"Kau benar-benar wanita yang membosankan." ucap Alvin melihat Emma membawa beberapa buku dari tokonya. Emma hanya mengangkat bahunya tidak peduli. Memang apa salahnya dengan hobinya ini?
"Pulanglah. Aku tidak akan mengantarmu keluar." ucap Alvin acuh tak acuh. Seketika Emma langsung memukul kepala Alvin dan mengundang beberapa perhatian pengunjung. Terkadang Alvin benar-benar menyebalkan.
Emma mendengus kesal lalu melangkah pergi sebelum Alvin membalas perbuatannya. Ia langsung masuk kedalam mobil untuk segera pulang dan menikmati waktunya untuk membaca semua buku ini.
Emma terbelalak kaget saat melihat sesosok pria duduk di belakangnya. Keadaan yang gelap membuat pria itu tampak seperti bayangan. Emma merasa sulit bernafas saat lengan pria itu melilit di lehernya. Emma tidak bisa berteriak. Tangannya memberontak untuk melepaskan lengan pria ini. Tapi kemudian kedua tangannya di tarik ke belakang mobil. Pria itu memegang tanggannya erat hingga tidak bisa bergerak.
Lengan pria itu sedikit terangkat hingga menekan dagunya dan membuat kepalanya terangkat. Mulutnya terkunci. Emma tidak bisa bernafas karena lengan pria itu begitu kuat menekan lehernya.
"Ssshhtttttt!" bisik pelan pria itu di telinga. Emma hanya bisa menahan tangis dan berharap siapapun untuk menolongnya.
Kedua tangan Emma diborgol dan membuatnya tidak bisa bergerak. Emma langsung terbatuk saat pria itu melepaskan lengannya. Udara seolah memaksa untuk masuk ke paru-paru. Wangi yang familiar tercium olehnya.
White Musk.
Detik kemudian sebuah sapu tangan membungkam mulutnya sehingga ia tidak bisa berteriak. Tubuh Emma terus meronta untuk melepaskan diri. Pria itu memegang kuat tangan kanannya. Rasa perih yang luar biasa tiba-tiba terasa di lengannya. Emma hanya bisa menahan teriakannya. Entah apa yang dilakukan pria itu disana tapi rasa yang ia berikan begitu sakit. Air mata keluar dari sudut mata Emma.
Pria itu berhenti saat ia sudah merasa cukup. Ia tersenyum dibalik masker wajahnya. Tangan pria itu terangkat ke depan dan memperlihatkan kunci dari gembok yang terpasang di tangan Emma. Tangan pria itu menyentuh kerah kemeja Emma dan menjatuhkan kuncinya ke dalam kemeja. Rasa dingin menjalar saat kunci besi itu terkena kulit dadanya.
Pria itu kemudian keluar dan meninggalkan Emma sendirian di dalam mobil. Emma merasa tubuhnya lemas. Terasa perih sekali pada bagian lengannya. Sial! Kenapa pria itu menjatuhkan kuncinya 'disana'?
****
Alvin mengunci toko miliknya saat para pengunjung sudah pergi. Ia merasa heran melihat mobil Emma yang masih berada di depan tokonya. Bukankah Emma sudah pulang dari tadi?
Dengan perasaan bingung dan curiga, Alvin mendekati mobil Emma. Ia sedikit mengintip ke dalam mobil. Betapa terkejutnya ia melihat mantan kekasihnya itu tersekap di dalam mobilnya sendiri. Emma terlihat meronta-ronta saat melihat Alvin yang mendatangi mobilnya.
"Emma!" ucap Alvin terkejut ketika membuka mobil Emma yang tidak terkunci.
Sapu tangan yang menutupi mulut Emma dengan cepat Alvin lepaskan. Isak tangis langsung terdengar di telinganya. Emma terlihat ketakutan. Tangannya meraba ke belakang dan panic mengetahui tangan Emma yang terborgol.
"Tenanglah. Aku ada disini." ucap Alvin menenangkan Emma. Untuk pertama kalinya Alvin melihat Emma begitu ketakutan hingga seperti ini. Alvin mengusap pelan pipi Emma yang basah.
"Kuncinya disana." ucap Emma ditengah isakan tangis.
Alvin merasa bingung. Emma kemudian menunduk menatap kerah kemejanya lalu kembali menatap Alvin. Mulut Alvin terbuka menunjukkan betapa terkejutnya dia. Berbagai pikiran aneh berkecambuk dalam benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cambridge Classic Story (Complete)
Romansa"Aku tidak bisa membiarkanmu jatuh sendirian." Alfa membalikkan tubuhnya. Itu adalah kalimat yang pernah ia ucapkan. Ia tidak menyangka jika Emma masih mengingatnya. Ia memandang terkejut. Emma menatap lurus ke mata Alfa. "Aku bisa menebak maksud da...