2. Intimidation

334 223 158
                                    


Adam adalah sosok yang susah ditebak. Hal apapun yang ia lakukan, sekecil apapun itu tidak pernah akan terpikir di benak Emma. Tiba-tiba pria itu ada di sini. Well, mungkin kebetulan. Tapi sayangnya Emma sangat tidak menyukai kebetulan yang telah dibuat Adam.

"Santai saja. Bergabunglah dengan kami." ucap Ardo bersahabat.

Tawa Emma sontak berhenti melihat Adam yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya.

Rasa nyaman yang ia rasakan hilang seketika. Emma menatap Adam dengan kebencian dan rasa takut yang tersirat. Adam hanya menanggapi dengan senyuman licik. Emma langsung mengalihkan pandangannya dari Adam dan menunduk menatap ice cream green tea miliknya.

"Aku ke toilet sebentar." ucap Emma lalu pergi.

"Sepertinya Emma benar-benar kesal." ucap Mijin menatap Emma yang pergi ke toilet.

"Seharusnya kau langsung saja memberitahunya. Kenapa kau menyuruhnya mengingat hal yang tidak perlu." saran Mia sambil menikmati minumannya.

"Sebenarnya karena yang dia ucapkan saat itu, sekarang aku mendaftar di jurusan ini." guman Alfa pelan sambil meminum latte di tangannya.

Alfa pindah ke kursi tempat Emma duduk dan sekarang ia berada di samping Adam.

"Sepertinya sepupu mu itu mudah sekali kesal. Kenapa kau sanggup hidup satu atap dengan dia." ucap Alfa dengan nada bercanda sambil meletakkan tangannya di bahu Adam.

"Begitulah dia." ucap Adam seadanya tanpa menatap Alfa.

Emma keluar dari toilet. Ia berjalan menuju kursi tempat Alfa duduk tadi. Okey, setidaknya sekarang ada Alfa yang duduk diantara Emma dan Adam. Emma berusaha untuk menghindari tatapan Adam. Saat duduk, Alfa langsung mencondongkan tubuhnya ke arah Emma lalu mengusap rambut Emma pelan.

"Kau kesal padaku."

Itu bukanlah pertanyaan tapi sebuah pernyataan. Emma bingung menanggapinya jadi ia hanya diam dan menarik ice cream green tea mendekat kepadanya.

Alfa merangkul bahu Emma lalu ikut memakan ice cream green tea itu. Biasanya Emma akan marah tapi kali ini dia diam saja. Perasaannya tidak tenang sekarang. Adam hanya menatap dingin ke arah mereka.

"Hei, sampai mana pembicaraan kita tadi? Oh iya, apa yang akan kita lakukan sekarang? Pengumuman masih lama." ucap Rossie mengembalikan topik.

"Bagaimana dengan liburan?" ucap Mijin menyampaikan saran.

"Setuju!" ucap Mia lalu melayangkan five high kepada Mijin.

"Bagaimana kalau kita ke Perancis?"

"Tidak, kita sudah ke sana tahun lalu. Benar-benar menyebalkan melihat kalian berdua bermesraan terus-menerus sepanjang hari." tolak Mijin.

"Kalau kalian merencanakan liburan, bagaimana dengan Indonesia?" saran Adam tiba-tiba yang membuka suara.

"Indonesia?"

"Setuju!" ucap Ardo penuh semangat.

"Kau dan Emma berasal dari Indonesia, jangan-jangan kalian ingin liburan sekaligus pulang ke kampung halaman, benar kan?" ucap Rossie menatap Adam dan Emma bergantian.

"Tidak juga. Aku sudah ke Indonesia beberapa bulan lalu." sanggah Emma.

"Aku tidak masalah ke sana. Lagipula dua tahun lalu kalian pernah berlibur ke sana juga, kan? Tempatnya benar-benar sangat indah. Tidak akan mengecewakan."

"Tempat indah? Maksudmu Bali?, sindir Emma lalu menyenggol perut Alfa dengan siku tangannya.

"Kalian berdua sering ke sana, benar kan?" ucap Rossie sambil menunjuk Emma dan Alfa dengan sedotan minumnya.

Cambridge Classic Story  (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang