Chapter 29

1.7K 210 22
                                    

Taksi jemputan mereka pun datang, Jonathan duduk di samping kemudi sementara Sehun dan Irene di belakang, Irene bersandar di bahu Sehun seraya bermain game di ponsel milik Sehun. Sehun mengusap - usap pelan rambut halus Irene serta ikut menatap ke layar ponselnya.

"Sehun-ah" Irene mengalihkan pandangannya ke wajah Sehun.

"Hm"

"Jangan melihat kelayar! Pantas saja sedari tadi game yang ku mainkan kalah" Irene mempoutkan bibirnya.

"Apa hubungannya" celetuk Jonathan.

"Eh, Jonathan diam kau!"

Jonathan dan Sehun hanya terkekeh, Sehun masih setia merangkul yeojanya.

Irene menutupi mulut dengan tangannya. Ia tak kuasa menahan mual. Sehun terdiam, Jonathan menoleh ke arah belakang. Namun Sehun hanya tersenyum konyol menanggapi wajah panik Jonathan.

"Kau tahu? Ini adalah faktor mengapa ia begitu sensitif" tutur Sehun.
Irene menggenggam tangan Sehun meremas punggung tangan namja

"Maksudmu.." Jonathan tak berani melanjutkan kata - katanya.

"Kita mampir ke klinik dulu saja, kurasa ini darurat" perintah Sehun.

Mereka pun berhenti di sebuah klinik di pinggiran kita, Irene sedari tadi tak bisa menahan mual nya yang begitu menyiksa. Sesuatu yang menyerangnya sangat tiba - tiba. Mereka masuk kedalam klinik, Jonathan menunggu di dalam taksi menunggu di depan trotoar sementara Sehun dan Irene masuk kedalam klinik. Tak memakann waktu cukup lama, hanya sekitar dua puluh menit mereka kembali kedalam taksi. Jonathan menatap Sehun aneh, sedari tadi keluar dari klinik Sehun tersenyum lebih tepatnya menahan senyum yang nampaknya membawa kabar bahagia.

"Hei ada apa? Bagaimana dengan Irene-ssi apakah dia baik - baik saja?" Tanya Jonathan.

Sehun mengangguk, tersenyum simpul. Jonathan mengangguk, Irene kembali bersandar di bahu Sehun dan memejamkan matanya, Irene nampak sangat lelah karena suhu dingin hari ini. Sehun mengusap rambut Irene perlahan, hatinya terus berbunga - bunga sepertinya rencana nya berhasil. Irene kelelahan dan mungkin saja di diagnosa akan hamil mungkin, tidak sekarang tapi nanti. Sehun berdoa di dalam hati.

Bukan sebuah niat buruk Sehun bangga bisa membuat Irene jatuh lagi padanya, namun Sehun kini benar - benar tak bisa melepaskan yeoja itu. Demi Tuhan, mungkin Sehun akan gila jika ia harus kehilangan Irene sekali lagi. Sehun meneliti wajah damai Irene ketika tertidur di pangkuannya, rasanya ia ingin sekali membawa Irene jauh dari keramaian, berdua dengannya, menghabiskan waktu berdua. Ia akui sangat menyayangi Irene bahkan jika ia menikah dan anak yang akan hadir dalam hidupnya akan sangat ia sayangi.

Setengah jam kemudian mereka sampai di rumah Irene, suasana rumah tampak ramai ada satu mobil Jaguar terparkir disana tampak seseorang sedang bertamu di dalam. Irene terbangun dari tidurnya, ia mengerjapkan matanya dan meneliti keadaan.

"Sudah sampai?" Tanya nya dengan wajah khas bangun tidur. Sehun mengangguk pelan.

Mereka beranjak keluar, Sehun menggendong tas ransel milik Irene. Sementara Jonathan memencet bel lebih dulu dan menyalami Tuan Bryan.

"Hei, Jonathan. Wah kau berlibur kesini? Mari masuk" Jonathan menelan ludah, ia mengangguk dan suasana menjadi kikuk ketika ia melihat Charlie bersama orang tuanya di ruang tamu. Ada apa dengannya? Jonathan memahami keadaan, pasti ini bukan pertemuan yang biasa.

"Ada apa dengan mu" Irene mendahului Jonathan yang masih terdiam di tempat seraya menarik lengan Sehun masuk kedalam rumah.

Irene menatap seseorang yang duduk di ruang tamu, menyalami nya dan melanjutkan langkahnya menarik Sehun ke ruang keluarga.

DEAR SEHUN✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang