Part 37 - Lost

3.9K 144 5
                                    

Semenjak ucapan Cakka mengenai Kiki, perasaan Agni pada Kiki berubah  aneh. Ia selalu merasa canggung dan grogi tiap kali Kiki ada di  dekatnya, apalagi mengajaknya bicara. Sampai-sampai ia tidak  memperbolehkan Kiki masuk ke dalam kamar, meski tidak secara langsung.

Ia  hanya mengunci pintu saat masuk ke kamar. Alasannya ia ingin tidur dan  tidak ingin diganggu. Tidak bohong memang kalau ia ingin tidur. Tapi,  alih-alih tidur, menutup mata saja ia tidak bisa. Ia terus memikirkan  hubungannya dengan Kiki. Ia yakin setelah ini ia pasti tidak akan  bersikap seperti biasa pada Kiki.

Namun, ia  tidak ingin Kiki menyadari perubahan dalam dirinya. Ia tidak ingin Kiki  bertanya. Ia tidak ingin Kiki tersinggung. Ia tidak ingin Kiki juga  sadar kalau mereka berdua tetaplah dua orang asing. Dan, entah firasat  ini datang dari mana, ia takut Kiki akan merasakan yang lain padanya.

Jatuh  cinta misalnya. Karena ia tidak akan bisa membalas perasaan pemuda itu.  Ia tidak ingin Kiki merasakan kesedihan karena cinta tak terbalas. Ia  akan merasa sangat bersalah dan tidak tahu diri karena Kiki dan  keluarganya sudah terlalu baik padanya.

"Katanya mau tidur?" celetuk Kiki yang tiba-tiba muncul di samping tempat tidurnya.

Agni  langsung bangun dari tidurnya. "Kok lo bisa masuk?" tanyanya kaget.  Kiki menunjuk kamar mandi kamarnya dengan dagu. Agni lantas menepuk  kepalanya. Baru ingat kalau ada connecting door di kamar mandinya dengan kamar sebelah yang tak lain kamar Kiki. Kiki pasti masuk ke dalam kamarnya dengan itu.

"Lo  kenapa mendadak ngunci diri di kamar dan malah uring-uringan?" tanya  Kiki yang sudah mengambil tempat di atas kasur. Agni memandang Kiki lalu  menghela napas. Ia harus bilang apa? Pikirnya.

"Yee..malah bengong!" Tegur Kiki karena merasa diabaikan.

"Gue..cuma lagi mikir aja." Agni akhirnya menjawab walau tak yakin.

Kiki  mengerutkan dahi menunggu ucapannya kembali. "Gimana ya kalo misalnya  di antara kita ada yang jatuh cinta?" sambungnya kemudian seraya  memandang Kiki. Hanya sebentar karena setelahnya ia memalingkan wajahnya  ke arah lain.

Kiki terkejut bukan main  mendengar itu. Kenapa Agni sampai bisa berbicara begitu? Apa Agni tahu  soal perasaannya? Atau ada seseorang yang memberi tahu? Ia terus  bertanya-tanya hingga tiba-tiba muncul sebuah jawaban yang menurutnya  amat pasti.

Cakka!

"Cakka!" desisnya tanpa sadar.

Agni langsung menoleh penasaran. "Kenapa sama Cakka?"

"Cakka pasti ngomong aneh-aneh sama lo kan?" tanya Kiki seraya menaikkan satu alisnya curiga.

Agni berkedip cepat beberapa kali dan mengangguk jujur. "Kok lo tau?"

Tampang Kiki seketika berubah malas. "Ya kalo gak, mana mungkin lo tiba-tiba mikir gitu."

Agni  hanya meringis lalu menunduk. Tiba-tiba ia merasa malu karena sempat  berpikiran 'aneh' setelah melihat reaksi Kiki saat ini. Jelas-jelas yang  ia pikirkan itu tidak masuk akal dan tidak penting juga. "Iya, ya.  Ngapain juga gue mikirin gituan? Ckckck." Katanya seraya tergelak  ringan.

"Tapi, kalo misalnya kejadian, menurut lo gimana?" tanya Kiki tiba-tiba, yang membuat jantung Agni hampir copot saat itu juga.

"Hah? Me—menurut gue gimana apanya?" Sahutnya gelagapan. Kiki tidak sedang bertanya serius, kan?

Benar  saja, Kiki mendadak tertawa. Ia diam-diam mendesah lega. Yah,  setidaknya saat ini Kiki tidak serius dan ia tidak harus menjawab.

"Becanda, Ni. Lo serius banget!" Tukas Kiki.

MatchmakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang