Agni meneguk sesekali susu khusus ibu hamil yang diseduhnya beberapa saat lalu, bergantian dengan menyantap satu per satu potongan pepaya dalam piring di depannya. Ia duduk di kursi meja makan sembari menunggu Cakka yang masih dalam perjalanan pulang dari kantor.Ia memainkan ponsel sambil menikmati cemilan malam, berhubung sekarang sudah jam setengah 9, demi mengisi waktu sendirinya beberapa saat ke depan sebelum Cakka tiba. Sejak resign, 24 jam penuh waktu Agni hanya dihabiskan di rumah. Kebetulan, ia pun mendadak malas berkegiatan apapun di luar. Apapun itu, ia hanya akan melakukannya di rumah saja.
Terkait pekerjaannya dulu, ia sebenarnya tidak benar-benar dibolehkan resign oleh atasannya terdahulu. Atasannya itu masih berharap ia akan kembali bekerja dan memintanya berpikir ulang soal keputusannya. Surat pengunduran dirinya bahkan ditangguhkan dan sang atasan rela membuatkan sendiri permohonan cuti untuk dirinya.
Sang atasan terlalu menyukai kinerjanya, bukan bermaksud untuk sombong. Itu sebabnya ia tidak direstui untuk angkat kaki. Ia pun sejujurnya merasa berat untuk melepas posisinya yang sudah susah payah ia capai. Apalagi, ia juga mencintai pekerjaannya. Rasanya hampir sama ketika ia disuruh meninggalkan Cakka, meskipun meninggalkan Cakka pasti masih menempati urutan pertama.
Hanya saja, rumah tangganya masih lebih butuh ia perhatikan dan perjuangkan. Memang keputusan yang baik untuk memfokuskan jiwa dan raga pada sesuatu yang genting. Kalau ia masih bersikap egois, setahun dua tahun mungkin tidak masalah, tapi tahun setelahnya tidak ada jaminan. Bila Cakka akhirnya jengah, hal tersebut akan wajar adanya dan ia tidak bisa menyalahkan suaminya.
Yang lebih membahagiakan adalah mendapati respon Cakka atas keputusannya. Pria itu tidak serta merta setuju dan mendiktenya kalau ia memang harus jadi pengangguran saja. Suaminya justru mengizinkannya berpikir ulang dan mengatakan akan mendukung apapun keputusannya nanti. Sang suami percaya padanya, percaya jika ia bisa membagi waktu dengan tepat antara bekerja dan mengurus rumah tangga.
Cakka hanya mewanti-wanti agar ia tidak memforsir diri dan selalu pulang dalam bentuk kelelahan. Suaminya merasa telah mengeksploitasi dirinya bila ia terlalu lelah bekerja. Cakka amat melarang jika ia bekerja dengan mindset untuk membantu menunjang keuangan rumah tangga. Cakka membuka pintu lebar-lebar untuk dirinya bekerja hanya jika tujuannya untuk menyenangkan diri.
Lelaki kalau pikirannya sudah matang memang mengagumkan.
Agni pikir, Cakka tidak akan berubah jauh setelah menikah. Ia pikir ia masih akan menghadapi Cakka yang sama seperti 4 tahun belakangan. Tidak seratus persen salah. Cakka masihlah playful seperti biasa, hanya saja dia jauh lebih perhatian. Mungkin juga karena menikah membuat mereka tinggal di satu atap dan memiliki frekuensi pertemuan yang pasti lebih besar, kesempatan ia mendapat perhatian dari Cakka makin banyak sehingga terasa lebih dari sebelumnya.
Selain itu, semuanya hampir sama. Jahilnya, tengilnya, pola pikirnya, sabarnya, plus mesumnya, semua masih sama. Kebiasaan yang terakhir itu membuatnya memiliki ide untuk mengerjai sang suami selama beberapa hari terakhir. Sikap Cakka ketika menahan 'siksaan' darinya betul-betul layak untuk dinikmati dan sangat adiktif. Ia jadi terus dan terus ingin menjahili.
Hari ini, tepatnya malam ini, ia berniat mengakhiri kegiatan menyiksa sang suami selama beberapa waktu ini. Bukan, bukan karena ia kasihan pada suaminya, melainkan karena ia bosan dan tengah mencari inspirasi terkait siasat lain untuk menjahili Cakka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking
Teen FictionPerjodohan tidak melulu soal pasangan. Perjodohan tidak harus oleh manusia. Semua kehadiran, kepergian, pertemuan, perpisahan, peristiwa, perasaan, apapun yang terjadi dan ada di dunia ini sudah tercantum dalam list perjodohan milik Tuhan. Yang piki...