Hangatnya sinar matahari pagi perlahan masuk melalui celah korden jendela. Emma menyipitkan matanya saat membuka jendela. Cuasa yang cerah memberikan semangat baru baginya.
Emma turun ke bawah untuk sarapan. Seperti biasa, sarapannya sudah siap di meja makan. Tampak Adam tengah menyantap sarapannya sambil fokus mengerjakan sesuatu di lapton. Emma sedikit heran. Akhir-akhir ini Adam tampak sibuk. Apa yang sedang ia kerjakan?
Adam menatap Emma saat gadis itu duduk dihadapannya. Ia melihat sebuah kalung yang melekat di leher gadis itu.
"Kalung yang indah. Aku baru melihatnya."
Emma tersenyum lalu menyentuh kalung miliknya.
"Aku memang tidak memakainya saat di Rumah Sakit." Adam mengangkat alisnya saat melihat Emma yang menjadi tersipu. Adam sudah bisa menebak siapa yang memberikan benda itu kepada Emma.
"Dari Alfa?" tanya Adam lalu memfokuskan diri pada pekerjaannya.
Emma hanya menjawabnya dengan senyuman. Ia kemudian mulai menikmati sarapannya. Tidak ada percakapan. Mereka saling bungkam. Adam merasa tidak fokus dengan pekerjaannya. Akhirnya ia menutup laptopnya dan menatap Emma.
"Apa kau percaya kepada Alfa?"
Emma mengerutkan keningnya bingung. Kenapa tiba-tiba Adam bertanya seperti itu? Apa yang sebenarnya ia maksud?
"Apa sebenarnya yang ingin kau tanyakan?" tanya Emma penuh curiga.
"Dia sepertinya tidak tulus kepadamu." jawab Adam sambil mengangkat bahunya. Emma menggelengkan kepalanya. Pertanyaan yang sangat konyol. Emma malas menanggapinya. Hanya akan ribut nanti.
Adam tahu perkataannya barusan diabaikan oleh Emma. Gadis itu kembali melanjutkan sarapannya dan mengacuhkan Adam.
"Aku hanya ingin kau berhati-hati."
Emma mengambil susunya dan meneguknya hingga habis. Ia bingung dengan Adam pagi ini. Ia menyandarkan tubuhnya dan melipatkan kedua tangannya di depan.
"Kau tahu dari semua pria yang ada disekitarku, kau adalah orang yang paling berbahaya. Aku harusnya lebih berhati-hati padamu, bukan Alfa."
"Aku?" ucap Adam bingung.
Kenapa dirinya? Selama ini ia tidak pernah mempunyai niat jahat kepada Emma.
"Kau pikir aku tidak tahu jika kau itu selalu menjadi stalker kemanapun aku pergi. Dan juga mengenai pesan-pesan aneh itu, aku tahu kau yang melakukannya, kan?" Adam terdiam sejenak mencoba mencerna ucapan Emma.
Pesan aneh?
"Aku akui aku memang seorang stalker tapi, pesan aneh? Apa yang kau maksud?"
"Sudahlah! Aku tahu kau melakukannya. Setelah kau bicara serius dengan diriku di dapur, pesan-pesan itu mulai berdatangan. Kau ingin membuat semacam terror untukku? Walaupun aku akui jika itu sempat menggangguku dan membuatku takut untuk sesaat."
Adam tampak berpikir sejenak. Jadi gadis dihadapannya ini berpikir jika ia adalah pelaku dari segala sesuatu yang tidak diketahuinya.
"Apa hanya itu yang aku lakukan?" tanya Adam berusaha memancing.
"Bahkan kau mengirim sebuah novel yang sangat mengerikan kepadaku. Kau meletakkannya di depan ruanganku saat aku di toko buku milik Alvin. Dan juga tentang bunga berdarah itu. Banyak hal mengerikan yang sudah kau lakukan." Emma berceloteh panjang lebar. Ia ingin Adam menghentikan segalanya karena menurutnya Adam yang melakukan semua itu.
Adam hanya memandang Emma datar. Selalu saja begitu. Ia benar-benar pintar menyembunyikan ekspresi dirinya yang sebenarnya. Emma menghela nafas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cambridge Classic Story (Complete)
Romance"Aku tidak bisa membiarkanmu jatuh sendirian." Alfa membalikkan tubuhnya. Itu adalah kalimat yang pernah ia ucapkan. Ia tidak menyangka jika Emma masih mengingatnya. Ia memandang terkejut. Emma menatap lurus ke mata Alfa. "Aku bisa menebak maksud da...