"Kenapa para wanita selalu datang terlambat?" keluh Ardo sambil terus menatap jam tangannya.
Emma, Mia, Mijin, dan Rossie datang bersamaan. Mereka berjalan menghampiri para pria yang sudah sedari tadi menunggu di bandara. Rossie tertawa melihat wajah cemberut Ardo.
"Wanita memang sesuatu." ucap Ardo yang melihat koper besar yang di bawa para wanita.
Mereka kemarin menghabiskan waktunya untuk berbelanja. Satu minggu waktu yang akan mereka habiskan selama liburan, tentu saja banyak yang harus dipersiapkan. Bagi wanita.
"Ayo!" ucap Alfa lalu menggandeng tangan Emma. Mereka masuk ke dalam dan di ikuti dengan yang lain. Adam hanya memandang datar ke arah mereka berdua.
Perjalanan ini memakan waktu lama. Tidak ada penerbangan internasional yang langsung bisa ke kota Sorong, Papua Barat. Jadi harus transit terlebih dahulu. Dari Jakarta mereka kembali menempuh perjalanan udara ke kota Sorong.
Mereka bernafas lega saat sampai di Raja Ampat. Mereka merasa lelah dengan perjalanan panjang yang mereka lewati. Sebuah mobil Limousine hitam menunggu.
"Layanan eksklusif." ucap Alfa lalu mengajak teman-temannya untuk masuk. Limousine ini akan mengantarkan mereka menuju hotel.
Mereka langsung memasuki kamar mereka masing-masing yang sudah dipersiapkan saat sesampainya di hotel.
Emma berjalan pelan menuju tempatnya sambil menarik koper besarnya. Adam tiba-tiba mengambil koper itu dari tangan Emma. Adam berjalan mendahuluinya lalu meletakkan koper Emma di depan kamarnya lalu pergi begitu saja.
Dia memang tidak terduga. Emma berucap dalam hati.
Emma masih menatap Adam meskipun ia sudah berada di depan pintu kamarnya. Dilihatnya Adam memasuki kamar tepat di samping kamarnya. Emma mengalihkan pandangannya lalu masuk ke dalam kamar bersama kopernya. Ia langsung membanting tubuhnya di tempat tidur. Ia ingin istirahat sebentar.
Ponsel Emma berdering tanda pesan masuk. Emma meraihnya dari saku celana dan membuka pesan yang baru masuk.
Semoga liburanmu menyenangkan.
Tubuh Emma reflek bangun saat membaca pesan itu. Dari nomor yang tidak dikenal, lagi?
Emma mendesah jengkel. Emma menebak Adam sebagai pelakunya. Sampai kapan dia akan terus seperti ini?
Emma melempar ponselnya ke tempat tidur. Pesan itu membuat perasaannya jadi tidak baik. Ia berjalan ke kamar mandi. Ia ingin menyegarkan tubuh dan pikirannya.
Suara shower memenuhi ruangan. Emma menikmati aliran air yang membasahi tubuhnya. Sayup-sayup terdengan suara pintu yang terbuka. Emma terdiam sesaat. Ia yakin bahwa sudah mengunci pintu kamarnya. Emma mengabaikannya. Mungkin ia salah dengar.
Emma keluar kamar mandi dengan menggunakan sehelai handuk yang menutupi tubuhnya. Emma membuka kopernya yang berada di samping tempat tidur.
Bau anyir tercium dan itu menganggu indera penciuman Emma. Dilihatnya sebuah gelas yang berada di meja samping tempat tidur. Emma sedikit bingung. Minuman itu tidak ada saat ia sampai tadi. Emma berdiri dan meraih gelas tersebut. Dilihatnya sebuah note kecil yang menempel pada gelas.
Feel me!
Tanpa berpikir panjang Emma meneguk minuman berwarna merah tua yang ada di dalam gelas. Reflek Emma langsung memuntahkan minuman itu sebelum ia sempat menelannya.
Selimut yang putih kini terdapat bercak merah. Emma menjatuhkan gelas yang ada di tangannya. Emma langsung berlari ke arah kamar mandi. Ia segera membersihkan mulutnya. Rasa anyir darah masih terasa. Tubuh Emma bergetar hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cambridge Classic Story (Complete)
Romance"Aku tidak bisa membiarkanmu jatuh sendirian." Alfa membalikkan tubuhnya. Itu adalah kalimat yang pernah ia ucapkan. Ia tidak menyangka jika Emma masih mengingatnya. Ia memandang terkejut. Emma menatap lurus ke mata Alfa. "Aku bisa menebak maksud da...