa dibilang lambat. itu membuat Cindy semakin takut. Dengan polosnya gadis itu hanya berpegangan bagian belakang tempat yang ia duduki, dan itu sangat berbahaya.

"Apa gak bisa pelan dikit? " kata Cindy setengah berteriak. Daniel bisa mendengarnya "Pegangan!"

Daniel melirik dari kaca spion. Nampak sekali wajah gadis itu yang sangat ketakutan. "Pegangan bahu gue! Atau gak pegang tas gue! Jangan pegangan situ! Lo bisa jatoh!" kata Daniel dengan tegas.

Dibalik kata-kata Daniel yang tegas, tanpa sadari ia tersenyum sedikit di balik helm teropongnya.

Tidak terasa mereka sudah sampai, Cindy segera turun dan memberikan jaketnya pada Daniel, mengingat kejadian yang dulu, dan Cindy tidak mau itu terulang lagi.

"Makasih"

Daniel hanya tersenyum. Kemudian memakai jaketnya kembali. "Lo sendirian?"

Cindy tampak bingung "Maksudnya?"

"Lo tinggal sendirian? Kok kayaknya rumah lo sepi banget. Keliatan ngenes." Kata Daniel seperti mengejek. Tapi bukan itu yang ia maksud.

"Iya mereka kalo pulang suka diatas jam sembilan malam, mbk pembantu juga kalo sore udah pulang. Jadi ya gini, tiap pulang sekolah rumah selalu sepi. Emang ngenes banget ya hahaha" Cindy tertawa, sedangkan Daniel malah merasa bersalah. Tidak seharusnya ia seperti itu tadi.

"Oke gue cabut dulu"

"Hati hati"

Motor yang dikendarai Daniel sudah hampir menghilang di pertigaan jalan. Entah bisa bisanya tadi ia bercerita sedikit pada Daniel. Bagaimanapun kata-kata itu tiba-tiba muncul diotaknya dan memaksanya untuk di lontarkan.

*****

TERIMA KASIH BUAT YANG UDA NUNGGU DAN BACA CERITA INI. MAAF KALAU DULU CERITA INI HARUS BERHENTI UPDATE HEHE.

*BTW MAAF KALAU JUDULNYA 'CHAPTER 17' KARENA AKU BENER-BENER BINGUNG SI, NGASI JUDUL APA WKWK

JANGAN LUPA VOTENYA

-ChindyA

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang