Part 42 - After the Reckless

4.9K 197 10
                                    



'Cause, baby, we're just reckless kids, trying to find an island in the flood - Lights Down Low

***

Tangis Ify masih berderu-deru saat Rio tiba-tiba menegakkan badannya dan duduk sedikit menghadap gadis itu. Rio meraih wajah Ify dengan salah satu tangan sementara tangan yang lain masih setia memegang bagian perutnya yang tertancap pisau.

"Hey, hey, hey! Gue gapapa, Fy. Udah jangan nangis lagi ya. Gue ga bakalan mati ini, suer dah!" Bujuk Rio dengan lembut. Ia kemudian mengusap bagian bawah mata Ify yang basah oleh air mata.

"Rio. Itu pisau!" Geram Ify tertahan. Ia sedih dan panik tapi juga kesal karena Rio bisa-bisanya bersikap santai. Selalu saja seperti itu.

Dada Rio menghangat. Ia benar-benar lega sekarang. Akhirnya...akhirnya ia bisa menggapai gadisnya lagi dengan tangannya. Akhirnya!

"Ini cuma pisau lipet kecil buat motong buah, Fy. Percaya deh, gue bakal baik-baik aja."

Ify diam seraya menatap Rio mencari keyakinan. Napasnya masih tersengal-sengal karena isakannya belum reda. Berikut air mata yang terus saja menetes dari sudut mata. "Emang gak sakit?" Cicitnya dengan bibir mengerucut.

Rio hendak tertawa namun seketika terhenti oleh rasa nyeri pada bagian perutnya. Ia lupa kalau ada luka dengan pisau yang masih menancap di daerah sana. Tentu akan terasa nyeri bila area sekitarnya digeraknya, misalnya ketika ia tertawa.

"Akh!" Ringis Rio. Ify yang tadi sudah mulai tenang langsung kembali panik dan memberondongnya dengan pertanyaan.

Rio seolah tersadar kemudian segera melenyapkan ekspresi kesakitan dari wajahnya. Andai saja ia tidak butuh perawatan saat ini, ia pasti sudah membawa lari Ify tanpa memedulikan apapun lagi. Tapi kemudian ia lega. Untung saja tadi ia bergerak cepat. Kalau tidak, pisau sialan ini pasti sudah menancap dengan mengerikan di perut Ify.

Rio tersenyum kemudian meletakkan tangannya melewati kedua bahu Ify, memberi kode pada gadis itu kalau ia hendak berdiri. "Kita mesti ke rumah sakit, Fy."

Rio menyadarkan Ify tentang apa yang seharusnya mereka lakukan sekarang. Ify terkesiap dan lantas mengangguk patuh. Ia kemudian dengan hati-hati membantu Rio hingga berdiri dengan sempurna.

Debo tampak berjalan cepat hendak menghampiri Ify dan Rio. Ia baru saja selesai memastikan Dea benar-benar dibawa ke rumah sakit. Ia tahu Rio terluka namun ia harus memastikan Dea lebih dulu.

Meskipun sudah banyak orang yang mengawal gadis itu, ia tetap hanya bisa percaya pada matanya sendiri. Ia tidak ingin kecolongan jika Dea kembali berpura-pura dan akhirnya mengelabuhi orang-orang yang ingin membawanya.

Langkah terburu-burunya berhenti ketika melihat dua orang yang ingin ia temui sedang berjalan keluar area taman. Ia menghela napas lega melihat Rio yang kelihatan baik-baik saja. Meskipun ia sedikit ngeri melihat kepala pisau menggantung di perut sebelah kiri pemuda itu.

Ia tanpa mengucapkan apapun kemudian berbalik kembali mendekati mobilnya. Ia membuka pintu bagian tengah demi memudahkan Ify dan Rio masuk. Di dalam, Via langsung menolehkan kepalanya ke belakang mencari tahu bagaimana keadaan Rio dan Ify.

"Gue gatau ini semua apaan tapi..lo berdua gapapa?" Via menurunkan pandangannya pada luka di tubuh Rio dan raut wajahnya berubah sedikit khawatir.

Rio tidak menjawab melainkan memilih merebahkan tubuhnya dengan menyandarkan kepala di paha Ify. Ia berseru girang dalam hati. Sudah lama sekali rasanya ia tidak sedekat ini dengan Ify. Sayang ia harus lagi-lagi bersabar menunggu lukanya diobati.

Rasa cemas dalam dada Via seketika lenyap. Tingkah Rio saat ini benar-benar seperti tidak terjadi apa-apa pada pemuda itu. Seharusnya ia marah karena Rio seenaknya menempel pada Ify, temannya yang sudah pemuda itu buat galau berat berhari-hari hingga hari ini.

MatchmakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang