Part 31

245 14 2
                                    


Enjoy!

**************************

Tok tok tok

  Kinar yang sedang sarapan menoleh mendengar ketukan pintu, siapa yang bertamu sepagi ini?

  "Nar, kamu beli apa? Itu kayaknya kurir paket, deh." Mama Kinara datang dari dapur sambil membawa sepiring bolu kukus yang masih mengepul.

  Kinara menggeleng. "Aku nggak beli apa - apa, kok. Lagian nggak mungkin juga kurir paket dateng di jam segini."
  Mama Kinara menatap anak dan suaminya bergantian. "Terus itu siapa?"

  Ayah Kinara menyesap tehnya. "Coba cek aja dulu, Nar. Siapa tau temen kamu."

  Temannya? Seingat Kinara, ia tidak ada janji untuk berangkat sekolah bersama temannya. Bahkan dengan Azka sekali pun. Meski dilanda kebingungan, Kinara tetap menuruti perintah ayahnya. Kebetulan sarapannya juga sudah selesai.

  Kurang lima langkah, suara ketukan pintu kembali terdengar. "Iya, sebentar." Teriak Kinara.

  Kinara memutar anak kunci, kemudian membuka pintunya.

  "Selamat pagi." Ucap Azka sambil tersenyum manis.

Brakkk!!!

  Refleks, Kinara langsung menutup pintunya kembali. Ia panik, bagaimana kalau ayah sampai bertemu dengan Azka?

  Kinara sibuk mengumpat tentang kebodohan Azka yang nekat menjemputnya ke rumah tanpa konfirmasi terlebih dahulu. NYARI MATI!

  Saking sibuknya mengumpat, ia sampai tidak menyadari jikalau ayahnya sudah berdiri tepat di hadapannya.

  "Kamu ngapain? Ada siapa di luar?"

  "Ha?" Mata gadis itu berkeliaran ke sana kemari, memutar otak untuk mencari alasan. "Itu, ngg...."

  "Kamu kenapa sih, Nar? Coba minggir, biar ayah aja yang buka pintunya." 

  "Ehhh, Yah." Kinar langsung menarik tangan ayahnya yang sudah memegang gagang pintu. "Nggak ada siapa - siapa, mending ayah sarapan aja deh."

  Ayah Kinara menatap anaknya dengan curiga. "Ayah jadi curiga, kamu dijemput pacarMu ya?"

  Kinar menggeleng keras "Nggak, aku jomblo 100%"

  Jantung Kinar berdebar kencang, seakan mau keluar dari tempatnya. Ia menatap was - was ke arah pintu, berdoa semoga saja Azka sudah pergi.

  Tanpa disadari, tangan ayah Kinara sudah kembali memegang gagang pintu. Dengan sekali sentakan, pintu langsung terbuka lebar, menampilkan sosok Azka yang masih setia dengan senyum manisnya.

Bersamaan dengan itu, Kinar menarik nafas keras seperti orang terkena asma. Matanya terpejam, enggan melihat apa yang terjadi di depannya saat ini. 

  "Eh, Nak Azka. Sudah datang rupanya, mau sarapan dulu atau langsung aja?" Sapa Ayah Kinara

Kinara bisa mendengar jelas sapaan dari ayahnya pada Azka. Masih dengan mata terpejam, dahi Kinar berkerut, sedikit merasa sangsi akan sapaan yang ayahnya berikan pada Azka benar - benar nyata. Atau itu hanya halusinasinya saja?

Ragu - ragu, Kinara membuka matanya. Mulutnya langsung terbuka. Terlihat Azka sedang menyalimi tangan ayahnya. Tapi bukan itu yang membuatnya terkejut, melainkan eskpresi ayahnya yang terlihat sangat menerima kehadiran Azka. Padahal mereka berdua belum pernah bertemu, lalu bagaimana mereka bisa saling mengenal? Dan yang terpenting, bagaimana bisa ayahnya tidak marah sama sekali?

  "Makasih, Om. Tapi saya sudah sarapan." Jawab Azka setelah menyalimi tangan ayah Kinara, ia sempat melirik ke arah Kinara beberapa detik.

  Mata Kinara memancarkan kebingungan. "Ayah..." lalu menatap Azka "Terus Azka... udah kenal?"

osis love story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang