bagian 7

50 15 1
                                        

Reyhan, Bram dan Sandy mencoba menikmati santapan siang mereka sambil mendengar cerita dari Reyhan.
Bram dan Sandy saling pandang dan terkikik.
"Jadi ceritanya Raja kita ada yang nolak pesonanya?" ucap Bram dengan gurauan.
" kan gue udah bilang, Bram. Pesona dia itu udah luntur di sedot sama si vampir Franda makanya di tolak" lanjut Sandy. Keduanya terus menggoda Reyhan tanpa peduli tatapan Reyhan yang seperti singa lapar.
" bacot lo berdua. Nyesel gue cerita" geramnya. Reyhan sudah tidak mood makan lagi. Rasa shasimi di depannya sudah hambar dilidahnya.
" lagian lo aneh, Rey! Sejak kapan lo peduli sama cewek? Apalagi yang gak lo kenal gitu?" tanya Sandy.
"Ia, hayati berasa diselingkuhi abang" ucap Bram dengan nada manjanya dan bergelayut di lengan Reyhan.
" sialan lo, Bram. Kaya bancih pengkolan lo!" Bram hanya mengdipkan matanya sedih.
" jangan gitu Bram, elah. Rasanya berger gue hilang rasa enaknya. Seneb gue liat lo!" sambung Sandy. Ketiganya tertawa sampai sebuah deringan ponsel menghentikan taa mereka.
" bentar, calon ibu anak-anak gue telpun." ucap Sandy dengan cegran khasnya. Kedua sahabatnya hanya menggeleng kepala.
"Hello, sayang kenapa?"
"......."
"Loh kok gitu? Jadi hari ini batal?"
"......."
"Yaudah gak apa-apa. Kamu hati-hati ya! Bye, love you"

Sandy mengerutkan bibirnya. Bahkan melihat hal itu Bram sempat hampir memuncratkan minuman yang di sedotnya.
"Tu bibir kenapa? Minta di cium? Sorry dude gue gak nafsu sama bibir kaya gitu" ucap Bram yang membuat Sandy semakin kesal. Reyhan yang melihat itu pun ikut bingung.
"Kenapa, Dy?" tanya Reyhan bingung.
" Jessy gak bisa kesini. Katanya dia ada urusan diluar" ucap Sandy kemudian terduduk lemas. Reyhan dan Bram saling pandang. Kemudian berjalan mendekati Sandy. Dengan gerakan kepat keduanya memeluk sandy membuat sang pemilik tubuh terpenjat kaget.
"Woy kalian kenapa" pelukan keduanya semakin erat.
"Kami sayang kamu, jangan sedih lagi nanti gantengnya lenyab" ucap Bram dan Reyhan kemudian memajukan bibir mereka seakan hendak mencium Sandy.
" woy bangsat, geli gue. Lepasin... Woy zomby pergi kalian!!"

&

" Kania lo udah sadar?" kalimat itu membuat Kania mengalihkan pandangannya dari jendela. Tadi saat ia sadar, ia bingung berada dimana dia sekarang. Yang ia ingat hanya hujan dan ia tak sadarkan diri.
Kania menatap bingung dengan gadis dihadapannya ini. Ia seperti pernah melihat gadis ini namun ia lupa dimana.
" lo siapa? Dan gue ada dimana?" gadis cantik itu hanya tersenyum hangat. Ia sangat hafal dengan sifat Kania yang dingin. Gadis itu mengulurkan tangannya, masih dengan senyum yang tak pernah hilang.
" kenalin, Jessy Aurenlya. Lo bisa panggin gue Jessy, Jeje atau Sisi. Terselah lo aja. Lo gak tau ya, kita itu sekelas tau" ucap Jessy, Kania mengerutkan keningnya Pantas saja ia merasa pernah bertemu dengan gadis ini.
" lo ada di rumah gue. Tadi pas gue mau pergi tiba-tiba gue lihat lo jalan basah kuyup. Syukur gue ikutin lo, kalo gak gue gak tau lo gimana di jalanan" ucap gadis itu. Kania menatap gadis dihadapannya ini
Cantik, bersih, ramah.  rambut panjang lurusnya, wajahnya berbentuk oval, mata coklat terang, bulu mata yang lentik, bibir tipis merahnya sangat sempurna melekat di wajahnya.
"Hello, Kania" Jessy melambaikan tangannya untuk menarik perhatian gadis itu.
"Thank's Jessy. Munggkin kalo gak ada lo....."
"No pro, Kan. Itulah gunanya teman" Kania bingung dengan kata teman itu.
"Teman?"
" ia, Kania. Mulai sekarang kita itu Teman.lo  jangan sendiri lagi, kita akan sama-sama selamanya" ucap Jessy sambil memeluknya. Jessy menuntun Kania untuk duduk di kasur. Dan menatap gadis itu dengan hangat.
" lo tau Kania, sejak dulu gue pengen banget jadi temen lo. Tapi ngelian sikap lo yang seakan nolak keberadaan seseorang buat gue nyerah." senyum Jessy terus terpancar, bahkan senyuman itu kini tertular pada Kania.
" wah Kania, senyum kamu manis banget" ucap Jessy histeris. Kania membelakan matanya, ia hanya tersenyum kecil namun gadis ini sudah histeris. Bagaimana jika ia tertawa mungkin gadis ini akan jingkrak-jingkrak.
" tunggu deh?" Jessy mulai memperhatikan Kania. Ia melipat kedua tangannya di dada seakan menilai penampilan Kania.
"Lo sebenernya cantik, cuma.." Kania terkejut saat jassy melepaskan kacamatanya dan ikatan rambutnya.
Jessy merapikan sedikit rambut Kania. Kemudian tersenyum sempurna pada hasil karyanya.
"Gini kan cantik. Lo jangan sembunyiin apa yang dianugrahkan tuhan" ucapnya
"Tapi jassy tanpa kacamata itu gue gak bisa baca tulisan" ucap Kania memelas.
"Tidak Kania. Gue punya lensa mata, lo bisa pake itu. Dan behel di gigi lo juga di copot oke. Lo tu cantik Kania" ucap Jessy geram pada teman barunya ini.
Kania pasrah di depan gadis ini entah kenapa ia tidak bisa menunjukan sifat palsunya.
" eem 30 menit lagi gue mau ke caffe Bokap. Lo mau ikut apa gak?" ajaknya, kania nampak berpikir. Ia masih canggung tinggal di sini sendiri jadi lebih baik ia ikut sekalian mengenal teman barunya ini sepertinya tidak buruk.
Kania mengangguk,
"Kenapa ngangguk? Sakit kepala?" ucap Jessy, sebenarnya ia mengerti tapi ia hanya ingin membuat Kania mulai terbiasa dengan dirinya.
"Ia gue ikut." ucapnya pasrah Kania kesal namun entah kenapa senyumnya malah terbit sedikit.
"Gitu dong, jawab. Gue tunggu 10 menit kalo lo belum selesai gue kunci lo di rumah" ucap Jessy dengan tegas kemudian menutup pintu kamar itu.
Kania menatap kesekelilingnya. Ia masih belum percaya berada di sini. Ia pikir akan mati di tengah jalan.
"7 menit lagi Kania" teriakan itu membuat Kania sadar bahwa ada manusia yang tidak sabar menunggunya.
"Iya sabar Jessy!"

&

"Ini Caffe bokap lo?" tanya Kania, Jessy mengangguk mantap. Kania terpekik kaget karena tiba-tiba Jessy berteriak.
"Papa.... Where are you? You princess in here"  teriaknya. Kania menutup telinganya, ia melihat sekelilingnya untung keadaan Caffe saat itu sepi. Mungkin karena sudah menunjukan pukul 8 malam.
" bisa gak sih kamu kalo kesini jagan teriak kaya tarzan gitu?" ucap seorang lelaki paruh baya dengan membawa nampan berisikan makanan.
Jessy memeluk papanya kemudian sedikit berbincang-bincang. Kania yang melihat itu sangat iri, andai saja....
'Sudah Kania. Jangan ingat lagi'
"Ini pa yang aku ceritain. Namanya Kania, Kania ini papa gue" Kania tersenyum kikuk kemudian mesalaman dengan papa Jessy. Kemudia papa Jessy mengajak kania dan putrinya untuk duduk di salah satu meja.
" jadi kata Jessy ia menemukanmu di jalan, ada apa nak? Apa kamu sedang ada masalah?" Kania menatap Rafa yang tak lain adalah ayah jessy dengan pandangan terkejut.
" emmm...saya"
"Tidak perlu sungkan Kania. Bicarakan aja, mungkin aku ataupun jessy bisa membantu kamu" ucap Rafa.
"Saya di...di usir, om" baik Rafa maupun Jessy terkejut mendengar apa yang di ucapkan Kania. Jessy berdiri dan memeluk Kania sayang.
"Sabar ya Kania, gue yakin ini pasti ada jalan keluarnya" Kania terharu dengan Jessy. Bahkan ia menumpahkan segala tangisannya di pelukan Jessy. Jessy tidak tau harus berbuat apa, ia hanya mengelus punggung Kania. Entah kenapa ada bagian dari dalam dirinya yang ikut sakit. Apa tanda sahabat sejati itu seperti ini?
" jika masih berat, jangan dieritakan dulu Kania. Jika kamu mau, kamu bisa tinggal di rumah kami" Kania dan Jessy terkejut.
"Serius pa? Kania boleh tinggal di rumah?" Rafa mengangguk. Kemudian jessy melepaskan pelukannya dan memeluk papanya
"Terimakasih pa. Jadi aku tidak akan kesepian jika papa dan mama berkerja"
"Ada apa ini, kenapa ada acara peluk-pelukan?" ucap wanita paruh baya dari arah daput Caffe.
"Mama" ucap Jessy.
" dia siapa Jeje?" tanya Dinda mama Jessy. Rafa dan Jessy menjelaskan segalannya pada Dinda. Kemudian Dinda berdiri dan memeluk Kania. Kania terkejut, ini pertama kalinya ia di peluk oleh seorang ibu. Hangat dan nyaman walaupun bukan ibu kandungnya.
"Kamu bisa tinggal di rumah kami. Anggaplah kami keluarga kamu juga"
" terimakasih tante, om, jess.. Aku gak tau harus ngomong apa" ucap Kania terbata-bata.
"Itulah gunanya sahabat Kania"
Kania tersenyum. Entah apa takdir tuhan, entah apa jalan yang tuhan berikan padanya. Yang jelas ia tau bahwa keluarga ini menyayanginya walaupun belum 24 jam mereka bertemu. Mungkin tuhan mengizinkan Kania merasakan arti keluarga dari mereka. Walaupun mereka bukan keluarga kandungnya. Apapun itu ia berterimakasih pada tuhan karena mengizinkannya bernafas dan merasakan semuanya.

&
Tbc

KACAMATA [slow.update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang