Ini merupakan kutukan untuk Yoona.
Yoona, adalah nama seekor puteri duyung. Bolehkah kita memanggilnya puteri duyung sementara jika Yoona berada di daratan, ekornya akan berubah menjadi sepasang kaki yang jenjang dan cantik. Sudah menjadi tradisi bagi para puteri duyung. Merayu para nelayan dengan suaranya untuk dibawa ke dasar laut.
Yoona bertemu dengannya. Pria itu bukanlah nelayan. Tidak dilihat dari kapal yang ia gunakan. Terlihat besar, kokoh dan mewah. Temannya berkesimpulan bahwa kapal itu milik bangsawan. Hampir tidak mungkin jika nelayan menggunakan kapal semewah itu untuk mendapatkan beberapa ekor ikan. Temannya pun berkata, bahwa mereka tidak bisa mendekati kapal itu. Kapal itu di fasilitasi meriam yang bukan hanya menghancurkan para puteri duyung, tetapi juga ekosistem laut.
Tetapi Yoona memberanikan diri. Memperhatikan kapal itu walau temannya sudah kembali ke dasar lautan. Ia terlihat penasaran dengan kapal itu. Wajar saja, ia baru pertama kalinya melihat kapal semegah dan semewah itu. Jangan salahkan dirinya yang terbius dengan kelap kelip dari lampu minyak yang berada di kapal itu.
Ketika ia melihat salah seorang penghuni kapal itu ke tepi dan menyandarkan sikunya ke pinggiran pembatas kapal, ia sedikit menenggelamkan dirinya agar tidak terlihat. Puteri duyung bukan hanya memiliki suara yang indah, bukan hanya airmatanya yang ajaib, tetapi juga penglihatan dan pendengarannya yang tajam. Untuk pertama kalinya. Yeah, untuk pertama kalinya Yoona merasakan sesuatu pada jantungnya. Pria itu sangatlah tampan. Sangatlah tampan.
Mungkin definisi tampan bagi seekor puteri duyung berbeda. Tetapi Yoona merasakannya. Seakan ribuan terumbu karang yang ia sukai berada di hadapannya dengan berbagai warna dan bentuk. Tanpa sadar, Yoona memunculkan kepalanya. Hanya sebatas leher, guna melihat pria itu dengan sangat jelas.
Beberapa saat ia memperhatikan, terlihat seorang wanita membawa seorang anak kecil pada pria itu, "Willis. Lihatlah! Robert terlalu rewel malam ini." kata-kata itu tertangkap di pendengaran Yoona.
'Robert?'
Pria yang diketahui bernama Willis itu merebut anak laki-laki kecil dari wanita itu, 'Ada apa dengan puteraku ini? Mengapa kau sangat rewel, nak? Tidakkah kau senang berlayar menyusuri lautan bersama ayah?'
Yoona menelan kekecewaannya. Rupanya, pria itu sudah berkeluarga. Tiba-tiba jantungnya berdenyut nyeri seperti ribuan anak panah menyerang jantungnya. Bahkan Yoona menggambarkan bukan anak panah yang menyerangnya, melainkan beribu peluru meriam menyeran jantungnya. Begitu sakit.
'Apa ini? Perasaan apa ini? Kenapa aku begitu sakit?' gumam Yoona dengan tangan kanan yang terkepal di dadanya.
Sebuah tepukan di pundaknya menyadarkan Yoona dari sesaknya melihat pemandangan pria itu dengan isterinya. Ia melihat siapa yang membangunkannya dari keterpurukan. Taeyeon, sabahatnya. Sesama puteri duyung. Taeyeon memperhatikan Yoona dari jauh. Ia tahu bahwa sahabatnya jatuh cinta pada sosok yang pertama kali di temui sahabatnya. Tetapi ketika melihat wanita dan anak kecil itu, Taeyeon tahu bahwa pria itu bukanlah seorang pria lajang. Taeyeon harus mencegah Yoona menangis. Karena airmata duyung sangat berharga.
'Jangan menangis. Simpanlah airmatamu.' begitulah Taeyeon. Ia selalu memperingatkan Yoona, sahabatnya yang sangat ceroboh.
Beberapa hari terlewati. Yoona perlahan mulai melupakan pria yang ia temui itu. Yoona memutuskan untuk menyibukkan diri. Bernyanyi di pesisir pantai dengan ekor yang berubah menjadi sepasang kaki yang cantik. Ia menyusuri pantai dengan bersenandung. Sesekali ia mengambil cangkang kerang yang terdampar. Yoona menyukai sesuatu yang indah dan sederhana.
Pantai yang ia rasa tidak pernah di kunjungi oleh seorangpun manusia, ternyata salah. Seorang pria berjalan menyusuri pantai itu. Ia hanya penasaran dengan warga yang mengatakan bahwa pantai itu terasingkan. Pria itu melihat seorang wanita yang terduduk dibawah batu besar yang dapat menutupi seluruh dirinya. Wanita dengan kulit seputih salju dan rambut hitam legam sedikit bergelombang. Wanita itu mengenakan... Mungkin terlihat seperti kain lusuh yang hanya di lilitkan di tubuh dan berujung dengan ikatan di belakang leher. Smart.
YOU ARE READING
short stories ✔
RandomBeberapa chapter mengandung unsur DEWASA. Bijaklah dalam membaca. Anak di bawah umur, tolong urungkan niatnya untuk membaca, karena sudah diperingatkan mengandung unsur DEWASA.