Chapter 11

1.8K 258 11
                                    

Hujan deras mengguyur kota Seoul di sore hari, Chanyeol sedari tadi menatap keluar jendela apartemen milik Sehun  dan mengusap wajahnya kasar.

"Apa kau ingin ku buat kan mocca lagi? Atau yang lain" Chanyeol menoleh ke arah Sehun dan menggeleng.

"Tidak perlu, aku bisa kembung jika terlalu banyak diisi oleh air"
Ucap Chanyeol seraya menunjukan dimple miliknya.

"Apa kau ingin makan?"
Sehun merapihkan cangkir mocca milik Chanyeol yang sudah mengering diatas meja.

"Tak perlu, aku ingin pulang sekarang. Selesaikanlah dulu pekerjaanmu" Chanyeol meraih kunci mobil di sakunya.

"Di luar masih hujan deras" Sehun menatap ke arah jendela, Chanyeol menepuk pundak Sehun.

"Ada yang kau lupakan Sehun-ah" Ucap Chanyeol membuat Sehun mengernyitkan dahinya sambil menatap Chanyeol bingung.

"Apa?"

"Kau tidak memanggilku hyung, tapi tak apalah lebih seru seperti ini bukan?" Chanyeol tertawa sementara Sehun menggaruk pelipisnya.

"Baiklah aku pulang sekarang, selesaikan pekerjaanmu Sehun-ssi" Sehun menatap punggung Chanyeol hingga menghilang dari balik pintu.

Blam

Pintu itu tertutup kembali, Sehun mengacak rambutnya. Ia baru sadar tidak memanggil Chanyeol dengan embel - embel hyung meski terlihat lebih nyaman, namun Sehun merasa tidak enak hati ketika Chanyeol menegurnya.

***

Hujan deras mengguyur rata kota Seoul, yeoja cantik itu duduk di depan meja kerja nya dengan buku diary bergambar kelinci favoritnya tempat ia mencurahkan isi hati dan tempat ia menuangkan ide.
Irene larut dalam kegelisahanya, ada sesuatu yang sangat mengganjal di pikiranya bukan soal kerjaan atau urusan kantor, melainkan namja bernama Oh Sehun yang menghantui pikiranya.
Irene masih tak mengerti mengapa ini terjadi pada dirinya, mengapa namja itu sama sekali tak mengingat dirinya meski sedikit.

Dear Sehun

Lembaran kertas selalu menjadi saksi bisu diantara perasaanku, pada siapa aku berkata jika aku tak ingin kau menjadi milik orang lain? Meski pada kenyataan kau milik seseorang. Kenangan yang aku simpan diam - diam tak ingin ku sampaikan pada orang lain, kita menghirup udara yang sama namun belum terjawab apakah kau mengingatku atau kau sama sekali tak ingin mengingatku?
Aku ingin waktu segera menjawab ini agar aku tahu apa langkah yang ku ambil selanjutnya.

Yeoja cantik itu menghela napas, zaman yang canggih bukan media yang pas untuk mengungkapkan perasaan, karena tidak semua orang menyukai pendapat atau curahan hati seseorang. Pasti mereka menganggap itu hal yang sangat berlebihan atau dianggap sebagai lagu lama orang yang sedang jatuh cinta. Irene sangat menjaga privasinya, ia memilih diary sebagai media pengungkapannya karena yang mengetahui isi diary itu hanya dia dan Tuhan.

Irene tak menyalahkan takdir, apalagi memungkiri sebuah kenyataan yang menimpanya dan Sehun. Ia tak menginginkan Sehun harus mengingatnya dan disisi lain ia tak ingin juga Sehun melupakannya begitu saja tanpa alasan yang jelas, mungkin faktor waktu atau kepergian Irene yang cukup lama membuat Sehun lupa padanya tapi mengapa Irene tak seperti Sehun? Mengapa harus yeoja itu sendiri yang mengingat habis kenangan yang ada? kenangan manis yang mereka buat sewaktu kecil dan sebuah janji yang teringkari.

Bahkan setiap kali mengingat namja itu, Irene menetes kan air matanya hingga saat ini ia mengingat hal yang sama air matanya tak pernah sungkan untuk menetes meski Irene telah egois menahannya bendungan air matanya. Irene tahu waktu akan menjawabnya, ia hanya perlu bersabar agar namja kecilnya kembali mengingatnya.

DEAR SEHUN✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang