Si Pemilik Hati

597 76 14
                                    

-Flashback-

{Halte Bis}

*Hujan

[Tee]

Setelah aku melihat gerakan yang dibuat dari mulut dan tangan Forth, bahasa isyarat.

Aku masih menatapnya, berdiri menghadapnya penuh, diam tidak memberikan pergerakan apapun.

Kami saling menatap, kami saling berhadapan, Forth pun sama, berdiri menghadapku, melihatku.

Sudah sekitar dua bulan dia mendekatiku, aku tahu, dapat membaca itu.

Tadinya aku fikir, dia menyukai wanita-wanita yang aku dekati, entah, dia datang darimana selalu saja menganggu dan mengusikku disaat aku dan wanitaku mulai bergerilya, ternyata kebenaran itu aku dapatkan, dia bukan tidak sengaja mengejar wanita itu untuk beralih padanya, tapi sengaja melakukan itu agar aku tidak menyentuh mereka lagi.

Itulah Forth, pria sombong yang aku pernah aku kenal.

Kami masih saling bertatapan disini, mata kami menerjang hujan, jalanan raya tidak terlalu ramai ditengah kami.

Aku mengambil ponsel ku, aku menulis pesan untuknya yang disana,

Apakah cinta ini termasuk kedalam kategori amoral?

Aku menatapnya kembali, masih berdiri disini, dengan ponsel ditanganku, melihat dia yang juga merogoh sakunya, sejenak membaca pesan itu. Mungkin sekarang dia sedang membalas pesanku, wajahnya tertunduk sibuk menekan layar ponselnya.

Aku tidak perduli jika banyak orang yang menghakimi, selama nafasku berhembus, aku akan selalu menjaga ketulusan ini, kurasa tidak ada yang perlu diperdebatkan.

Cinta sesama jenis?

Jika cintaku kau anggap amoral, bagaimana dengan perselingkuhan dan pergaulan bebas?

....

Apa kau bisa menyatakan bahwa perbuatan mereka itu amoral? Melakukan semuanya itu mengatasnamakan cinta, sedangkan itu hanya nafsu belaka.

Bukankah cinta juga ada nafsu?

Apa kau mencintai wanita-wanita itu?

*DEG

Disini aku benar-benar mati kutu, dan juga mati kata. Aku menatapnya, dia kembali tersenyum, dan menunduk lagi sibuk menekan layar ponselnya.

Kamulah muaraku untuk kembali pulang

...

*Saling membalas pesan selesai

Jadi hanya begitu saja moment kami berdua, tanpa ada bunga, pesta, balon, hadiah, atau kejutan yang direncanakan, atau kami sedang dikelilingi banyak orang-orang untuk menjadi saksi mata.

Yang ada hanya hujan, jalanan raya, dua halte bis yang saling berhadapan namun bersebrangan.

Semudah itu, seringan itu, Forth menyatakan.perasaannya.

mobil yang melalu lalang di jalanan raya di hadapan kami bukan dijadikan sebuah penghalang.

Segampang itu, kami berbeda tempat, kami berbeda haluan, tapi perasaan itu sampai.

Jungkir Balik Dunia Si Berandal [ForthTee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang