[Forth]
Dari tadi malam entah kenapa, mata ini sama sekali tidak bisa terpejam, sebentar saja tetap tidak bisa.
Ini sangat gila, ciuman itu masih membekas, di pipi juga dihati. Jika memang ini salah, kenapa terasa benar. Jika memang ini benar kenapa otak ku ini bicara kalau keputusan ku saja bisa salah.
Ayo Forth tidurlah, jangan buat nona manis itu semakin besar hati,
Kangen .. aku kangen... Shit Forth! Kangen juga butuh istirahat, ayo lekas tidur.
******
[Tee]
Rumah sederhana, dengan taman depan yang ditanami beberapa jenis bunga, pagar putih membentang keatas, menambah asri suasana rumah ini.
Taman belakangnya juga luas, terbanding terbalik dengan bangunan rumahnya yang tidak begitu luas, hanya ada dua kamar berisikan tempat tidur, dua kamar mandi di masing-masing dalam kamar, satu ruangan perpustakaan, dapur, ruang tamu, ruang keluarga dan satu lagi spot yang paling enak buat kami saling berbicara, pondokkan kecil, bisa dibilang gazebo.
Aku suka sekali suasana dirumah ini, hangat, membuat hati terasa teduh. Jika aku sedang berkelut dengan masalah, tempat ini adalah tempat pertama yang muncul di otakku.
Aku membuka pagar itu, memarkirkan mobilnya didepan rumah, masuk dan menguncinya kembali, mencari si empu rumah yang belum juga menampakkan batang hidungnya, berkali-kali aku menekan tombol bell di samping pagar.
"Nat, huallooo .." kataku langsung masuk saja tanpa permisi, karena tidak biasanya, Nat seperti ini.
Aku sudah tahu betul, dimana letak kamar sahabat ku itu, aku langsung saja masuk kamarnya tanpa harus aku mengetuk dulu.
"Nat" panggilku kedalam, aku lihat gundukan berada didalam kuluman selimut, tidak bergerak apalagi menggubris panggilanku.
Aku menghampirinya, ku goncangkan pelan tubuh itu, "Nat, hei bangun," akhirnya dia memberikan respon dengan bergumam, kepalanya muncul dari balik selimut, aku terkesiap melihatnya, bukan karena aku sedang melihat hantu atau penampakan, tapi lebih ke pusat perhatian mataku sekarang, perban yang ada dipunggung belakang sahabatku, dan terlihat ada bercak darah disana. Nat memakai tanktop, eh? Maksudnya kaos oblong gitu, kaos oblong pria, disitulah aku bisa melihat luka ditubuhnya.
"Tee, kau ada disini?" tanyanya mengucek-ucek matanya,
Aku menempati bokongku disebelahnya, menatap heran, "Itu kenapa? Punggungmu itu kenapa, ayo cepat katakan!!" tanyaku tak sabaran.
"Oh, kemarin aku diserang oleh pemabuk disekitar rumah." jawabnya enteng,
"APA??!!!" teriakku, "Kenapa tidak menelponku? Kabari aku? Atau kirim pesan lah, telponlah???! Lihat, lihat tubuh mulus mu jadi ternodai, siapa dia katakan siapa dia, akan aku hajar habis-habisan, sialan!!" aku sambil mengoyangkan tubuh mungilnya, dia jadi keliengan.
"Aduh pelan-pelan saja, kau kaya emak-emak mau melahirkan, teriakanmu cempreng banget, bisa tuli telingaku, dan kalau mau bertanya satu persatu jangan sekaligus, huh!!" Nat beranjak pergi, sedikit merintih, keluar dari kamar.
Aku mengikutinya sampai ke dapur, Nat mengambil segelas air didalam kulkas diteguknya botol minuman itu, lalu mengambil satu botol untuk diberikan kepadaku.
"Kenapa tidak kabari aku??! Dan bagaimana ceritanya kau bisa terluka begini, mana mungkin kau lupa kondisi tubuhmu yang mungil, tidak bisa masuk kedalam pertempuran kaum pria, kau itu kan siluman." cerocos Tee, yang berhasil membuat Nat yang kalem, mentoyor kepalanya pakai botol plastik minuman yang tadi dia minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkir Balik Dunia Si Berandal [ForthTee]
ActionKen : " Apakah aku tidak bisa memilih? " Forth : "Takdir mempermainkan aku." Tee : "Hei aku ini Playboy berkelas, mana mungkin aku menyukai sesamaku." Nat : "Aku bolehkan menyerah? Mereka akam bertunangan, mungkin akan lebih baik aku memulai dari aw...