bagian 8

75 14 0
                                        

"Kania udah ke belum?" teriakan Jessy menirukan gaya Malaysia. Kania dari dalam kamar terkelah geli mendengar sahabatnya itu. Seminggu sudah ia menetap di sini membuat Kania tau betapa unik orang yang menyandang status sahabatnya ini.
"Sabar Jess." Kania membuka pintu kemudian membenarkan letak kaca matanya. Jessy masih menatap Kania dari atas sampai bawah. Kemudian melepaskan Kaca mata itu.
"Lo udah ngelepas behel, rambut lo udah di gerai. Ini satu bisa gak di lepas juga?" Kania menggeleng.
"Gue gak bisa ngapa-ngapain tanpa dia, Jess." ucap Kania lalu tersenyum ke arah Jessy.
"Tau ahhh... Buruan kita sarapan. Cacing gue udah pada gebuk dinding lambung gue." ucap Jessy lalu meninggalkan Kania. Kania tau Jessy sedang merajuk dengannya. Namun Kania tetap suka menggodanya.
" gue baru tau di lambung cacingnya bisa gebukin dinding" Jessy semakin cemberut yang membuat Kania terbahak.
"Orang tua lo udah berangkat kerja, Jess?" tanya Kania. Telah seminggu ia disini namun sama sekali Kania tidak pernah sarapan bersama dengan kedua orang tua Jessy. Yang Kania tau, orang tua Jessy akan tiba setelah atau sebelum makan Malam.
Jessy menggeleng, namun menunjukan renspon biasa saja.
" mereka berangkat subuh. Mama cuma nyiapin sarapan ini aja." jawabnya.
"Gue boleh nanya gak? Tapi lo jangan marah?" ucap Kania. Jessy mendelik jengah.
"Lo gak perlu sungkan Kania. Kita emang baru deket seminggu. Tapi gue udah anggep lo sodara perempuan yang selalu gue pengen punya. Jadi utarain semua yang ada di otak lo" ucap Jessy sambil menggenggam tangan Kania yang tidak memegang sendok makan. Kania menatap Jessy kemudian tersenyum.
"Ehm... Lo selalu di tinggal sendiri di rumah ini? Lo gak ngerasa bosen atau marah gitu sama orang tua lo karena waktu mereka kurang buat lo?" tanya Kania hati-hati. Jessy tersenyum hangat.
" gak mungkin, Kan. Gue tau banget mereka ngelakuin ini semua buat gue. Untuk masa depan gue. Untuk waktu, lo salah Kania. Mereka selalu ada. Kalo gue butuh mereka gue tinggal bilang atau gue dateng ke Caffee langsung. Bosen, emang tapi waktu gue juga banyak ikut mereka. Apa lagi Caffee papa udah banyak cabang jadi ya ada kerjaan buat gue" jelas Jessy panjang lebar. Kania tersenyum kikuk. 'Jangankan meminta waktu mereka mendengarkan pejelasanku saja mereka tidak mau' gumannya dalam hati.
Kania menatap Jessy sekali lagi.
"Kedua orang tua lo sayang banget sama lo kayaknya" Jessy tertawa sampai terbatuk mendengar pernyataan Kania.
" omongan lo aneh. Ya mana ada orang tua gak sayang sama anaknya. Sejelek-jeleknya anak juga mereka tetep sayang. Cuma mungkin cara mereka menyampaikan  ada dua sisi, sisi benar dan sisi salah." ucap Jessy. Pernyataan itu menohok hati Kania.
Apa orang tuanya menyayanginya?
" lo beruntung banget. Yang gue tau di luar sana ada yang tidak merasakan itu" Jessy tersenyum kemudian mengangguk setuju.
"Yaudahlah. Buruan kita berangkat sekolah sekarang"

&

Kania dan Jessy memasuki halaman sekolah sambil sesekali berbincang-bincang. Kania menatap keselilingnya ia merasa ada seseorang yang menatapnya.
"Kania, lo kenapa?" Jessy yang sadar temannya ini seperti tidak tenang mencoba bertanya.
"Jess, lo ngerasa gak kalo ada yang peratiin kita dari tadi?" ucapnya. Jessy mengernyit bingung dan melihat keselilingnya.
" enggak kok, perasaan lo aja mungkin. Udahlah kita kekelas" Kania mengangguk walaupun ia masih berfikir hal itu.

"Jangan cuma dilihat aja, samperin bego!" ucap Bram sambil mendorong bahu Reyhan. Sandy terkikik dan membenarkan letak tasnya.
" lo takut di tolak? Elah potong aja tu burung. Gak jantan banget lo!" ucap Sandy. Reyhan menatap kedua sahabatnya geram, lalu meninggalkan keduanya yang sudah menjailinya.

"Kania!" Kania berhenti saat seseorang memanggilnya. Jessy juga menghentika langkahnya dan menatap ke arah belakang.
" Reyhan" ucap keduanya. Reyhan berjalan menghampiri Kania. Sempat Kania terdiam namun dengan cepat Ia mengubah raut wajahnya menjadi datar, Jessy yang melihat itu bingung.
"Hy Kania, Hy Jess" sapa Reyhan
"Lo sendiri? Sandy sama Bram?" melihat Reyhan sendiri sangat terlihat aneh di mata Jessy karena biasanya mereka pasti akan bertiga.
"Dibelakang" Reyhan menjawab pertanyaan Jessy namun mata dan senyumannya mengarah pada Kania. Membuat Jessy semakin kebingungan.
"Sorry, Jess. Boleh gue pinjem temen lo sebentar?" ucap Reyhan pada Jessy. Jessy menatap Kania penuh tanda tanya namun yang ditatap hanya mengangkat bahu acuh. Jessy mulai mencium bau-bau playboy dari Reyhan. Jessy memicingkan matanya pada Reyhan kemudian berdiri di depan Kania.
" lo mau bawa Kania kemana?" ucap Jessy galak dan dan meletakkan kedua tangannya di pinggang. Mirip seperti ibu kost yang memarahi anak kost yang nunggak satu tahun. Reyhan terkejut dengan apa yang dilakukan wanita yang tak lain pacar sahabatnya itu. Kania tersenyum melihat tingkah Jessy.
"Elah, gue cuma mau ngomong bentar. Udah Jessy minggir!" ucap Reyhan sambil mencoba mendorong Jessy yang berdiri di depan Kania. Jessy semakin menatap sengin Reyhan.
"Lo gak boleh deketin Kania! Gue tu tau ya tipe-tipe lo harus dijaga supaya para jomblo wati tidak tersakiti. Sekali lagi lo maju, gue banting lo!" Reyhan membelakkan matanya kaget. Sementara Kania terkekeh melihat Reyhan yang langsung menciut mendengar perkataan Jessy.
'My super girl' guman Kania pada Jessy.

"Hay sayang. loh Rey lo apain cewek gue!" teriakan itu membuat ketiganya menoleh kesumber suara. Ditatapnya Sandy dan Bram yang sudah berada di dekat mereka.
"Lo tanya aja sama PACAR KUCING BERANAK lo itu!" ucap Reyhan sengit. Jessy menatap Reyhan dengan geram.
"Eh kelinci hitam. Tu mulut udah pernah disumpel pake penggorengan gak? Kalo enggak sini gue gosok tu mulut!" ucap Jessy tak kalah sengit.
Jessy sudah melangkah ingin menjambak Reyhan namun dihalanggi oleh Sandy.
"Wow...wow sabar sayang. Udah, sekarang meding kalian berdua kekelas oke. Nanti istirahat aku cari kekelas" ucap Sandy sambil mengelus sayang Jessy. Jessy sedikit melunak namun tatapannya masih tajam pda Reyhan.
"Ayo Kan. Enek gue ngeliat playboy cap gerindra" ucap Jessy lalu menarik Kania untuk kekelasnya.
"Aarrgh.... Lo kenapa punya cewek gila kaya si Jessy sih!" ucap Reyhan marah pada Sandy.
"Hahahaha.... Lo nya aja yang bego deketin cewek" ucap Sandy, Bram mengangguk setuju pada Sandy.
"Lo bakalan lebih sulit sekarang deketin itu cewek. Gue yakin Jessy gak bakalan ngebebasin lo!" ucap Bram.
"Gak. Apapun yang terjadi gue bakalan milikin Kania!" ucapnya.
"Jadi lo cinta sama Kania?" tanya Bram. Reyhan terdiam, ia tak tau apa perasaannya. Yang ia inginka hanya memiliki Kania dan melindungi wanita itu.
"Kalo lo cuma main-main, mending gak usah deh. Itu cewek keliatan polos dan rapuh banget" ucap Sandy. Tanpa menjawab ataupun meghiraukan kedua sahabatnya ia langsung melenggang pergi. Ia tak tau harus mengatakan apa.
"Apa lo satu pikiran sama gue Bram?" ucap Sandy sambil menatap punggung Reyhan
"Mungkin" ucap Bram.
"Si bego lagi jatuh cinta!" ucap mereka berdua berbarengan. Keduanya saling tatap dan menyeringai.
"Mau ikutin rencana gue?" ucap Sandy
"Okeh. Tapi kita juga butuh Jessy disini" ucap Bram. Sandy melipat kedua tangannya.
"Gampang. Gue yang bakal jelasin" ucap Sandy. Keduany tersenyum senang.

&

Tbc

KACAMATA [slow.update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang