ENDING

6.1K 249 41
                                    

Percayalah ini bikinnya susah, gadeng ga susah2 amat juga. Cuma kali ini gue beneran mikir, ga kayak sebelumnya😂😂😂 Good luck!!

***

Sehari sebelum promnight, kelompok paduan suara Parfait melakukan gladik resik  sebelum benar-benar tampil esok hari. Itu artinya Agni mau tidak mau mempersiapkan diri untuk menghadapi Cakka karena mereka sama-sama bagian dari pemain band pengiring.

Bukan dirinya tengah merasa percaya diri kalau Cakka akan mengajaknya bicara. Hanya saja, kemungkinan mereka tidak harus saling berbicara sangat kecil. Setidaknya mereka butuh komunikasi untuk koordinasi tempo, kunci nada, dan sejenisnya yang berkaitan dengan musik.

Dari awal Agni menginginkan dirinya dan Cakka bersikap biasa saja. Dengan begitu, keraguan di hatinya bisa sedikit dikurangi. Ia ingin menganggap Cakka seperti teman laki-lakinya yang lain. Ia ingin keluar dari obsesinya sendiri akan pemuda itu.

Ia bisa saja memberikan klarifikasi pada Cakka tentang siapa dirinya. Tapi setelah peristiwa di Bogor beberapa waktu lalu, ia jadi berpikir ulang. Apa yang mau dirinya kejar dengan mengaku siapa dirinya? Apa yang ia harapkan kalau Cakka tahu dirinya adalah Nia yang asli?

Memang suatu hal yang menyenangkan bisa berkumpul kembali dengan teman masa kecil. Tapi kalau hal itu dijadikan jaminan untuk  menentukan perasaan, esensi perasaan itu sendiri akan hilang.

Bukankah orang-orang bilang cinta tidak pernah memilih? Lalu apa bagusnya kalau kita memilih dari awal sebelum perasaan itu ada? Orang-orang juga bilang cinta tidak memiliki alasan. Lalu untuk apa dicintai hanya karena dirinya punya sejarah khusus?

Hal ini bukan berlaku untuk Cakka saja, melainkan dirinya sendiri. Ia juga harus memikirkan ketulusan perasaannya. Kisah Nia dan Aga hanyalah kisah lama. Durasinya juga tidak begitu panjang. Mereka mungkin merasa rindu. Akan tetapi, mereka telah melewati terlalu banyak waktu dalam kondisi terpisah. Selama itu, ada banyak perubahan yang bisa terjadi.

Agni memang tetaplah Nia. Cakka pun tetaplah Aga. Namun, apa mereka berdua masih Nia dan Aga yang sama bagi mereka berdua? Rasanya tidak. Buktinya, bagaimana Agni dan Nia saja berbeda.

Nia dulu gadis yang sama tangguhnya seperti Agni. Namun Nia jauh lebih feminim, Oik tentu lebih mirip daripada dirinya sendiri. Nia suka memakai dress ketimbang celana. Nia senang melihat benda-benda lucu ketika diajak ibu panti jalan-jalan ke toserba. Nia mengisi sisi kosong tempat tidurnya dengan boneka, baik yang dibeli sendiri maupun didapat dari sumbangan sosial.

Seiring berlalunya waktu, sifat tangguh Nia menjadi lebih mendominasi. Ia menguasai bela diri. Ia belajar memperbaiki sesuatu yang biasanya butuh tenaga laki-laki. Ia tidak mudah menangis karena sebal atau marah apalagi mengambil hati ucapan orang lain. Ia selalu berbicara apa adanya dan tidak bertele-tele. Celana selalu menjadi pilihan pertamanya dalam berpakaian.

Ia membentuk dirinya menjadi seseorang yang tidak tampak mudah bagi orang lain. Ia menciptakan benteng kokoh agar dirinya tetap bertahan dari apapun yang mengganggu. Bukan karena dirinya merasa sebatang kara, hanya saja wanita-wanita heroik yang ia tonton di film-film tampak lebih keren di matanya. Kuat hanya dengan diri sendiri rasanya lebih sederhana dan tidak semerepotkan ketika harus menunggu uluran tangan orang lain untuk bangkit.

Agni dan Nia nyaris 180 derajat berbeda sementara Cakka hampir tidak berubah sama sekali. Ia tetap melihat diri Aga dalam Cakka. Yang berbeda hanyalah kesukaan pemuda itu pada hujan yang dulunya adalah fenomena favoritnya namun kini selalu membawa aura negatif dalam hatinya. Apa Cakka masih akan menerima 'Nia'-nya?

"Ni?"

Tepat ketika kaki Agni baru saja menginjak bagian luar gedung setelah gladi selesai, Cakka langsung menahannya. Ia tidak menduga ini sebelumnya namun tidak pula membuatnya kaget.

MatchmakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang