bagian 4

83 14 0
                                        

Lama kelamaan Kania mulai menggigil karena dinginya air dari shower. Kesadarannya pun mulai menipis tangisannya mulai tak derdengar dan segalannya terasa gelap menurut Kania.
*
*
*
*
*

" dek, kamu lagi mandi? Mama manggil tuh. Kania? Nia" panggil Kinan dari luar pintu kamar mandi.

Setelah tadi usai ia berusaha mengendalikan tagisnya ia menemuai Mamanya untuk mengatakan sesuatu, namun belum sempat Kinan mengatakan sesuatu Mamanya yng khas dengan wajah penuh amarahnya menatap Kinan.

" mana adik kamu?" Tanya Rasty pada anak sulungnya, Kinan sempat bingung dengan Mamanya namun ia tak tau kenapa.

" di kamar, ada apa Ma?" Tanpa menjawab Mamanya langsung menuju ke kamar, namun dicegat oleh Kinan karena ia tau akan terjadi perdebatan lagi.

" Ma, biar aku yang nyuruh dia kesini Mama duduk aja" Rasty menatap lama anaknya kemudian mengngguk pasrah.

Kinan sudah amat resah karena seja tadi yang ia dengar hanyalah suara air gemericik di dala sana. Namun tak ada tanda-tanda Kania menyahut. Kinan mulai resah, ia takut Kania melakukan sesuatu yang berbahaya di dalam sana.

"Kania, buka dong dipanggil Mama nih!" panggil Kinan sekali lagi namun tak ada sahutan. Kinan mencoba membuka pintu itu, dan ternyata tidak dikunci. Kinan masuk kedalam kamar mandi Kania. Betapa terkejutnya iya melihat air yang mengalir dilantai dan

" astaga KANIA!" Kania tergeletak pingsan dibawah cucuran air tersebuat. Kinan sangat panik iya coba mematikan shower kemudian menarik adiknya berusaha menyadarkan.

" Kania, bangun dek. Kamu kenapa kania" panik Kinan.

"MAMA PAPA, KANIA PINGSAN!!! MAMA....... MAMA...MAA" jerit Kinan histeris, ia sangat takut apa yang akan terjadi dengan adiknya. Tidak ada yang tau berapa lama gadis ini tidak adarkan diri di bawah terpaan air shower.

"Kinan kena.... Astaga Kania!!" Krisna begitu terkejut dengan apa yang ia lihat dihadapannya.

"Kinan adik kamu kenapa, sayang?" tnya Papanya.

"Aku gak tau pa,"

" oke kita bawa dia ke rumah sakit sekarang!!" Krisna langsung menggendong anaknya itu. Raut kawatir sangat tertera di wajahnya.

&

Kania berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Rasanya malas untuk bangun dari posisi tidurnya.

" aaarrgh... A..aiir" Kania berusahan bersuara, namun tak ada yang menjawabnya. Kania mencoba menatap sekelilingnya. Sepi itulah kata pertama yang otaknya pikirkan.
Kania bukan manusia bodoh, ia sangat tau kenapa iya berada di ruangan penuh aroma obat ini. Namun disituasi seperti ini Kania masih berpikir, ' tidak adakah yang berusaha menjaganya di rumah sakit.'

Air matanya mengalir begitu saja. Ia mencoba bangun dan duduk namun sakit di kepalanya begitu menghantam membuat iya tidak kuat untuk melanjutkan keinginannya. Iya menatap jam dinding di tembok kanan.

" udah jam 7 malam, apa satu pun dari mereka tidak ada yang ingat denganku? Sebegitu tidak pentingkah aku dimata mereka?" guman Kania, selang beberapa menit kemudian seorang suster masuk kedalam kamarnya.

" selamat malam, nona Kania" ucap suster itu ramah. Kania hanya membalas dengan senyum datarnya. Suster itu pun mulai memeriksa perkembangan kesehatan Kania.

"Ehm, non Kania. Tadi sebelum keluarga anda pulang mereka berpesan bahwa mereka tidak bisa menjaga anda malam ini karena kakak anda sedang ada lomba di luar kota. Baik selamat beristirahat, semoga lekas sembuh" ucap suster itu setelah menyelesaikan tugasnya. Kania tidak ada keinginan untuk menjawab ataupun bertanya. Ia hanya bungkam dan berpikir.

KACAMATA [slow.update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang