18. I Love You

117 91 28
                                    

Angin malam berhembus pelan memberikan rasa dingin menerpa permukaan kulit Emma saat keluar dari mobil. Ia meninggalkan mobilnya di sana dan memilih pulang bersama Adam. Ia sudah terlalu lelah untuk menyetir. Pikirannya juga sedang kalut.

Emma terkejut melihat Alfa yang berdiri di depan pagar rumanhnya. Dengan perlahan Emma melangkah mendekati Alfa yang bersandar pada bagian depan mobilnya. Alfa langsung berdiri tegak saat melihat tangan Emma yang terbalut perban.

Air mata tiba-tiba menyeruak ingin keluar. Emma tidak tahu kenapa ia jadi gadis cengeng seperti ini.

"Kenapa kau tidak mengangkat ponselmu? Aku begitu khawatir." ucap Alfa marah. Raut wajahnya tampak begitu tegang. Ia terlihat begitu khawatir bahkan disaat ia tidak tahu apa yang terjadi.

"Aku tidak bisa mengangkatnya." jawab Emma lemah. Lengannya masih terasa begitu perih. Kejadian ini benar-benar membuatnya kehilangan banyak energi.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Alfa terlihat begitu tidak sabar.

"Ceritanya panjang." Emma menunduk lemah. Pikirannya benar-benar sedang kacau sekarang.

Sebuah tangan hangat saat menyentuh pipinya. Alfa menatapnya lembut.

"Maka ceritakan dengan perlahan."

Emma menghembuskan nafas panjang dan menutup matanya sejenak. Segalanya ia ceritakan kepada Alfa. Ia kembali menangis dan tubuhnya bergetar hebat.

Alfa langsung mendekap tubuh Emma dan mengusap lembut rambut gadis itu. Suatu reaksi spontan terjadi. Alfa bingung karena tiba-tiba Emma melepaskan diri dari dekapannya. Gadis itu terlihat menjaga jarak.

"Kau kenapa?" tanya Alfa yang tidak memahami situasi.

Emma masih menatap Alfa dengan pandangan tidak percaya. Entah apa yang ia pikirkan. Terbesit rasa takut yang datang tanpa di undang.

"Dekapanmu terlalu kuat. Tubuhku jadi terasa sakit." ucap Emma pelan dan kaku seolah sedang mencari-cari alasan.

Emma terus menatap Alfa. Pikirannya terus melayang entah kemana. Berbagai pertanyaan terus berdatangan dalam dirinya.

Mungkinkah?

Alfa mengibaskan tangannya di depan wajah Emma dan membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. Ia sedang tidak fokus sekarang. Ia ingin sendiri dan memikirkan segala yang terjadi. Tidak ada siapapun yang bisa ia percaya saat ini kecuali dirinya sendiri.

"Aku hanya merasa lelah sekarang." ucap Emma saat Alfa menatapnya curiga.

"Masuklah. Kau perlu istirahat." ucap Alfa kemudian tersenyum. Sebuah kecupan ringan mendarat di keningnya. Alfa hanya ingin Emma merasa lebih tenang.

Emma tersenyum samar lalu melangkah masuk ke dalam rumahnya. Sedangkan di sudut lain, Adam masih berdiri memperhatikan. Sepertinya ia selalu menjadi penonton.

Adam melangkah maju dan berhadapan dengan Alfa. Mereka saling menatap tajam satu sama lain. Keheningan begitu saja terjadi. Ketegangan terasa sangat kuat. Bahkan anginpun tidak berani berhembus diantara mereka.

"Hentikan sandiwaramu." ucap Adam pelan namun mengancam.

"Hentikan kebohonganmu." Alfa tersenyum seolah ia tidak tahu apa-apa.

Adam menatap curiga. Pria di depannya ini bukanlah orang yang mudah dia hadapi. Ia tidak ingin salah dalam mengambil langkah.

"Kau pikir aku tidak tahu siapa dirimu?"

Cambridge Classic Story  (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang