Part 32

53 4 2
                                    


"Woy!" Miko menggebrak meja Kinara yang membuat gadis itu tersentak.

"Lo tuh, bisa nggak jadi anak yang baik sehari aja." Ucap Kinara diiringi lirikan sinis.

"Kurang baik apa gue, Nar sama lo. Lo jatoh gue tolongin, lo marah gue tenangin,  sampe lo makan aja gue bantu abisin tiap hari. Nggak kurang - kurang baiknya gue sama lo, Nar."

Kinar menghela napas jengah. "Terus, hari ini lo mau bantuin gue nge-habisin makanan juga?"

"Jelas, hal kayak begitu nggak usah lo tanyain. Dengan senang hati gue bantuin." Jawab Miko dengan antusias.

Mira datang menimbrung obrolan antara Kinara dan Miko. "Banyak omong lo, ayo ke kantin nanti keburu penuh mejanya." Ajak Mira yang langsung menyeret paksa Kinara untuk pergi ke kantin, tentu saja diikuti Miko.

Di sepanjang koridor, mereka bertiga membahas hal - hal yang sangat amat tidak penting. Apalagi Miko, yang selalu saja melontarkan kalimat kalimat super receh andalannya. "Eh, ayam ayam apa yang romantis? Hayoo coba tebak."

Mira melirik Miko. "Mulai lagi dia."

"Yailah, kenapa sih lo. Suka - suka gue, lah. Komen mulu hidup lo." Balas Miko sewot.  "Ayo, Nar. Ayam apa?"

"Mana gue tau, gue nggak kenal sama tuh ayam yang lo maksud." Kinara menajawab seenaknya.

"Ayam yang romantis itu Ayam (I am) Love You!!"

Krik krik krik

Miko berkacak pinggang. "Heran gue sama lo berdua, nggak ada yang ngehargain usaha gue. Berasa ngelawak sama patung tau nggak sih lo."

Kinara dan Mira tidak mempedulikan Miko yang tengah sewot.  Kinara yang semula merasa biasa saja, kini tiba - tiba merasa atmosfer di sekitarnya mulai tidak normal.

Beberapa meter di depannya, Azka dan Dika kompak berjalan berlawanan arah dengan Kinara. Seperti biasa, jantung Kinara berdetak dengan ritme amburadul. Dari tempatnya, Kinara bisa melihat Azka yang memberikan senyum padanya. Jangan ditanyakan bagaimana perasaan Kinara, ia tidak bisa menjabarkannya lewat kata - kata.

Jarak antara keduanya semakin terkikis, wajah Azka yang tadi terlihat samar - samar, kini terlihat semakin jelas. Kinara mencoba untuk tetap terlihay Cool, ia tetap melangkah maju. Mira yang menyadari kehadiran Dika, pun tersipu malu.

Miko berdecak, ia sudah tahu apa yang akan terjadi setelah ini. "Bakal jadi kambing conge gue."

Akhirnya, Azka tepat berada di hadapan Kinara. Keduanya sama - sama berhenti, saling menatap untuk beberapa detik.

Di samping Kinara, ada Mira yang sedang berbincang dengan Dika.

"Mau kemana?" Tanya Azka.

"Kantin, kan lagi jam istirahat."

Azka mengangguk. "Kamu nggak ada niatan nanyain saya balik?" Goda Azka pada Kinara.

Kinara melongo. "Astaga!" Setelahnya langsung bertanya pada Azka. "Kalo lo mau kemana?"

"Saya sih mau nyamperin kamu."

"Nggak ke kantin? Emangnya lo nggak laper?"

"Kinar, saya bisa aja biarin perut saya yang keroncongan ini nunggu. Tapi kamu.. Saya nggak mungkin biarin kamu nunggu terus." Gombal Azka.

Kinara tersenyum. Padahal ia tahu kalau Azka hanya bergurau, tapi entah kenapa Kinara jadi tersadar akan satu hal. "Ya, lo emang nggak pernah buat gue nunggu. Malah kebalikannya."

"Nggak usah dibawa serius, Nar." Peringat Azka.

"Iya. Jadi, gue ini lebih penting dari isi perut lo?" Kinara menggoda Azka balik.

"Kalo isi perut yang kamu maksud itu ginjal, usus, dkk. Jelas nggak, Nar." Saut Azka asal.

Plakk!!

Tanpa banyak bicara Kinara langsung menabok lengan Azka dengan keras, membuat laki - laki itu mengaduh lalu terkekeh karena merasa senang bisa terus menerus menggoda Kinara. "Iya iya, Nar. Kamu lebih penting dari perut saya yang kelaperan. Puas nona?"

"Kalo gitu gue lebih penting juga dari soto ayam Bu Nani?"

"Iya, jauh lebih penting."

"Kalo sama siomaynya Mang Asep?"

"Astaga, iya Kinara."

"Bubur ayam Mas Malik?"

"Iya."

"Es cendolnya Pak.."

"Iya sayang." Azka menyela Kinara yang sedang bicara, ia sedikit kesal tapi juga gemas dengan pertayaan Kinara. Meski begitu, Azka pun senang dengan tingkah usil Kinara yang menurutnya menggemaskan.

Dan karena panggilan 'Sayang' itu, Azka pun mendapat pukulan di lengan untuk kedua kalinya.

"Lo tuh kalo ngomong dipikir dulu, dong." Omel Kinara.

"Mana bisa saya mikir kalo lagi sama kamu."

"EKHM! Informasi kepada kalian yang lagi kasmaran, dikelilingi bunga - bunga. Mulai dari bunga mawar, melati pinokio, sampe bunga bangke. Mohon maaf bapak dan ibu, waktu istirahat kita terbuang. Meja di kantin udah penuh, antrian juga udah melingker kayak uler. Jadi kapan kita makan?" Miko mengeluarkan segala unek - uneknya lantaran merasa gerah dengan manusia manusia yang asyik ngebucin tanpa peduli pada dirinya yang jones.

"Sirik bilang bos!" Ledek Mira.

Dika tertawa melihat tampang Miko yang seperti ingin menelan Mira hidup - hidup. "Yaudah, gih ke kantin."
"Kalian?" tanya Mira.

"Kita mau ke depan, beli lem sama gunting." Dika menjawab.

Kinara melirik Azka. "Jadi lo ngibul perkara mau nyamperin gue?"

Azka langsung nyengir. "Saya mau bikin kamu seneng, Nar. Seneng kan kamu?"

Kinara hanya mendengus.

"Nar, lo bisa kan ngambeknya ntaran aja. Pikirin soto, siomay, batagor, es teh manis." Pinta Miko. Melihat Kinara yang tidak merespon, ia pun langsung menarik tangan gadis itu sekaligus tangan Mira. Diseretnya mereka berdua ke kantin. MIKO SUDAH LELAH!

"SORRY YA ABANG - ABANG, PACARNYA SAYA PINJEM DULU. MAU SAYA AJAK MAKAN, BIAR ADA TENAGA BUAT NGE-BUCIN!"

osis love story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang