"Nar, ayo berangkat nanti telat."
"Iya, pake sepatu dulu."
Azka melihat arlojinya, sekarang pukul 13.15 WIB, itu berarti 45 menit lagi acara pelantikan akan dimulai. Setelah acara pentas seni 2 hari lalu, sekarang semua anggota calon pengurus osis yang baru akan diuji baru dilantik. Siang ini Azka menjemput Kinar dengan sedikit paksaan, juga dengan sedikit rayuan.
"Ayo berangkat, nanti telat."
"Kamu yang bikin kita telat."
Kinar hanya menunjukan senyum pepsodent miliknya, jarang loh ia mau melakukan ini. Hubungan antara mereka berdua sudah jauh lebih baik, tidak ada lagi perang dingin. Ya, Kinar memutuskan untuk berdamai, seperti kata orang jalani saja bagai air mengalir. Hatinya sudah pasrah, tidak mau menolak lagi untuk mengukir sebuah nama di sana.
"Makasih pak ketos." ucap Kinar ketika Azka membawakan tas ranselnya ke dalam mobil.
Azka tersenyum. "Ini gak gratis, kamu harus bayar dengan makan jagung bakar sama saya nanti malam."
"Gak masalah, asal gue tinggal makan. "
Azka terkekeh, senang bisa bicara santai seperti ini dengan Kinar. Tanpa ada sindir-sindiran ataupun caci maki, Azka juga senang karena sekarang Kinar lebih banyak tersenyum dan itu karenanya. Suatu hal yang membanggakan untuk Azka, ia bangga bisa membuat Kinar tertawa.
Kinar menutup pintu mobil, lalu menyetel radio. Disusul Azka yang duduk di balik kemudi, mulai menjalankan mobilnya.
Mobil sudah melaju tapi tinggal belum memasang sabuk pengamannya, melihat hal itu membuat Azka berkomentar. "Sabuknya dipakai."
"Eh, nanti lo mau kuliah di mana? " tanya Kinar, mengabaikan perintah Azka yang menyuruhnya memakai sabuk pengaman.
"Sabuk pengaman Nar," peringat Azka lagi
Kinar mendengus, lalu memakai sabuk pengaman. "Nih, udah. Jadi, lo mau lanjut kuliah di mana? "
"Terserah saya, kenapa emang? Kamu mau ngikutin saya."
Kinar langsung buang muka. "Tau gitu gak bakal nanya gue."
Azka mengusap rambut Kinar dengan satu tangan satu tangannya yang lain memegang kemudi. "Bercanda, kalo saya sih maunya yang deket aja."
"Sama rumah maksudnya?"
"Sama kamu."
"Anak alay ke laut aja sana"
"Gak ah, nanti kamu di gebet orang."
Azka tertawa gemas melihat Kinar yang memutarkan bola matanya kesal. "Serius Nar, paling jauh saya ngambil di Bandung."
"Ke kutub utara juga boleh, silahkan aja." Kinar memasang topi dari sweater yang dipakainya, dongkol dengan Azka.
Azka melirik ke arah Kinar yang enggan melihat ke arahnya. "Yahh dianya marah."
Kinar tidak menjawab, biar saja Azka ngomong sendiri. Sementara itu Azka membiarkan Kinar yang sedang merajuk, ini peristiwa langka. Memangnya kapan lagi Kinar seperti ini dengan Azka?! Jadi manfaatkan kesempatan yang ada. Sebenarnya perubahan sikap Kinar cukup drastis, setelah pensi kemarin, mereka berdua jadi lebih dekat. Bahkan jauh lebih dekat dibanding sebelumnya, dan itu membuat Azka senang.
Baik Kinar maupun Azka sama - sama membiarkan mobil tetap dalam keadaan hening, tak ada yang berniat memecah kebisuan sampai mobil Azka terparkir di halaman sekolah. Tidak terlalu ramai, karena kegiatan ini berlangsung di luar jam sekolah. Rasa jengkel Kinar sebenarnya sudah musnah, tapi memang sifatnya saja yang sedikit jutek. Tanpa basa basi Kinar keluar begitu saja dari mobil, bahkan tanpa ucapan terimakasih.
Azka mengambil kartu peserta Kinar yang tertinggal di dalam mobil, ia segera keluar melihat Kinar yang mulai menjauh. Anak ini teledor sekali.
"Kinar, tunggu saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
osis love story
Teen FictionSeorang kinara yang membenci hal yang berbau osis kini harus berurusan dengan azkara si ketua osis Kinara yang memandang azkara sebagai sosok perusak mood nya Dan azkara yang memandang kinara sebagai sosok adek kelas paling songong Sampai sebuah p...