Muson's Leader

903 102 11
                                    

[Ken]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Ken]

"Ayah, bisakah beri kesempatan pada Tee, dia cukup handal untuk mengurus perusahaan hotel ayah di tengah kota itu. Jangan remehkan dia lah yah." kata ku duduk bersebrangan oleh sang ayah, duduk di kursi kebesarannya. Kami sedang di Perusahaan minyak yang dikendalikan oleh Ayah berada di tepi kota.

Sang ayah memberikan beberapa dokumen, ada tiga map disana berwarna merah, biru dan hitam. Pria tua tadi membuka laci, dan mengambil kotak klasik berwarna cokelat, mengambil satu batang besar, dia membakar cerutunya dan diselipkan di jemarinya.

"Ayah bukan tidak percaya Ken, dia juga anak ayah, ayah yakin setengah kepintaranku dalam berbisnis ada diotaknya, hanya saja adikmu itu belum cukup dewasa untuk memegang perusahaan. Terlebih lagi dia masih suka bersenang-senang."

Aku mengambil tiga map tadi, membukanya, membaca dan mempelajarinya dengan seksama.

"Ken akan setuju membantu ayah memegang perusahaan, tapi Ken hanyae mengambil alih dua saja, satu lagi akan Ken berikan ke Tee. Jika kita menunggu dia siap. Kapan Tee akan siap ayah."

"Katakan, dua perusahaan apa yang ingin kau ambil alih." Sang ayah mengatup cerutunya diatas asbak, membuang sedikit ampas.

"Berikan Hotel dan Departemen store itu. Bengkel otomotif itu berikan pada Tee, dengan begitu Ken masih bisa memantau kinerja Tee dari jauh karena dia pasti akan dibantu teman-teman ku juga yah. Bagaimana?"

"Bagaimana jika itu merugikan kita? Bagaimana jika Tee tidak bisa kita percaya, mungkin saja tempat itu bisa dijadikannya untuk bersenang-senang, dari bengkel bisa jadi Pub karena ulahnya."

Aku tertawa mendengar perkataan ayah yang blak-blakan, mungkin memang benar. Tapi aku percaya adik kesayangan ku itu sangat berharga bagiku. Dan aku memberikan penuh kepercayaan ku padanya.

Aku mempelajari map ini satu persatu. Sementara ayah keluar dari ruangan kantornya, meninggalkan aku untuk mengikuti rapat penting hari ini.

Kepala ku sedikit pening. Aku anak tertua, dan dijadikan harapan tinggi oleh ayah, aku jadi frustasi sendiri.

Aku mengambil ponsel dari saku celanaku. Kubuka galeri, ada beberapan foto yang aku ambil tanpa sepengetahuannya. Orang yang sudah mengambil hatiku, diam-diam aku menyukainya. Melihat senyumannya membuat pening kepalaku hilang.

Aku mahasiswa semester akhir, dan juga menyambi sebagai CEO perusahaan ayah. Sebagai ketua Muson adalah sebuah kegemaran yang tidak bisa aku tinggalkan. Passion ku, adalah bagaimana menjadi designer motor. Tapi apa daya aku harus stuck memilih jurusan yang tidak aku sukai, administrasi bisnis.

Dan dengan Tee, dia memilih jurusan psikologi, impiannya sejak dulu.

Aku membelai layar ponsel ditanganku. Kapan aku berani mengatakan kepadanya tentang perasaanku? Apalagi sejak ayah mulai berencana akan menikahkan aku ke satu anak rekan bisnisnya, Moza. Anak cantik, calon dokter, berharap ayah mempunyai saham dalam bidang kesehatan, sudah semakin jaya bisnis ayahku.

Jungkir Balik Dunia Si Berandal [ForthTee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang