Rey masih sibuk meneliti kacamata di genggamannya. Kacamata yang iya temukan tadi pagi diruangan kosong itu. Ya, sebelum Rey beranjak dari ruangan itu setelah menelpun seorang detektif kepercayaan keluarganya, pandangnnya tertuju pada benda yang hampir ia ijak.
Perkiraan Rey kacamata berlensa lebar itu milik gadis yang menangis tadi. Mungkin karena saking paniknya melihat Rey datang wanita itu jadi lupa telah meninggalkan kacamatanya. Rey tidak melihat wanita itu lagi satu hari disekolah padahal dirinya ingin mengembalikannya. Alhasil kaca mata itu harus menginap semalam di rumahnya.Tok...tok...tok ....
suara ketukan terdengar jelas dari arah pintu kamar Rey.
" den, ini bibik bawakan pesanan pak Fathar" ucap dari arah luar. Rey langsung bergegas turun ketika mendengar nama detektif suruhannya sudah membawakn pesanannya.Ceklek......
"mana bik!" bik Min terpenjat karena majikannya ini tiba-tiba membuka pintu dan berteriak semangat seperti anak tk yang baru dibelikan mainan.
Mina hanya menyerahkan beberapa lembar kertas lalu kembali turun untuk masak. Rey menutup pintunya keras lalu berlari menuju kasurnya. Jika mamanya ada diruma bisa dipastikan ia akan kena amuk karena menutup pintu seperti membanting lawan dalam pertandingan tinju.
Rey sangat serius membaca berkas-berkas itu. Disana tertera jelas siswi disekolahnya yang menggunakan kacamata bahkan beserta foto mereka." Reni Famela? Bukan. Perasaan rambutnya agak bergelombang lewat bahu dikit dilemparnya berkas itu asal, Wiwi Wirara? Aneh bener ni nama? Bukan yakali giginya hilang perasaan cantik pake behel"
berkas kedua, ketiga, sampai ketuju masih belum ia temukan. Rey mulai bosan masih tersisa empat belas berkas lagi. Dilemparnya berkas itu lelangit-langit iya sudah lelah mencari siapa pemilik kacamata yang iya temukan disudut ruangan itu. Ia mencoba merebahkan diri dibantannya namun ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Dan itu adalah salah satu berkas yang iya lempar kelangit-langit kamarnya tadi. Ditariknya berkas itu, entah kenapa perasaannya jadi perhatian pada berkas itu.
"Kania Valenssa? Tunggu! Wajahnya rada mirip, tapi ini rambutnya digerai? Kelas XI ibb1, anak dari pasangan Krisna dwi saputra dan Rasty fernandi, mengikuti eksul musik. What the fuck? Musik!" Rey mencoba memusatkan pada kalimat ekskul itu.
" tunggu bukannya ekskul ini udah gak ada?"
Rey kembali memejamkan matanya pusing, namun sebuah ingatan terlitas di pikirannya." nyet, ambil tu bola lo yang ngelempar kesana!" ucap Bram pada Rey. Rey menatap kemana perginya bola itu, sudut sekolah. Ia menatap Bram sekali lagi. Ia langsung mengeluarkan jurus anadalannya yaitu mengeluarkan mata memelasnya.
" kenapa lo takut? Gila ya lo siang bolong gini takut hantu! Gue gak mau tau yang jelas tu bola harus ada disini dan lo yang ngambil!"
rey melipat bibirnya menunjukan bahwa iya sangatlah kesal dengan tingkah sahabatnya ini.
Dengan gontai dan perasaan takut-takut ia bejalan kearah bola itu. Namun kakinya berhenti disebuah ruangan. Sepi itu kata pertama yang menggambarkan ruangan itu. Rey bergegas mengambil bolanya, namun saat iya hendak pergi senandungan sebuah lagu menyeruak dalam telingannya."Menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada yang kuasa
cinta kita didunia selamanya"dibukannya sedikit pintu rungan itu. Bahkan Rey sendiri entah mendapat keberanian dari mana membuka pintu tersebut. Dilihatnya seorang wanita anggun berpakaian sekolah SMAnya dengan rambut tergerai dan kacamata yang dapat iya lihat dari samping bertenger di hidung mancung itu.
"cantik!" itu kata pertama, namun seketika wanita itu menoleh karahnya entah karena terkejut Rey langsung berlari ketakutan.
"anjir serem banget. Jadi bener tu ruangan ada hantunya. Astaga!"

KAMU SEDANG MEMBACA
KACAMATA [slow.update]
Fiksi RemajaInilah takdir yang harus aku lalui. Akan aku bawa kalian untuk merasakan detakan dan tetesan hebat yang aku lalui. Terimakasi sudah mau merasakan bersamaku, selamat menikmati. Salam sapa dariku Kania💛