Tamatnya sebuah drama malam ini menyesatkan segala pemikiran ku; tidak. Lebih tepatnya aku bernostalgia. Ini bukan sebuah sindrom akibat drama romantis yang baru saja selesai ku tonton hingga habis. Ku rasa ini sebuah benang kusut yang berupa kenangan indah namun dengan segala usaha kulupakan. Terlalu banyak kata pembuka pada cerita ini. Sebut saja aku gadis yang pandai berbasa basi; aku lebih suka menunda membahas hal inti dengan mengatakan lebih banyak intro untuk -setidaknya- menghibur lawan bicara ku;para pembaca cerita ku/?. Insting ku mengatakan kalian mulai lelah menghadapi kata demi kata yang kulontarkan. Baiklah akan kuceritakan tentang hari itu, saat dimana seorang gadis yang baru saja beranjak remaja memiliki rasa kagum yang berlebih pada seorang pria seusianya.
Waktu itu ;
"Apa kau memiliki selembar tisu untuk ku? " seru gadis itu - sebut saja aku - kepada seluruh kawan sejenis nya. Namun hal itu sia-sia tak ada yang suka rela memberi gadis arogan itu ;
...
Aku tak henti henti nya melontarkan kekesalan ku akibat debu yang menempel diwajah ku. " wajah mu terlihat kusam " seorang anak lelaki menegur; lebih tepatnya mengejek ku di dekat toilet sekolah . " mungkin mata mu bermasalah, aku sangat cantik , itulah kata kata yang selama ini familiar ditelinga ku" aku menatap nya sinis.
" mengapa perempuan sangat peduli pada 'cantik' jelas jelas kata itu bisa dilontarkan kapan saja ia mau, entah itu fakta atau fatamorgana " seru lelaki itu tak mau kalah mungkin?
" ah aku rasa wanita memang perlu cantik untuk memikat pria dan menikah dengannya" aku berkata sembarang , jujur saja hal ini terlalu sepele dan tak mungkin akan berakhir dengan obrolan panjang, nyatanya salah lelaki itu sangat suka membahas suatu hal sepele yang mengakibatkan terlibat nya aku dan dia dalam obrolan panjang
" yah aku setuju akan hal itu, segala pria dan wanita akan mencintai seseorang dari mata " lelaki itu menyandarkan tubuhnya pada dinding yang tepat berada sebelahnya
"Ah tidak semua wanita seperti itu , wanita mencintai sesorang karena sikapnya . Mungkin itu hanya kaum mu saja " aku tak mau kalah, bagi ku ini merendahkan derajat kaum ku. Lebih tepatnya harga diri ku
" oh ya? Bagimu itu hanya kaum ku saja? Aku mengerti mengapa wanita susah payah melakukan perawatan yang harga nya tak mungkin semurah yang ku bayangkan , ternyata mereka terlalu terobsesi untuk memikat para kaum ku, bukankah begitu yang kau maksud ?" Lelaki itu menatap ku penuh kemenangan , aku terdiam. Aku akan merangkai kata indah untuk membuatnya berpikir dua kali dalam hal berdebat dengan ku.
" berarti hal itu tidak menjanjikan para kaum ku untuk setia , bisa saja bila kaum mu sudah menua dan tak secantik waktu muda , kaum ku boleh mencari wanita yang memikat nya bukan? Ah apakah kaum mu tidak pernah terpikirkan bahwa kalian dibuat kerepotan oleh kaumku? Kalian melakukan perawatan hanya untuk memikat kaum ku? Lalu kalian dicampakkan hahaha , sangat bodoh. " lelaki itu menatap ku dengan kemenangan yang tak ia sembunyikan; sangat nyata ia mengolok kekalahan ku.
" tidak , tidak semua seperti itu, dan itu hanya hipotesis mu. " Aku berbicara tak berani menatap nya , ku rasa aku telah menjatuhkan harga diri kaum ku .
" kau sendiri yang mengatakannya bukan? Seharusnya kalian merawat diri karena kalian sendiri . Yah bisa dikatakan untuk merawat kebersihan tubuh kalian sendiri agar lebih bugar atau sebagai bentuk syukur kepada Tuhan . Tidak seharusnya untuk meningkatkan hawa nafsu lawan jenis kalian yang kelak mungkin saja bisa bosan dengan kecantikan yang kalian miliki . Fokus lah kepada kecantikan hati" lelaki itu berlalu , ia pergi meninggalkan aku dengan debaran dadaku. Sebuah bibit kagum yang akhirnya menjadi benih cinta.
Sejak itu , aku merubah prinsip hidup ku. Kurasa aku membutuhkan dia dalam melanjutkan hidup ke jalan yang lebih bermakna dan hal tersebut awal perjalanan ku yang mengantarkan ku kepada kesedihan yang mendalam hingga benci dan dendam yang tertanam

KAMU SEDANG MEMBACA
UNSAID
PoetryPada catatan ini boleh kah saya meminta? Bacalah segalanya menggunakan hati, boleh saja hati yang sedang terluka. Agar kalian dapat merasakan begitu pahitnya ditinggalkan, dikecewakan, dan ditiadakan. Bila sudah, maka kau akan merasakan hati dan pik...