Play : GD ft Jennie - Black
Kehidupan yang menurut sebagian orang menyenangkan, namun itu tidak berlaku untuk Yoona. Dirinya ada tanpa asal usul yang jelas. Semakin Yoona beranjak dewasa, ibu pengasuh yang berada di panti asuhan menjelaskan tentang asal usulnya. Walau kenyataan itu menusuk hingga ulu hatinya, Yoona terus mendengarkan penjelasan ibu Han. Ibu yang mengasuh Yoona semenjak ia di buang.
Yoona terlahir dari hubungan terlarang antara sekretaris dengan pengusaha terkaya di Seoul yang tentunya sudah memiliki anak dan seorang isteri. Yoona memikirkan dua spekulasi tentang ibunya. Bahwa ibu kandungnya adalah seorang perayu atau sang perayu itu adalah pengusaha kaya rayanya?
Nasi sudah menjadi bubur. Semua tidak akan bisa terulang. Berlarut-larut dalam kesedihan tidak akan membalikkan keadaan. Semua sudah terjadi. Ini adalah takdirnya. Takdir yang harus ia terima dan hadapi.
Semenjak semuanya terungkap, hidup Yoona menjadi terasa hambar. Yoona yang terkenal dengan sifat cerianya di panti asuhan, menjadi pendiam dan lebih tertutup. Hidupnya seakan menghitam. Semua yang ia lihat terlihat seperti layar yang hanya menampilkan warna hitam dan putih. Bahkan wajah tiap orang yang berinteraksi dengannya seakan kabur.
Bukan salahnya ia terlahir di dunia. Seorang bayi terlahir dengan keadaan suci. Ia bukanlah anak haram. Tidak ada istilah anak haram dalam kehidupan. Yang ada hanyalah anak yang tidak diinginkan. Itulah Yoona saat ini. Ia lebih menyukai fakta bahwa orangtuanya meninggal daripada orangtuanya membuang dirinya.
Selulusnya Yoona dari sekolah menengah, ia berbicara dengan ibu Han untuk melanjutkan hidupnya sendiri. Ia ingin pergi dari panti asuhan yang mengasuhnya. Ia ingin pergi meninggalkan adik-adiknya. Ibu Han tentu tidak bisa menahannya. Karena panti asuhan selalu menerima anak yang terlantar. Memang banyak dermawan yang menyumbangkan sebagian hartanya, tetapi Yoona sudah beranjak dewasa. Ibu Han tentu tidak bisa mengusirnya, namun Yoona menawarkan dirinya untuk meninggalkan panti asuhan. Jujur saja, ibu Han benar-benar terbantu dengan keputusan Yoona. Karena dana belas kasih para dermawan sudah semakin sedikit. Bukan jahat, tetapi ia memikirkan anak yang lain, yang umurnya jauh dibawah Yoona.
Yoona diberikan uang oleh ibu Han dengan jumlah yang cukup untuk membayar apartemen kecil dan cukup untuk menjamin kehidupannya selama sebulan. Yoona mengambil banyak pekerjaan. Mulai dari menjaga toko kelontong, hingga membantu di sebuah tempat makan. Ia tidak peduli akan tubuhnya yang semakin mengecil dengan bentuk tulang yang semakin terlihat jelas. Ia hanya memikirkan bagaimana cara menghidupi dirinya sendiri. Berbaur dengan manusia yang tamak.
Sesekali, Yoona mendapatkan teguran dari atasannya. Ia melayani tamu dengan sedikit ketus. Pelangganpun melayangkan protes pada pemilik toko, dan berakhirlah Yoona yang ditegur.
"Kau!! Semakin lama kau disini, kau bisa menghancurkan usaha paman Kwon! Apa kau tidak pernah mendapatkan didikan etika dari orangtuamu? Berhentilah menyusahkan paman Kwon! Beruntung paman Kwon memperkerjakanmu! Berhenti melayani tamu dengan wajah dinginmu itu!"
Yoona mengeraskan rahangnya. Ia tidak peduli dengan dirinya yang dimaki karena wajah dinginnya. Tetapi sungguh, membawa orangtuanya yang bahkan ia tidak tahu keberadaannya, itu membuat Yoona sedikit merasa tersinggung. Ia menunjukkan senyum mirisnya, "Orangtua?"
"Hentikan Yuri-ya. Sungguh, ayah tidak apa," lerai paman Kwon, ayah Kwon Yuri, wanita yang membentak Yoona. Paman Kwon jelas mengetahui latar belakang Yoona. Beliau merasa simpatik pada Yoona, sehingga beliau tidak pernah membentak Yoona. Namun puterinya dengan kasar membentak Yoona.
"Ya! Aku memang tidak mendapatkan didikan etika dari orangtuaku. Karena itulah mereka membuangku. Mereka tidak ingin mendidikku. Bahkan melihatku pun mereka tidak sudi,"
YOU ARE READING
short stories ✔
RandomBeberapa chapter mengandung unsur DEWASA. Bijaklah dalam membaca. Anak di bawah umur, tolong urungkan niatnya untuk membaca, karena sudah diperingatkan mengandung unsur DEWASA.