"Semua orang meneriaki aku dan adikku dengan sebutan monster, setan, iblis dan kata-kata lain yang sangat tidak sedap untuk didengar. Mataku dan mata adikku berbeda dari manusia pada umumnya. Ayah memberitahu aku dan adikku, bahwa ini adalah keturunan ibu. Memang, saat ayah menunjukkan foto ibu, ibu sangatlah cantik dengan mata yang sama seperti aku dan adikku. Hingga aku dan adikku semakin bertumbuh besar, aku tahu, bahwa ibu bukanlah manusia biasa pada umumnya. Salju adalah milikku, hujan adalah milik adikku. Tetapi adikku berbeda. Ia tidak menyakiti manusia. Sedangkan diriku, saat aku menangis akan terjadi badai salju. Bahkan aku pernah membunuh seorang manusia karena ia telah menyakiti ayahku. Hanya dengan emosi yang meledak-ledak, manusia itu akan bersimbah darah dengan sendirinya. Itu membuatku diasingkan disebuah mansion besar di pegunungan dengan seorang pelayan yang melayani kebutuhanku setiap harinya, dan tentunya aku dipisahkan dengan adikku. Adikku dan ayahku berada disebuah kediaman yang tidak kalah besar dari mansion tempat ia tinggal dan jauh dari pegunungan." - Lim Yoona.
•●•
Mimpi indah Yoona terganggu karena pelayan yang selama delapan tahun terakhir merawat dan melayaninya selama ini membuka tirai agar cahaya matahari mengusik paginya. Tidak lupa aroma masakan dan teh yang mengusik indera penciumannya.
"Nona, bangunlah. Anda harus sarapan,"
Yoona mengusak matanya yang tertutup. Sejak ia diasingkan di mansion besar tempat tinggalnya saat ini, ia menjadikan 'tidur' sebagai prioritas utamanya.
Apa yang harus ia lakukan di mansion besar untuk ukuran dirinya dan hanya ditinggali dua orang bersamanya. Yura dan Paman Jaesuk. Kedua pelayan yang ditugaskan untuk menemaninya di mansion besar itu. Ayah dan adiknya sesekali mengunjungi Yoona, tetapi sudah beberapa kali, ayah dan adiknya tidak mengunjunginya lagi. Yoona beranggapan bahwa mereka sedang disibukkan oleh sesuatu.
Yoona mengiris daging steaknya. Yoona lebih menyukai sarapan di kamarnya dibandingkan di meja makan, "Apa buku yang kupesan sudah dibawa oleh paman Jaesuk?" tanya Yoona dan memasukkan potongan steak ke dalam mulutnya.
Yura mengambil pakaian kotor Yoona yang bertebaran di lantai. Yoona memang bukan seorang yang mencintai kebersihan. Ia hanya menyukai piano, buku dan kebun mawarnya, "Sudah, nona. Lima belas menit lagi beliau akan tiba disini," Yura adalah keponakan dari Jaesuk. Yura mengabdikan dirinya pada keluarga Lim dan memilih untuk tidak menikah. Sebenarnya umur Yura sudah matang dan diperbolehkan menikah. Tetapi ia membuat tekad, ia akan menikah jika nona mudanya menikah.
Sedangkan paman Jaesuk, ia sudah menikah dan memiliki tiga orang anak. Umur beliau sudah menginjak enam puluh tahun. Seorang pria tua yang ringkih dan rambutnya sudah mulai memutih. Jaesuk meminta persetujuan pada Yoona, tiap akhir pekan, ia akan mengunjungi isteri dan anaknya, dan Yoona menyetujuinya.
Yura berpamit pada Yoona untuk menyuci pakaian kotor Yoona. Seperti inilah setiap harinya. Yoona memakan makanannya seorang diri. Beberapa kali Yura dan Paman Jaesuk menemaninya makan di meja makan. Tetapi tidak sesering itu, mereka hanya menemani sesekali. Hal itu membuat Yoona dilanda kesepian. Kesepian yang teramat sangat, dan airmatanya berhasil lolos dari sudut matanya.
Jaesuk yang berada di mobil bersama puteranya menyadari bahwa salju turun di musim semi. Jaesuk sangat mengetahui bahwa Yoonanya, puteri dari Lim Yunho yang sudah ia anggap sebagai puterinya sendiri sedang bersedih saat ini. Tidak semua daerah yang terkena salju di luar musim akibat kesedihan Yoona. Salju itu hanya berdampak 5km dari keberadaan Yoona.
Jaesuk membuka jendela mobil dan mengambil butiran salju dengan tangannya yang sudah mulai keriput, "Nona muda sedang bersedih," gumam Jaesuk dengan suara yang sangat pelan.
YOU ARE READING
short stories ✔
AcakBeberapa chapter mengandung unsur DEWASA. Bijaklah dalam membaca. Anak di bawah umur, tolong urungkan niatnya untuk membaca, karena sudah diperingatkan mengandung unsur DEWASA.