4. Terror Message

267 178 97
                                    

Dinginnya malam begitu terasa hingga menusuk permukaan kulit. Udara lembab memberikan kenyamanan tersendiri bagi Emma. Menyusuri jalanan kompleks rumahnya yang begitu basah akibat hujan.

"Hei, kau tidak latihan?"

"Sedang tidak ingin." jawab Alfa lalu mendekat dan meraih bahu Emma.

"Aku kasihan kepada mereka yang memiliki kapten basket sepertimu." sindir Emma sambil menggelengkan kepalanya.

Alfa mengantar Emma sambil berjalan kaki hingga sampai rumah. Ia meninggalkan mobilnya di kafe. Ia ingin menikmati suasana alam bersama Emma. Lebih tepatnya ia ingin menikmati waktu bersama Emma lebih lama. Karena jarak kafe dan rumah Emma yang tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan beberapa menit berjalan kaki.

"Pergilah." ucap Emma saat sudah sampai di depan rumahnya.

"Kau mengusirku?"

"Menurutmu?"

Emma hanya tersenyum lalu melangkah masuk ke dalam rumah. Alfa menatap punggung Emma sampai menghilang di balik pintu.

Alfa melangkah pergi untuk kembali ke kafe mengambil mobilnya. Tapi langkahnya terhenti karena melihat Adam berada di belakangnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Mengantar Emma pulang." ucap Alfa lalu menatap ke arah jendela kamar Emma. "Kau dari mana? Kenapa berjalan kaki sendirian?"

"Dari tempat teman. Rumahnya tidak jauh dari sini makanya jalan kaki saja." Alfa menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Ia kemudian tersenyum dan melangkah pergi.

"Sepertinya kau sering menghabiskan waktu dengan Emma." ucap Adam yang membuat langkah Alfa terhenti. Alfa membalikkan tubuhnya dan menatap Adam bingung. Ucapan Adam sedikit ambigu.

"Kenapa? Kau khawatir jika kami menghabiskan waktu sampai malam seperti ini?"

Adam menatap Alfa tajam dengan padangan tidak suka. Perasaan Adam selalu tidak baik setiap kali melihat Emma dan Alfa bersama. Ia berusaha menahan diri untuk tidak terlihat marah. Ucapan Alfa seolah memancingnya.

"Jangan khawatir. Aku akan menjaganya." ucap Alfa santai.

"Memangnya siapa dirimu?" desis Adam pelan hingga tak terdengar oleh Alfa. Adam tersenyum palsu dan menggelengkan kepala mendengar penuturan Alfa. Entah kenapa ucapan tadi membuat amarahnya terpancing.

"Kau belum pergi?!" teriak Emma tiba-tiba dari jendela kamarnya.

Emma tidak menatap Adam sama sekali. Pandangannya hanya fokus kepada Alfa. Emma buru-buru membuka jendela saat ia tadi melihat Alfa dan Adam saling berhadapan. Entah mengapa perasaannya jadi tidak tenang.

"Pergilah! Aku mengusirmu!" teriak Emma lagi karena Alfa dari tadi hanya terus menatapnya.

"Dasar wanita kasar! Baiklah, aku pergi!" teriak Alfa tidak mau kalah lalu langsung melangkah pergi.

Emma langsung menutup jendela kamarnya. Ia tahu Adam terus menatapnya dari bawah sana. Ia mengunci rapat dan menarik korden untuk menutup jendela. Ia merasa Adam jadi lebih menakutkan sekarang.

Hari ini benar-benar melelahkan. Melangkahkan kaki mungilnya ke arah tempat tidur dan bersiap untuk menenangkah diri. Setidaknya untuk sesaat ia ingin tidur dan beristirahat. Ia ingin melupakan apa yang terjadi. Semuanya. Itulah doa yang selalu terucap dalam hati sebelum ia pergi tidur.
***

Sentuhan lembut matahari membuatnya terjaga. Perlahan ia bangun dan berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci wajah. Suara ketukan terdengar dari balik pintu kamarnya. Emma membuka pintu perlahan.

Cambridge Classic Story  (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang