Keadaan Rumah Sakit begitu riuh saat dua pasien datang di bawa ambulance. Salah seorang suster langsung menghubungi Nyonya Stellere. Para dokter ahli langsung masuk UGD untuk meyelamatkan mereka yang sangat kritis. Apalagi mengingat posisi penting Nyonya Stellere di Rumah Sakit ini.
Setelah mendengar kabar mengejutkan itu, Nyonya Stellere langsung pergi ke Rumah Sakit bersama dengan suaminya. Rasa khawatir begitu dalam ia rasakan. Ia tak hentinya berdoa dalam hati supaya putrinya baik-baik saja. Dan di sisi lain Tuan Xander juga sedang dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Ia sedang berada di kantornya saat mendapat kabar buruk ini.
Tangisan tanpa henti terdengar saat Nyonya Stellere sampai di Rumah sakit dan mengetahui keadaan putrinya yang sangat kritis.
Beberapa jam terasa begitu lama. Denting jam mengantarkan rasa ketakutan yang lebih kuat. Tuan dan Nyonya Stellere menunggu di depan ruang operasi. Perasaan mereka tidak tenang. Mereka hanya bisa berdoa dalam hati.
Tubuh Emma yang terbaring lemah di antarkan oleh beberapa perawat dan dokter menuju ruang ICU. Wajah Emma yang tampak memar membuat tangisan ibunya semakin pecah. Nyonya Stellere langsung menghampiri dokter saat keluar dari ruang operasi.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Nyonya Stellere kepada dokter yang menangani Emma dan merupakan seorang dokter senior di Rumah Sakit tempat Nyonya Stellere bekerja.
"Kami berusaha sebaik mungkin. Keadaan Emma begitu kritis." ucap dokter itu ikut prihatin.
Mereka masuk ke ruang ICU tempat Emma berada. Dokter terlihat memeriksa keadaan Emma. Dengan berat hati ia menghampiri Nyonya Stellere.
"Keadaannya sudah begitu darurat saat ia sampai di Rumah Sakit ini. Ia mengalami cedera parah pada bagian kepalanya. Saat ini ia dalam keadaan koma."
Nyonya Stellere menangis kuat saat mendengarnya. Dengan tegar Tuan dan Nyonya Stellere masuk ke ruang ICU. Hati mereka begitu sakit melihat putrinya seperti ini.
"Kau harus berjuang sayang. Kau harus kuat." ucap Nyonya Stellere di tengah isak tangisnya. Ia pun menggenggam tangan putrinya dengan lembut.
"Kami menunggumu di sini." Suara Tuan Stellere begitu terdengar lirih.
Setelah beberapa lama, mereka keluar dari ruangan. Terlihat nenek dan kakek Emma yang sedang duduk di ruang tunggu. Setelah mendapat kabar, mereka langsung kemari. Untungnya mereka belum pulang ke Indonesia.
Nyonya Stellere langsung memeluk ibu mertuanya. Ia merasa begitu sedih. Ibunya hanya diam dan menepuk pundak putrinya supaya lebih tenang.
****
Matahari mulai menghangati suasana sedih yang di alami keluarga Stellere. Adam yang baru sampai di Cambridge langsung melaju cepat menuju Rumah Sakit. Kemarin malam ia pergi ke Jepang untuk urusan perusahaan. Adam begitu mengutuk dirinya. Harusnya kemarin ia tidak usah pergi.
Adam berlari cepat saat sudah sampai di Rumah Sakit. Perasaannya begitu kacau. Gadisnya sedang koma saat ini.
Pintu ruang ICU tertutup rapat karena memang mereka sangat membatasi pengunjung pasien. Adam mengedarkan pandangannya melalui pintu kaca yang transparan itu. Matanya terlihat basah.
"Emma!" teriak Adam yang begitu frustasi.
Seorang petugas keamanan mendekatinya.
"Maaf, anda tidak bisa masuk ke sana."
Mendengar perkataan itu amarah Adam meledak.
"Apa maksudmu aku tidak bisa ke sana? Ini semua omong kosong!" teriak Adam. Pikirannya begitu kacau sekarang. Adam memaksa untuk masuk ke dalam tapi orang berbadan besar itu menghalanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cambridge Classic Story (Complete)
Romansa"Aku tidak bisa membiarkanmu jatuh sendirian." Alfa membalikkan tubuhnya. Itu adalah kalimat yang pernah ia ucapkan. Ia tidak menyangka jika Emma masih mengingatnya. Ia memandang terkejut. Emma menatap lurus ke mata Alfa. "Aku bisa menebak maksud da...