Kinar kembali menarik napas lalu membuangnya dengan perlahan , kegiatan ini sudah berulang kali Kinar lakukan guna mengurangi sedikit rasa gugup nya. Beberapa saat lagi Kinar akan naik panggung bersama Azka untuk pentas seni mereka , sejak semalam Kinar sudah gelisah memikirkan penampilan nya di panggung nanti juga memikirkan apakah dia akan terlihat serasi dengan Azka?
Harusnya yang terakhir tidak perlu masuk dalam benaknya di saat seperti ini . Kinar melirik ke samping kanan dirinya , Azka sedang bicara dengan salah satu panitia acara entah apa yang dibicarakan Kinar pun tidak tahu . Seragam Azka terlihat sangat rapi , ah, tapi bukannya setiap hari memang selalu begitu. Kinar mengalihkan pandangannya ke depan , Azka menoleh ke arahnya lalu menepuk bahunya kilat
"Kalau kamu gugup jangan terlalu di tunjukin , jujur aja muka kamu kurang enak dilihat"
Kinar tidak menanggapi ucapan Azka , masa bodoh muka muka dia ini kok Azka yang repot. Lagipula Kinar sedang berusaha menetralkan debaran jantungnya karena sebentar lagi ia akan tampil atau karena sampai sekarang tangan Azka masih setia bertengger di pundaknya , semakin membuat Kinar gugup.
Kinar tersentak saat tiba tiba Azka memegang kedua pundaknya lalu memutar tubuh Kinar jadi berhadapan langsung dengan Azka.
"Nar , saya mau kita profesional di panggung nanti. Apa pun yang terjadi sebelumnya jangan ingat hal itu saat di panggung karena kamu tahu kan kita udah sepakat tentang ini"
Azka menunduk sebentar lalu kembali menatap Kinar yang hanya diam kaku bak patung "di sini bukan cuma kamu aja yang ngerasa beda , saya juga sama. Apa yang kamu rasain saya pun turut merasakan"
Kinar hanya diam bahkan rasanya sulit menghirup oksigen , Kinar kira hanya dirinya yang merana sendiri
Kinar tidak terpikir bahwa dalam hal ini tidak hanya melibatkan dirinya nya saja tapi hati Azka juga ikut andil. Selama beberapa hari kebelakang Kinar hanya sibuk dengan hatinya , melihat Azka yang tampak santai tanpa ada raut gelisah sama sekali membuat Kinar merasa aneh. Tapi nyatanya Azka pun ijut merasakan merana yang dirasakan Kinar ."Gue tau kalau gue ini emang egois banget, maaf Azka udah nyakitin lo. "
Azka menggeleng "Gak, sekarang posisinya sama aja. Saya tetap nunggu kamu kayak kemarin, tapi dengan cara yang berbeda."
Hening sejenak sebelum nama mereka dipanggil pembawa acara untuk naik ke panggung, Azka menoleh ke arah Kinar lalu mengangguk meyakinkan. Kinar balas mengangguk yakin bahwa dirinya telah siap.
Akhirnya mereka naik ke panggung dengan sambutan tepuk tangan dari para penonton, penasaran apa yang akan ditampilkan ketua OSIS mereka beserta rivalnya yang kini malah digosipkan sedang dekat dengan ketua OSIS sekolah mereka.
Kinar yang melihat semua mata tertuju padanya berusaha untuk tidak terlihat gugup, pelariannya adalah dengan memegang kuat gitarnya.Setelah pembawa acara mempersilakan, Kinar dan Azka mulai memetik senar gitar mereka. Menyanyikan lagu The overtunes, sebagian murid yang tahu ikut bernyanyi bersama membuat suasana tambah ramai. Di atas panggung sesekali Azka mencuri pandang pada Kinar, begitu juga sebaliknya. Pertunjukan mereka berjalan mulus tanpa hambatan, para penonton terlihat menikmati pertunjukan, ada yang melambaikan tangan, bernyanyi bersama juga merekam pertunjukan. Bahkan yang lagi duduk santai maupun di koridor juga ikut menikmati.
Suara riuh tepuk tangan beserta seruan terdengar jelas saat petikan gitar terakhir, Azka dan Kinar berhasil menyelesaikan pertunjukan mereka dengan baik. Pipi Kinar memerah, senyumnya juga tercetak jelas tidak menyangka ia berhasil melakukannya tanpa satu pun kesalahan. Azka tidak kalah senangnya, wajahnya amat berseri dan sedikit merasa bangga.
Setelah mengucapkan terimakasih, mereka turun dari panggung dengan perasaan meletup - letup gembira. Kinar masih merasakan rongga dadanya terasa penuh, lalu tertawa lepas setelahnya.
Azka juga ikut tertawa lalu merangkul bahu Kinar, usaha mereka berbuah manis.Kinar yang sedang sangat bahagia tidak merasa terganggu dengan rangkulan Azka, bahkan Kinar balas merangkul Azka juga. Sambil berangkulan mereka loncat - loncat heboh, tidak peduli jika ada yang melihat tingkah konyol mereka. Ini seperti mimpi. Kemarin mereka masih saling membisu dan sekarang malah asik merangkul satu sama lain, entah besok mereka akan seperti apa.
"Gue gak nyangka bakal se - hebat ini! " Kinar mengatakannya sambil tersenyum lebar.
"Kamu keren tadi." ucap Azka, senyum Azka tak kalah lebar dari Kinar
"Makasih, lo juga keren banget tadi. " balas Kinar agak tersipu
Azka tertawa kecil, baru kali ini ia melihat Kinar malu - malu kucing dan itu sangat menggemaskan. Lalu setelahnya suasana agak hening, Azka bingung mau bicara apa. Sedangkan Kinar, ia masih merasakan dadanya membucah hebat akibat rasa hangat, senang, bingung, dan malu yang menelusup begitu saja.
"Gue mau ke lapangan ikut nonton, lo mau ikut? " Kinar menggigit pipi bagian dalamnya, ia ingin loncat - loncat sambil teriak - teriak di lapangan bareng Azka.
Azka tersenyum jahil, cowok ini terlalu sering tersenyum. "Cuma berdua? "
Lagi - lagi Kinar merasakan debaran keras di dadanya. "Di lapangan rame Azka" jawab Kinar lirih
Raut wajah Azka sengaja dibuat kecewa. "Yahh, saya kira cuma berdua. Yakin mau ke lapangan? Gak mau ke UKS aja. "
Kinar melotot lalu memukul lengan atas Azka pelan "Amit, itu mah maunya elo! "
Azka tertawa, sekarang keadaannya kembali seperti semula. Azka yang membuat Kinar kesal dan Kinar yang memaki - maki Azka, seketika hati Azka terasa lega. Kalau bisa Azka ingin terus baik - baik saja dengan Kinar.
"Oke oke, ayo kelapangan kita bakal jadi gila di sana."
Azka menarik pergelangan tangan Kinar menuju ke lapangan sesuai dengan mau Kinar.
Mereka masuk ke kerumunan siswa yang menonton, menyempil di antara mereka yang sibuk bernyanyi riang. Azka membantu Kinar yang terjepit oleh siswa yang terlalu asyik berjoget, Kinar berusaha melewati kerumunan yang sangat padat.
Setelah berada persis di samping Azka, Kinar menggenggam erat tangan Azka agar tidak terpencar. Azka tersenyum senang, telapak tangannya terasa hangat oleh telapak tangan milik Kinar. Lalu Azka mengangkat tangan mereka yang saling menggenggam dan ikut berjoget ria bersama siswa lainnya menikmati acara.
Mereka jelas sangat menikmati momen ini, selagi bisa bahagia kenapa tidak?. Hal seperti ini akan masuk dalam catatan hal terindah dalam catatan mereka, jadi mereka akan membuat momen ini jadi se - berkesan mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
osis love story
Teen FictionSeorang kinara yang membenci hal yang berbau osis kini harus berurusan dengan azkara si ketua osis Kinara yang memandang azkara sebagai sosok perusak mood nya Dan azkara yang memandang kinara sebagai sosok adek kelas paling songong Sampai sebuah p...