Si Pencari Cinta

591 83 19
                                    

"Ray, sepertinya mereka butuh waktu untuk berdua, lebih baik kita pulang saja." ucap Lui ditelinga Raya, dimana mereka sudah berada didepan rumah kediaman Harley.

"Oke, tapi ngomong-ngomong dimana Vino?"

"Tak usah pedulikan dia, kita langsunf balik aja." nada sinis Lui, menumbuhkan tanda tanya di pikiran Raya.

Akhirnya mereka pun meninggalkan dua manusia yang masih dalam keheningan.

"P'Forth." tangan Das melambaikan tangan didepan wajah Forth. Dia melamun.

"Huh, ya?"

"Kok malah bengong sih? Lagi mikirin apa coba? Kaget aku bilang kalau cinta pertama ku itu P'Forth?" tunjuk Das di lengan Forth.

"Eh engga kok, awas ya jangan genit! Kamu kan sudah punya Ken."

"Jadi P'Forth menyetujuinya?"

"Semua keputusan di tanganmu nong, bukan di aku."

"Aku takut, keputusan ku menerima pertunangan itu adalah sebuah kesalahan. Bagaimana jika di alam sana P'Ley tidak suka."

"Aku tahu betul Ley seperti apa. Dia akan menurunkan egoisnya hanya untuk kebahagiaan untukmu princess gembul."

Forth mencubit pipi Das dengan gemas.

"Hei Pi, sakit tahu, dan aku sudah tidak gembul lagi." Das mengusap pipinya yang sakit tadi.

Forth tersenyum,

"Bagaimana jika aku membatalkan pertunangan itu dan mulai mengejarmu, setahuku P'Ley dulu sengaja menyodorkanmu untuk menjodohkanku, Pi ingat?"

Forth mengangguk, "Aku masih ingat, ingat betul sahabatku itu."

"Jadi?"

"Apa?"

"Apa kau mau? Aku mengejarmu?"

"Itu bukan tugas seorang perempuan princess. Itu tugas lelaki."

"Baiklah, jadi karena lelaki disini P'Forth, bagaimana jika Pi mulai mengejarku?" Das mengedipkan satu matanya.

"Sudah, jangan bercanda terus, masuklah cepat kedalam, ini sudah mau pagi. Cepat istirahat."

Dijawab tanda telunjuk dan jempol membentuk bulat dari tangan Das,

"Oke." Das masuk, membalikkan tubuhnya sebentar, dan melambaikan tangan ke arah Forth, dan dibalas lambaian tangan Forth juga.

******

-Room VIP-

"P'Kal bangun.. ~~" lirih Tee dengan setia, tidak bergerak sedikitpun, atau berani melepas telapak tangan Kal.

Ken merasa ada hantaman keras di kepalanya, dia memijat pelipis kepalanya, hari ini sungguh melelahkan. Tidak ada buruknya mencari udara segar diluar. Mungkin dengan begitu membuat dirinya tenang.

"Tee, aku mau keluar dulu, kau mau kopi?"

"Tidak Pi, thanks, aku disini saja."

"Iya paling tidak disaat dia sadar ada yang menjaganya."

Ken meregangkan ototnya yang kaku, melemaskan atas bahu dengan pijatan tangannya sendiri, sediki memutar kepala dimana lehernya itu terasa tegang. Berjalan ke arah pintu, membukanya dan keluar.

Ken keluar dari gedung rumah sakit, menggerogoh saku celananya, masih lanjut berjalan, mengambil satu batang dalam bungkusan itu, diapit dengan dua jari, dibakar dan dihisapnya dalam-dalam, ada butir-butir merah disana. Dihembuskan asap itu kedepan.

Jungkir Balik Dunia Si Berandal [ForthTee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang