38. December in Love (2)

2.2K 313 16
                                    

Hari demi hari Yoona jalani. Seperti hari-hari sebelumnya, Yoona hanya perlu terbiasa karena ketiadaan Sehun yang tanpa sadar mengisi hari-harinya. Kini, Yoona harus mengakui, ia sedikit merasa kesepian. Pada akhirnya, Yoona memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Walau orang tuanya bersikukuh untuk menjodohkannya dengan anak kepala desa, mereka tetaplah orang tua Yoona.

Walau berat hati ia meninggalkan kota hidup seperti Seoul, tetapi rasa kecewa terhadap Sehun masih membekas di hatinya. Ia tidak menyukai pria dengan penuh kebohongan. Yoona tahu, ia tidak berhak marah pada Sehun, karena ia bukanlah siapa-siapa untuk Sehun. Tetapi, beberapa hari pria itu tinggal bersamanya, ia merasakan sedikit aneh pada hatinya. Sebut saja ketika Sehun memberikannya syal sebelum ia berangkat kerja perdananya di sebuah cafe. Hal kecil itu menghangatkan hati Yoona.

Wanita berhati lemah.

Sekarang, Yoona paham dengan istilah itu. Hatinya lemah ketika Sehun berprilaku baik padanya. Hatinya lemah dengan kebaikan dari Sehun.

"Yoona-ya? Kau tidak tidur?" tanya sang ibu yang bernama Kim Tae Hee, karena beliau melihat Yoona larut malam berada di terasnya.

Seperti pada desa-desa pada umumnya. Desa tempat kelahiran Yoona minim akan penerangan. Sehingga, pukul delapan malam, masyarakat memilih untuk tetap berada di rumah. Bahkan, sebagian dari mereka sudah terlelap menemui mimpi indahnya.

Yoona memberikan senyuman pada Tae Hee, "Aku belum mengantuk, Ibu,"

"Apa kau sudah terbiasa dengan Seoul, sehingga kau mengubah jam tidurmu?" Tae Hee memilih posisi untuk duduk disamping puterinya. Yoona hanya tersenyum menanggapi pertanyaan ibunya. Bagaimana ia bisa tertidur, jika ia mengingat kenangannya akan Sehun, "Kau ingin bercerita dengan Ibu?"

"Entahlah. Aku hanya merasa sedikit menyesal, pergi ke kota besar seperti Seoul,"

Tae Hee tersenyum hangat dan mengusap surai hitam puterinya, "Kenapa? Bukankah itu pilihanmu? Bahkan, ayahmu sudah merelakan, jika kau tidak kembali ke rumah. Ayah dan ibu hanya bisa mendoakanmu,"

Yoona beralih menatap Tae Hee, "Apa ayah masih keras kepala untuk menjodohkanku?"

Tae Hee terkekeh pelan. Walau kerutan sudah mulai timbul di wajahnya, tetapi tidak menutupi kecantikannya di usianya yang terbilang senja, "Tidak. Ayahmu sudah menyerah. Kau berhak menentukan jalan hidupmu,"

Yoona mengangguk paham, "Mulai besok, aku akan membantu ayah di sawah,"

"Tidak perlu. Kau cukup menjaga adik-adikmu di rumah. Ibu sudah merasa lebih baik," Tae Hee beranjak dari tempat duduknya, dan menepuk pundak puterinya dengan pelan, "Jangan terlalu lama berada di luar. Angin malam tidak baik untuk tubuhmu," Yoona mengangguk.

Tidak lama setelah Tae Hee masuk ke dalam rumahnya, Yoona akhirnya memutuskan untuk menyusul Tae Hee. Tidak lupa, ia mengunci pintu, karena ia menjadi orang terakhir yang masuk ke dalam rumah.

Yoona masuk ke dalam kamarnya. Ia berbaring di ranjang usangnya dan melihat langit-langit. Memikirkan ke depannya. Apakah ia akan kembali ke Seoul, atau menetap di desanya sampai ia menikah dengan salah satu pemuda desa nanti?

Yoona memejamkan matanya, berkutat dengan alam mimpi yang mendatangi dirinya, hingga ia tidak sadar, bahwa fajar sudah tiba. Yoona terbangun karena adik laki-lakinya bernama Lim Woo Ju membangunkannya untuk segera sarapan bersama. Walau mereka hidup di desa, keluarga Lim tidak melupakan untuk tetap makan bersama.

Ayah, ibu dan keempat adiknya termasuk Woo Ju sudah duduk manis menunggu Yoona, "Kalian bisa makan tanpa diriku,"

"Apa kau sudah terbawa adat di kota?" tanya ayahnya yang bernama Lim Yun Ho dengan suara berat dan tegas.

short stories ✔Where stories live. Discover now