Widih #647? Wakakak ini pasti karena partnya bejibun. Mana sekarang masuk kepala empat. Hadeuh kok gak tamat-tamat? *lah situ waras nanya?****
Cause baby if I find a way, I'm sure of it this love won't stray – 3:00AM
***
Ify membenci kenyataan kalau ia akhirnya merasakan galau. Ia benar-benar menertawai kesombongannya beberapa waktu lalu yang mengira akan baik-baik saja setelah melepas Rio. Ia pikir ia sudah masuk ke dalam geng gadis tangguh seperti ketiga sahabatnya. Nyatanya ia tetap Ify mereka yang lemah.
Malam setelah mereka putus, Ify menangis dalam diam di kamarnya, walau tidak deras. Hanya beberapa kali menitikkan air mata saja. Mirisnya, kemungkinan besar yang merana hanya dirinya sendiri sementara Rio di atas kondisi baik-baik saja.
Ia benci kenyataan kalau ia sedih karena Rio tidak lagi menegurnya di sekolah. Untungnya pemuda itu tidak bersikap dingin lagi seperti dulu. Hanya saja ia menyadari kalau pemuda itu menghindar sebisanya darinya.
Cause baby if I could tell you..how much I care..I'm in despair..are you still there..
Lebih benci lagi ketika sekarang ia menaruh harapan yang tidak seharusnya ketika mendapati ponselnya berdering memunculkan sebuah nama yang ia risaukan. Rio.
Ify diam berpikir apakah ia harus menjawab atau tidak. Semenjak putus beberapa hari lalu, ia tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Rio. Hatinya kini bergejolak hingga ia bingung perasaan apa yang menderanya saat ini.
Pada akhirnya, ibu jarinya bergerak perlahan mengusap layar ponsel menuju opsi berwarna merah. Ya, ia menolak panggilan tersebut. Ia memilih menjaga hatinya saja agar tidak goyah. Lebih baik menghindar dari malapetaka.
Ify sadar ada sebagian kubu hatinya yang mengerang kecewa dan menginginkan Rio. Tapi, untung akal sehatnya masih bisa menyelamatkan dirinya dari kesesatan. Ia tidak bisa terus terlena menggalaukan Rio. Walau ini masih terlalu dini, ia harus mulai sedikit-sedikit melupakan setelah berhasil merelakan. Berhubungan dengan Rio sama sekali tidak membantu.
Drrt..drrt..
Ponsel Ify kembali diusik sesuatu. Ada sebuah pesan masuk dan masih dari orang yang sama dengan yang meneleponnya beberapa menit lalu. Mau tidak mau ia mengecek isinya karena bukan sesuatu yang bisa ditolak seperti sebelumnya.
'Udah mau tidur? Mau gue nyanyiin kayak biasanya?'
Kayak biasanya...Kayak biasanya...
Sayangnya menurut Ify, seharusnya sudah tidak ada lagi yang 'biasanya' di antara mereka. Semua yang biasanya dulu sekarang akan berubah luar biasa kalau mereka ulang karena mereka bukan siapa-siapa untuk satu sama lain.
Dada Ify makin terasa tak nyaman. Sempat ia bertanya apa tujuan Rio menghubunginya seperti ini. Tapi kemudian ia berusaha mengenyahkan rasa peduli dan meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia lalu berbaring di atas ranjang dan memutuskan segera tidur. Hitung-hitung mempersingkat durasinya memikirkan Rio untuk hari ini.
***
Dunia Via sudah kembali berputar pada porosnya seperti sedia kala. Lebih tepatnya, dirinya sudah mulai bisa sedikit-sedikit menyamakan langkah dengan jalan dunia yang kejam. Setidaknya, Via tidak lagi sibuk meratapi diri karena kebagian nasib buruk. Karena sebenarnya hidupnya tidak semengenaskan itu.
Pagi ini, Via dan Fira sarapan bersama selayaknya yang selalu mereka lakukan setiap hari. Bahkan hampir menyerupai semua pagi mereka sebelumnya, di mana tidak ada Riza di tengah-tengah mereka.
Via sudah tidak ada hasrat bertanya dan Fira pun tak jauh beda. Bukan mereka sudah melupakan laki-laki itu. Mereka hanya memilih menerima kenyataan. Memangnya bermimpi tidak melelahkan? Apalagi kalau tak pernah sampai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking
Teen FictionPerjodohan tidak melulu soal pasangan. Perjodohan tidak harus oleh manusia. Semua kehadiran, kepergian, pertemuan, perpisahan, peristiwa, perasaan, apapun yang terjadi dan ada di dunia ini sudah tercantum dalam list perjodohan milik Tuhan. Yang piki...