Bagian 16

19 6 0
                                    

Kania menatap pantulan dirinya di cermin. Seragam putih abunya melekat indah di tubuhnya. Tak lupa diraihnya kaca mata yang selalu menemaninya. Kania cukup siap pagi ini berangkat ke sekolah. Ia bergegas turun saat mendengar klakson mobil tak henti-hentinya mengumpat di depan rumahnya.

Jessy menatap tajam ke arah Kania yang baru saja keluar dari rumahnya, "Lo bisa gak sih cepetan? Ini tu udah siang Kania!". Kania yang melihat Jessy cemberut hanya terkekeh geli, "Asal lo tau Jess, kategori siang itu saat jam 12 siang. Ini baru juga jam segini"

"Emang lo bisa jawab gitu sama Pak Robbet kalo kita telat?", Kania memasuki mobil Jessy dengan senyum mengejeknya. Tak ada suara dari keduanya, Kania sibuk dengan ponselnya. Beberapa kali ia mengecek sosial media di smartphonenya.

"Gue denger lo kemarin keluar sama Rey, bener?" ucap Jessy.

"Cuma beli es krim doang" bela Kania

"Tetep aja namanya keluar Kan!" geram Jessy. "Lo suka kan sama Rey?" tanya Jessy selanjutnya yang hanya di tanggapin dengan angkatan bahu. Gelagat Kania membuat Jessy yakin bahwa Kania masih bingung dengan perasaannya sendiri.

Mereka memasuki pelantaran sekolah, tampak suasananya masih terlihat sepi. Mungkin beberapa anak lupa atau masih susah untuk bangun mengingat hari ini adalah hari pertama masuk sekolah di semester genap. Kania dan Jessy berjalan menuju kelas merek dan meletakkan tas ya. Beberapa menit kemudian wali kelas mereka masuk menyampaikan beberapa kalimat sambutan di semester ini. Kania menatap malas, entah kenapa perasaan dan pikirannya tidak bisa terfokus pada apa yang dibicarakan wali kelasnya itu.

"Jadi karna itu pagi ini guru-guru akan mengadakan rapa....." tutur Pak Rama terhenti dengan izin Kania

"Pak saya izin ke toilet" sergah Kania langsung dan berjalan keluar kelas tanpa memperdulikan Jessy yang memanggilnya dengan pelan. Kania tau Jessy pasti mengumpat kasar di dalam hatinya. Kania benar-benar tidak fokus, terlebih hari ini akan diadakan rapat dewan guru pasti akan berlangsung hingga pelajaran ke-4 nanti.

Kania berjalan menujuru beberapa lorong bahkan melewati toilet. Sebenarnya itu hanya alibinya agar bisa keluar dari ruangan penuh ambisi itu. Kania berjalan sambil sesekali membenarkan letak kaca matanya. Tatapan tajam dan raut wajah datarnya terus mengiasi wajahnya itu, namun kesan cantiknya sama sekali tak merosot karna saking datar wajahnya. Kedaan lorong cukup sepi mungkin semua siswa telah berada di dalam kelasnya.

Ruang musik, itulah tujuan Kania saat ini. Tinggil 2 ruangan lagi yg harus ia lewati. Namun sayup-sayup dentingan piano menyelusup dalam pendengarannya. Alunan nada itu sangat indah dendendang di telinga Kania. Hingga ia sampai di depan ruangan itu, suara itu kian menguat. Lirih melodi yang diciptakan menghangatkan hatinya. Pintu Ruangan itu sedikit tidak tertutup itu sebabnya rungan yang biasanya kedap suara itu bisa meloloskan alunan melody lirih itu.

Kania mencoba mendorong dengan pelan pintu berwarna coklat tua itu. Terlihat sosok berbadan tegap yang duduk di depan piano putih tersebut.
Kania masih mematung di tempatnya, memperhatikan dan mengenalinya. Sepertinya sosok itu baru akan memulai bernyanyi.

Sudah sewindu ku di dekatmu
Ada di setiap pagi, di sepanjang hari mu
Tak mungkin bila engkau tak tahu
Bila ku menyimpan rasa yang ku pendam sejak lama

Kania sedikit terkejut mendengar suara itu, suara yang begitu ia hafal. Kania melangkah pelan, sepertinya sang penyanyi belum juga menyadari kedatangan Kania.

Setiap pagi ku menunggu di depan pintu
Siapkan senyum terbaikku agar cerah harimu
Cukup bagiku melihatmu tersenyum manis
Di setiap pagimu, siangmu, malammu

Kania meresapi bait demi bait yang mengalun dari bibir ranum lelaki itu. Lagu yang di populerkan oleh Tulus dengan judul Sewindu Itu cukup pas dengan suara lelaki itu. Reyhan, ya lelaki itu benar-benar sangat tampan menurut Kania ketika sedang bernyanyi. Entah kenapa hati Kania kian menghangat.

KACAMATA [slow.update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang