3. Arsitecture?

316 219 174
                                    

Berendam? itu mungkin yang dibutuhkan Emma saat ini. Berendam dengan air hangat adalah satu-satunya cara membuat perasaannya tenang dan lebih baik.

Emma membuka kran dan membiarkan air mengalir dalam bathup. Ia berjalan ke arah kaca dan menatap kosong pantulan dirinya. Ia menghela nafas pelan lalu membersihkan make up di wajahnya dengan kapas. Ia keluar untuk mengambil buku dan ponselnya.

Setelah air siap, ia menuangkan sabun wangi strawberry dan menggoyangkan tangannya dalam air hingga busa timbul dan menyeluruh. Ia memutar lagu klasik dari ponselnya dan diletakkan samping bathub lalu ia menanggalkan seluruh pakaiannya.

Air hangat menyentuh tubuhnya membuat otot-ototnya merasa tenang. Emma mengambil buku yang ia bawa dan mulai membaca. Wangi strawberry mulai melingkupi seluruh ruangan. Air yang memberi kehangatan. Lagu klasik yang menenangkan pikiran. Emma seolah hanyut dalam suasana yang ia ciptakan sendiri di dalam kamar mandi. Sendirian, tenang, dan tidak ada yang mengganggu.

Suara petir menyadarkan Emma. Hujan deras mulai mengguyur kota Cambridge. Emma mengambil ponselnya dan mematikan lagu klasik yang diputar. Menutup buku dan bangkit dari bathup untuk membersihkan diri. Satu jam berlalu begitu saja. Terasa menenangkan baginya.

Emma mengambil ponsel dan bukunya lalu keluar dari kamar mandi. Ia berencana untuk bersepeda sore ini. Tapi sepertinya cuaca tidak mendukung. Terdengar suara ketukan pintu, Emma langsung berjalan untuk membukanya.

"Ibumu bilang ia akan pulang telat malam ini." ucap Adam langsung saat Emma membuka pintu.

Emma terkejut. Sedangkan saat ini ia hanya menggunakan sehelai handuk yang menutupi sebagian tubuhnya dengan rambut basah terurai. Tapi mata Adam tidak melihat kemana-mana, ia hanya fokus menatap wajah Emma.

"Baiklah." ucap Emma lalu menutup pintu namun ditahan oleh Adam.

"Apa yang kau inginkan untuk makan malam?"

"Entahlah." jawab Emma asal.

Emma tidak nyaman berhadapan dengan Adam seperti ini. Walaupun sebenarnya Adam tetap menjaga matanya untuk tetap menatap wajah Emma. Adam hanya tersenyum lalu pergi. Emma langsung menutup pintu dan menguncinya.

Banyak hal yang berkecambuk dalam pikirannya. Menampakkan sebagian tubuhnya kepada Adam apakah akan mengundang tindak jahat laki-laki itu?

"Tidak. Tidak. Adam tidak akan melakukan apa-apa." ucap Emma pada dirinya sendiri. Pikirannya sudah terlalu jauh berkelana.

Emma segera mengambil pakaian santainya dari dalam lemari dan memakainya.

Ia mengintip dari jendela. Hujan sudah mulai reda, rintik-rintik air masih menyelimuti kota ini. Emma segera mengambil jaket dan menghampiri rak bukunya yang tertata rapih. Ia mengambil sebuah buku, kali ini bukan buku pelajaran atau pengetahuan. Novel yang berjudul "Arsitecture of Happiness" menarik perhatiannya. Ia memakai jaketnya dan berjalan keluar.

"Kau mau ke mana?" tanya Adam yang sedang berada di dapur bersama bibi Johnson.

"Bukan urusanmu."

Emma berjalan keluar rumahnya. Ia menutupi kepalanya dengan hoodie jaket dan memeluk bukunya agak tidak basah. Ia pergi menuju kafe dekat kompleks. Cukup berjalan sebentar ia sudah sampai di depan kafe. Ia masuk dan memesan coffee latte lalu duduk di tempat yang dekat dengan jendela.

Emma melepaskan jaketnya dan meletakkan di lengan kursi. Ia mulai membuka buku dan membaca dengan penuh penghayatan.

Lembar demi lembar sudah terlewati, namun saat ia membuka lembar berikutnya ia menemukan selembar kertas yang berisi gambar sketsa rumah. Sebuah sketsa rumah kecil yang minimalis dengan gaya Eropa yang sangat kental. Ia melihat pada bagian pojok kiri bawah terdapat tulisan "Alfa Xander".

Cambridge Classic Story  (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang