Part 30

635 38 12
                                    

Enjoy!

******************************
  Azka menghempaskan dirinya ke kasur, ia baru saja selesai makan malam di rumah. Sayang sekali, kesempatan makan malam bersama Kinar terpaksa dibatalkan karena urusan hati. By the way, meski tadi ia dan Kinar bertengkar namun entah kenapa ada setitik rasa lega bagi Azka. Jauh di lubuk hatinya, tentu saja Azka tidak mengharapkan adanya pertengkaran seperti tadi, apalagi ketika Kinar sudah memutuskan untuk melepaskannya. Namun harus Azka akui berkat debat mereka tadi, ia jadi tahu apa yg Kinar rasakan, dan Kinar pun juga tahu apa yang ia rasakan. Tanpa disadari, masalah yang mereka hadapi tadi justru membawa mereka kepada kejujuran mengenai perasaan masing - masing, dan Azka merasa lega karena Kinar sudah terbuka padanya.  Dan yang terpenting...

  Sekarang Azka tahu kalau Kinar punya perasaan yang sama dengan dirinya.

  "Ya.... Kinar nggak nolak gue, dia cuma nunda untuk jadi pacar gue." Azka bergumam, satu hal yang ia yakini saat ini adalah "Someday, she will say yes for me."

  Azka memejamkan matanya, berusaha untuk tidur. Namun yang terjadi, ia justru merasa gelisah. Berulang kali ia merubah posisi tubuhnya. Akhirnya, Azka memutuskan untuk terlentang sambil merenung, menatap langit - langit kamarnya. Bermenit - menit ia bertahan seperti itu, tidak ada hal lain yang masuk ke kepalanya kecuali Kinar. Gadis itu benar - benar mengambil alih hati dan pikirannya.

  Tiba - tiba terbesit keinginan untuk menelpon Kinar, hanya sekadar memastikan gadis itu sudah makan malam. Tangan Azka langsung meraih ponselnya yang nganggur di atas nakas. Ia membuka kontak Kinar, menatapnya ragu - ragu, pasalnya sekarang sudah cukup larut.

  "Diangkat ya syukur, nggak diangkat ya tidur."

  Nekat! Azka mendekatkan ponselnya ke telinga, nada sambung terdengar. Azka tersenyum senang ketika Kinar menjawab panggilannya, baru ia mau bersuara namun orang di sebrang lebih dulu menyapanya.

  "Hallo, ada apa?" Alih - alih suara Kinar yang terdengar, justru suara berat khas laki - laki yang menjawab. Azka mengerutkan dahinya, bingung.

  "Maaf sebelumnya, ini siapa? Kinar kemana, ya?" Azka menjawab.

  "Saya ayahnya Kinar."
 
  Detik itu juga Azka langsung loncat dari tempat tidurnya, ia panik. Kenapa bisa begini? Astaga! Azka berniat untuk bilang rindu pada Kinar, tapi jika yang menjawab telponnya adalah ayah Kinar, MANA BISA!

  "Hallo? Kamu Azka, kan?"

  Azka gelagapan, ia menarik nafas dalam - dalam. "I.... Iya, Om. Saya Azka, kaka kelasnya Kinara."

  "Nggak usah gugup begitu, saya mau kasih tau kalau Kinara sudah tidur. Kamu ada perlu apa sampai telpon anak saya selarut ini?"

  Tamat riwayat Azka! Tidak mungkin, kan ia bilang kalau ia rindu Kinar. "Saya cuma mau mastiin kalau Kinara sudah makan malam, Om. Maaf jika sekiranya saya menganggu."

  "Kinara sudah makan malam bersama saya tadi, kamu nggak usah cemas. Ada saya, ayahnya."

  Pikiran Azka melayang kemana - mana, ia khawatir adanya kemungkinan keadaan akan lebih buruk setelah malan ini.

  Di sebrang, ayah Kinar kembali buka suara. "Azka, kamu sudah ngantuk?"

  "Belum, Om"

  "Pulsamu masih ada?"

   Azka sedikit heran dengan pertanyaan ayah Kinar yang satu ini, tapi ia tetap menjawabnya. "Masih, Om. Ada apa, ya?"

  "Saya mau bicara sama kamu, soal anak saya. Kinara. Saya yakin kamu nggak akan nolak, sebab Kinara pasti sudah jadi topik favorit kamu. Benar?"

  Azka mengusap tengkuknya, salah tingkah. "Benar, Om."

  Terdengar suara tawa tadi sebrang. "Azka. Saya cukup sering mendegar nama kamu lewat istri saya, katanya kamu anak yang baik dan santun."

  Entahlah, Azka harus merasa senang atau justru sebaliknya. Jujur, ayah Kinar membuat Azka agak merasa terintimidasi. Azka tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia bertemu langsung dengan ayah Kinar.
"Terimakasih, Om."

  "Kamu suka sama Kinara?"

  Rasanya, jantung Azka akan copot saat itu juga. Namun, ia sadar bahwa sekarang adalah saatnya untuk membuat ayah Kinar percaya padanya. Demi hubungannya dengan Kinar. Azka tidak boleh menyia - nyiakan kesempatan ini. Maka, dengan lantang Azka menjawab.

  "Saya jatuh cinta sama anak, Om. Saya tahu kalau Om tidak mengizinkan Kinar untuk punya pacar, dan saya minta maaf karenanya. Saya minta maaf jika Om merasa tidak nyaman dengan kehadiran saya, tapi... Saya sama sekali tidak ada niat buruk terhadap Kinar. Maaf saya lancang bicara seperti ini."

  Ada jeda sebentar, Azka sedang meyakinkan dirinya untuk mengatakan hal ini.  "Om, apa saya bisa minta satu saja kesempatan untuk hadir dalam hati Kinara?"

  Azka mengusap sudut matanya yang tiba - tiba saja basah, ia sungguh ingin melukis cerita - cerita indah bersama Kinar. Gadis pujaannya.

  "Terimakasih sudah mencintai Kinara. Kamu tahu, Kinara itu... Segalanya buat saya. Saya benar - benar tidak ingin dia terluka. Ini bukan salahmu, bukan juga salah Kinara. Mungkin takdir kalian memang begini, saya paham kalau kalian berdua tidak pernah menyangka akan saling jatuh cinta."

  "Saya benar - benar berterimakasih, karena berkat Om, Kinara ada di dunia ini. Dan saya merasa sangat beruntung bisa bertemu dengannya, bahkan mencintainya." Dalam diam, Azka terkekeh, tidak menyangka ia bisa mellow seperti ini. Hanya Kinar yang bisa membuatnya seperti ini, tidak dengan yang lain.

  "Azka."

  "Iya, Om."

  "Bisa saya minta sesuatu sama kamu?"

  Azka meneguk ludahnya sendiri, jantungnya berdetak tak karuan. Tiba - tiba ketakutan mengelilinginya, apa ayah Kinar akan memintanya untuk menjauhi Kinar? Azka bisa pingsan jika hal itu benar - benar terjadi.

  "Selagi saya mampu, akan saya usahakan."

  Atmosfernya semakin terasa tegang. Terdengar suara helaan nafas dari ayah Kinar.

  "Sebagai ayahnya, saya selalu menjaga Kinara sekuat tenaga saya. Tapi saya sadar, umur saya sudah semakin tua. Tenaga saya semakin berkurang terkikis usia."

  Azka mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan ayah Kinar, tapi itu masih terlalu abu - abu untuknya.

  "Saya mau kamu membantu saya menjaga Kinara dengan sekuat tenaga, baik menjaga fisiknya, pikirannya, maupun hatinya. Saya akan tetap menjaga Kinara sebagai ayahnya, dan kamu.... akan menjaga Kinara sebagai laki - laki yang mencintainya dan dicintainya. Saya mengatakan ini bukan tanpa pertimbangan, saya punya balasan setimpal jika kamu berani melanggar. Bagaimana, kamu sanggup?"

**************************
I'm comeback!😁

Karena bentar lagi mau lebaran jadi aku mau mengucapkan

Minal Aidin Wal Faizin 🙏
Mohon Maaf Lahir & Batin😊

Tetap tunggu kelanjutan kisah Azka dan Kinara yaa..

See you next part guys!

 

osis love story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang