Irene memberhentikan taksi didepan sebuah klinik 24 jam yang berjarak sekitar delapan ratus meter dari hotelnya, Ia ingin Sehun tertangani atas hal ini namun Sehun buru - buru memberhentikan langkahnya dengan kata - kata.
"Irene-ah tak perlu, lagi pula ini hanya hal biasa" ucap Sehun, namun Irene terus melanjutkan langkahnya ia sama sekali tak menggubris omongan Sehun. Sehun terus mengekori Irene di belakang dengan wajah datarnya yang masih terlihat tampan, orang - orang di sana sempat melambaikan tangannya malu - malu kepada Sehun, kalian tahu bukan? Namja itu begitu kelewat tampan, siapa juga yang tidak mencoba untuk genit padanya.
Sehun hanya tersenyum, membalas lambaian tangan yeoja bule yang sedang duduk. Irene menoleh kebelakang dan mendapatkan Sehun yang sedang asik melambaikan tangannya dan tersenyum seperti orang bodoh. Irene hanya menggelengkan kepalanya, dan langsung masuk kedalam ruang pengobatan klinik. Sekitar lima belas menit mereka keluar dari ruangan dan melangkah keluar klinik. Suhu di luar sudah membaik meski masih di bawah normal, Irene melanjutkan langkahnya menuju ke hotel yang tak begitu jauh dari tempat ia sekarang berdiri. Sehun terus mengekorinya di belakang, seraya menendangi tumpukkan salju di depannya, suasana kota sangat ramai setelah badai salju usai banyak sekali orang - orang berpasangan saling bergandengan tangan. Sehun yang melihat itu langsung mensejajarkan langkahnya dengan Irene, meraih tangan kecil yang terselip di saku jaket dan mengaitkan tangannya diantara jari - jari Irene.
Suasana menjadi canggung untuk Irene namun tidak untuk Sehun. Sehun terus menggenggam tangan itu dengan erat, seakan tangan itu hanya miliknya, tak ada yang bisa menggenggam tangan Irene senyaman genggaman dirinya. Sehun tersenyum bodoh, menatap lurus kedepan ia sama sekali tak ingin Irene melepaskan tangannya.
Irene menghentikan langkahnya di sebuah jembatan penyebrangan terbesar di kota, warna gemerlap lampu menghiasi malam yang dingin, Irene menatap kembang api yang berada di langit melepaskan tangannya dari genggaman Sehun. Irene mendongak melihat kembang api yang berlomba - lomba menghiasi langit malam yang dingin."Wah, sangat indah" puji Irene, matanya berbinar menatap pijaran kembang api di langit.
"Seperti dirimu" singkat Sehun, Irene berusaha untuk menahan diri. Irene pura - pura tak mendengarnya.
Yeoja cantik itu melanjutkan langkahnya, ia sudah terasa sangat kantuk. Tinggal beberapa langkah lagi, Sehun masih setia mengekor di belakangnya, Irene mempercepat langkahnya masuk kedalam koridor hotel disusul Sehun. Irene dengan sigap mengambil kunci kamarnya pada resepsionist dan langsung melangkah kedalam lift yang berada di ujung ruangan.
Ting!
Irene sampai di depan kamarnya yang berada di lantai tiga, ia langsung membuka pintunya menggunakan kunci yang ia taruh di dalam saku jaketnya.
"Silahkan" Irene masuk mendahului Sehun, Sehun melangkah masuk kedalam ruang hotel dengan nuansa warna putih yang hampir menghiasi setiap sudut ruangan.
"Aku baru ingat bagaimana dengan Jonathan!?" Sehun menepuk dahinya.
***
"Ah shit" umpat namja bule itu yang berjalan diantara keramaian, ia di tinggal oleh Sehun sendirian, untung saja ia di tinggal di negaranya sendiri dan ia paham seluk beluk kota Toronto. Jonathan Christ, umurnya kini baru menginjak usia 25 tahun namun karirnya tak perlu di tanyakan lagi dalam bidang bisnis dan manajemen, ia mengabdi di perusahaan BJ property sejak ia berumur 22 tahun dan kini ia menjadi manajer yang baik di perusahaan tersebut. Jonathan mampir ke sebuah cafe yang cukup terkenal di kota Toronto dan menjadi langganan di cuaca dingin seperti ini, ia duduk di kursi cafe dan pelayan datang menghampirinya menyodorkan menu - menu cafe. Jonathan memilih cokelat panas, untuk menghangatkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR SEHUN✔️
Fiksi Penggemar[SOME PRIVATE CHAPTER] [PROLOGUE - EPILOGUE] Written by lea Tentang percintaan, persahabatan dan sebuah keegoisan di dalam hati masing - masing, kita tak pernah bisa menilai seberapa besar perjuangan seseorang untuk mendapatkan cintanya, untuk meya...