Part 20 - Tentang Mengusir Pergi

2.6K 120 0
                                    

"Udahlah lo suka kan sama Agni....cewek gue?"

"HAH?!" Cakka kaget, matanya membelalak bak ingin meloncat keluar. Apa dia bilang? Agni..Kiki pacarnya Agni?

Goddamn..

Sekilas, Cakka tampak menggelengkan kepala. Raut wajahnya masih diluputi oleh rasa tidak percaya. Rasa tidak percaya bahwa...Agni sudah punya pacar? Serius ini?

Kiki tersenyum miring. Entah karena puas mengerjai Cakka atau justru menyinisi respon pemuda itu. "Iya, calon sih tepatnya," sambungnya tak ingin menambah salah paham.

Tanpa sadar, Cakka menghela nafas lega, selega-leganya. Cuma calon, meeen!! Batinnya berseru senang. Sejurus kemudian, ia bingung sendiri dengan sikapnya saat ini. Apa yang ia dengar dan apa reaksi yang keluar darinya sama-sama tidak bisa dipercaya.

"Dan sepertinya, dia ngasih pertanda yang baik ke gue," Kiki kini kembali menambah bumbu penyedap dalam ucapannya dengan bangga.

Sayangnya, Cakka malah ingin muntah mendengar kata-kata terakhir yang ia dengar dari Kiki. Sorry bro, pertanda yang dikasih Agni ke gue kayaknya jauh lebih potensial. Batinnya meremeh-temeh Kiki mentah-mentah. Ia juga sudah tidak lagi pusing-pusing memikirkan reaksi yang keluar darinya. Biarlah, menyombongkan diri di depan Kiki saat ini jauh lebih penting untuk saat ini.

"Pertanda? Cih, emang dia ngapain? Ngucapin lo selamat pagi, selamat siang, selamat malam? Lo kira penyambut tamu apa? Haha.." Gelak Cakka.

Tidak seperti apa yang Cakka pikirkan, Kiki justru ikut tertawa. Sama sekali tidak ada amarah yang tergambar di wajahnya. "Jadi..lo beneran suka sama Agni, kan? Haha.."

Sial, yang tadi itu hanya tes rupanya.

Cakka diam merasa gondok sendiri. Ia makin membisu seiring pertanyaan yang sebelumnya ia enyahkan berbondong-bondong hadir kembali di benaknya. Tidak ada yang bisa ia jawab.

Diam-diam Kiki melempar bola basket yang dipegangnya tadi pada Cakka. Beruntung, Cakka tak butuh waktu lama menyadarkan diri. Bola tersebut ditangkapnya dengan mulus dan lantas dilemparnya kembali ke arah Kiki. Mereka sama-sama mampu menangkap lemparan bola dengan sangat mudah. Ya wajar, dua-duanya pemain basket.

Kiki tersenyum lagi. "Kita saingan, lagi."

***

"Zaza? Bahaha, bagusan Zaza daripada nama lo Vi.." ledek Ify. Seharian penuh gadis ini diculik oleh Via demi menemaninya bercerita. Apalagi kalau bukan tentang dirinya atau mungkin sosok Zaza yang ia perankan, dengan Iel, penyebab kenapa sampai Zaza itu ada.

Ify tak henti-hentinya tertawa sejak awal mendengar kisah Via. Tak ayal, Via melipat kedua tangannya di dada serta mendelik ke arah sang sahabat. "Gue gak lagi ngelawak, Yem!" rutunya.

Berhasil. Mendadak Ify berhenti tertawa. Gadis itu justru balik mendelik ke arahnya. "Iss, jangan panggil gue Piem kenapa?!"

Via yang tertawa sekarang. 1 sama. "Salah sendiri!" sungutnya. Lantas, ia beranjak dari tempat tidur menuju toilet.

Sementara Ify dibiarkan terluntang-lantung di kasur dengan posisi amburadul. Tangan Ify dua-duanya menggenggam ponsel dengan jenis berbeda. Yang satu I-phone sedang yang satu lagi ponsel android. Sama-sama milik Via.

Niat awal Ify tadi hendak melakukan pembajakan. Namun, tiba-tiba satu di antara 2 ponsel tadi berdering. Yang sekaligus mau tidak mau membatalkan angan jahilnya barusan. Seseorang baru saja melakukan panggilan ke salah satunya, ke ponsel yang benar-benar Via gunakan setiap hari.

Yang mengagetkan adalah siapa pelaku pemanggilan tersebut, yang tak disangka-sangka ternyata Iel. Aneh kan? Baru kali ini pemuda itu menelepon, menelepon Via, di siang seperti ini lagi. Yang lebih wajar itu jika Iel menelepon Zaza, ke ponsel android. Nah, ini?

MatchmakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang