Irene merebahkan tubuh mungil nya di ranjang, menatap langit - langit kamarnya, ia meratapi suatu kenyataan yang menimpa dirinya, hal yang sangat berat bagi hidupnya kini. Malam itu seakan menjadi malam yang panjang bagi Irene untuk menata kembali kenangan kecilnya, di tambah lagi tadi sore ia di buat terkejut dengan pernyataan namja tampan itu, Irene memikirkan hal itu, andai saja ia mengetahuinya sejak awal, ya andai saja. Ia bingung ingin harus menjelaskan apa pada namja itu, mengaku dirinya bahwa ia yeoja kecil yang ia maksud? Ya Irene ingin sekali mengatakan itu padanya, tapi ia rasa ini bukan waktu untuk mengatakannya, ia masih menahan diri.
Irene terus merutuki dirinya yang merasa bodoh dalam menghadapi masalah, ia tak bisa menengahi sebuah kenyataan yang sedang mengujinya. Disisi lain ia merasa canggung dengan Sehun dan disisi lain ia berat hati dengan Chanyeol, Irene masih memikirkan pertunangan yang di katakan oleh Tuan Park, sungguh keputusan yang gila dan Irene tak tahu harus bagaimana lagi, jika ia menolaknya maka Chanyeol akan menikah dengan yeoja yang tak ia kenal itu bukan berarti Irene berat hati karena hal itu tetapi ia tahu Chanyeol benar - benar tak menginginkan itu terjadi pada dirinya dan ia membutuhkan bantuan Irene. Irene disini hanya berusaha membantu namja jangkung itu tetapi ia malah terperosok didalam perannya. Sementara Sehun, namja itu lagi yang mengitari perasaan dan pikiranya, sudah berapa banyak lembaran kertas yang terbuang untuk mendekskripsikannya, sudah berapa cairan tinta yang ditorehkan untuk mengungkapkan perasaannya pada namja itu? Semua tak ternilai, ya ketulusan dalam diri seseorang memang tak ternilai hanya karena habisnya lembaran kertas atau tinta.
Diary usang yang telah penuh dan lembaran baru pun terbuka, tetapi masih ada hal yang sempat tak tergambarkan oleh kata, Irene mencintai Sehun. Selama ini Irene menuliskan diary penuh dengan kata manis, dan juga tentang perasaanya namun Irene tak bisa mengambil kesimpulan dari perasaanya yang begitu banyak pada Sehun.
Irene duduk di kursi tempat ia biasa menulis diary untuk Sehun, Yeoja cantik itu mulai menorehkan penanya pada lembaran kertas kosong, ia pun berkali - kali mengulang penulisannya, membuang kertas itu dan menulisnya lagi dengan kertas baru, bak seorang penyair Irene juga memperhatikan setiap kata yang ia sampaikan pada lembaran kertas itu agar makna di dalamnya tersembunyi dan hanya ia yang mengetahuinya.
"Apa yang harus ku lakukan?" Gumam Irene, ia pun berjalan menuju balkon kamarnya meninggalkan lembaran kertas yang terdiam di atas meja.
***
"Jadi bagaimana dengan pertunanganmu?" Kedua namja tampan itu menyesap birnya masing - masing di sebuah bar.
"Entahlah, aku tak akan bertunangan dengan yeoja yang seperti kakak ku sendiri" ungkap namja bermata besar, seraya meletakkan gelas di meja.
Namja albino itu mengangguk, seraya menuang bir kedalam gelasnya. Suara dentuman musik dan segelas bir mungkin adalah obat penenang bagi kedua namja ini, diantara mereka nampak menikmati suasana yang sangat bising tersebut ditambah yeoja seksi yang menciumi Sehun beberapa minggu yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR SEHUN✔️
Fanfic[SOME PRIVATE CHAPTER] [PROLOGUE - EPILOGUE] Written by lea Tentang percintaan, persahabatan dan sebuah keegoisan di dalam hati masing - masing, kita tak pernah bisa menilai seberapa besar perjuangan seseorang untuk mendapatkan cintanya, untuk meya...