Aku mencari-cari nisa karena sejak pagi aku sampai sekarang siang aku tidak melihat nisa, kemana nisa aku ingin bersamanya. Aku mencari mengelilingi pesantren namun aku tidak menemukannya yang ada aku menemukan kak zidah.
"Apa yang kamu cari marwah" tanya kak zidah
"Aku mencari nisa kak" jawabku
"Memangnya nisa ga bilang ke kamu" ucapnya
"Bilang apa kak" tanyaku penasaran
"Nisa itu sekarang sedang bersama orang tuanya sedang ikut seleksi" jawabnya
"Seleksi apa kak" tanyaku ulang
"Seleksi beasiswa universitas dimalaysia"
Aku diam tanpa bicara, bagaiman tidak nisa menyembunyikan semuanya nisa hendak pergi dariku. Dia sudah merangkai masa depannya berbeda denganku yang rasanya tidak ingin aku pergi dari pesantren ini karena tujuanku jika keluar tidak jelas.
"Kamu kenapa diam, kamu sedih karena nisa tidak mengajakmu ikut seleksi" tanya kak zidah
Akupun mengangguk karena jujur akupun ingin ikut seleksi itu.
"Kamu tidak perlu sedih karena nisa sudah bercerita semuanya" ucap kak zidah yang membuat aku bingung apa maksudnya sehingga aku hanya duduk terdiam.
"Kamu bingung lagi" tanyanya, akupun mengangguk
"Gini nisa itu dijodohkan sama orang tuanya dengan anak sahabat ayahnya yang ada dimalaysia, jadi dia bisa memilih malaysia karena disana dia menjadi dua peran yaitu ibu rumah tangga dan mahasiswa" jelasnya
Akupun terbengong, nisa dijodohkan hendak menikah tapi kenapa dia tidak bercerita kepadaku.
"Bingung lagi karena nisa tidak bercerita kepadamu" tanyanya ulang, entah tau dari mana kak zidah mengetahui pemikiranku.
"Nisa tidak bercerita karena dia ingin kamu belajar hidup tanpanya"
"Iya kak marwah paham" celetukku tiba-tiba entah apa maksudnya
"Lalu kenapa kamu terlihat sedih"
"Marwah bingung kak, setelah wisuda nanti marwah mau kemana kak" curhatku
"Kamu tidak usah bingung karena aku akan mengajakmu ikut denganku ke yaman" ucapnya
Aku menatapnya penuh kebingungan
"Aku dan nyai sudah membicarakannya aku akan mengajakmu ikut denganku ke yaman, lagi pula di universitas tempatku belajar ada jalur beasiswa kok kamu tidak perlu takut" ucapnya selaras memegang tanganku
Aku memikirkannya sejenak apakah aku akan mendapatkan beasiswa itu.
"Yasudah aku hendak ke masjid, kamu belajar yang rajin" ucap kak zidah selaras dengan dirinya pergi
Aku masih terduduk memikirkan semuanya.
Mulai dari nisa yang hendak pergi dan akan sulit buat kita berdua saling bertemu karena dia akan sibuk dengan keluarga barunya dan sekolahnya. Dari diriku yang merasa tidak tau arah. Dari ajakan kak zidah yang menimbulkan keinginanku untuk ikut dan belajar lebih dalam mengenai agama namun satu sisi bagaimana dengan nasib anak-anak jika aku pergi bagaimana dengan mereka, siapa yang akan menggantikanku. Aku mulai berjalan tanpa arah sambil memikirkan semuanya, bagaimana aku harus melangkah. Aku mempunyai keinginan namun aku terpikat tanggung jawab aku benar-benar merasa bingung memikirkannya hingga aku tidak sadarkan diri masuk kawasan putra."Hei kau kenapa masuk kemari" teriak seseorang yang menyadarkan lamunanku
Aku melihat semuanya berisi manusia berjenis kelamin pria aku memukul kepalaku sendiri,menutupi mukaku kemudian berlarian keluar dari asrama putra.
"Astaghfirullahhhh.... Astaghfirullllahhhh" batinku terus beristighfar. Aku berlari menuju masjid untuk menyadarkan semuanya, untuk ketenangan diri dan untuk meminta petunjuk kepada allah swt.
Saat hendak memasuki masjid aku mendengar suara sholawatan sangat merdu, aku seperti mengenali suara itu, aku mencari sumber suara itu dari arah belakang aku mengenalinya sepertinya dia adalah nisa. Aku mendekatinya.
"Assalamualaikum nis" salamku
Nisa menengokkan badannya kemudian menjawab salamku. Aku duduk berada disampingnya.
"Ada apa nis" tanyaku langsung, karena aku tau jika nisa bersholawat dengan keras dia sedang mengalami kegundahan.
"Hmm tidak apa-apa mar" jawabnya
"Masalah perjodohan" celetukku
Nisapun mengangguk
"Memangnya kenapa dengan perjodohannya" tanyaku
Belum sempat bercerita nisa tiba-tiba memelukku,terdengar ditelingaku rintihan tangis. Aku melepaskan pelukan itu kemudian mengahapus air matanya dan mencium keningnya.
"Cerita sama aku" tanyaku ulangNisa menggenggam tanganku erat
"Marwa.. Maafkan aku" ucapnya
"Maaf untuk apa nisa" tanyaku
"Maafkan aku yang tidak bisa selalu disampingmu, aku tidak ada keberanian untuk bercerita masalah perjodohan ini, karena aku tidak ingin jauh darimu, aku tidak mengharapkan semuanya" ucapnya teriringi tangisan kemudiam kembali memelukku
"Maafkan aku marwa, sungguh aku tidak kuasa pergi darimu" lirihnya
Aku mengusap-usap punggungnya, aku tidak bisa menahan air mataku akupun ikut menangis dan memeluknya.
Nisa melepaskan pelukannya, kemudian menggenggam tanganku erat dia menatapku dalam mencium tanganku yang dia genggam.
"Marwaa maaf aku sungguh ini semua bukan keinginanku,esok hari aku sudah harus per" ucapnya terputus karena senduhan tangis
Aku tidak bisa berucap apa-apa jujur saja aku tidak bisa jauh darinya dia seperti saudaraku dia adalah orang yang mengerti diriku setelah ibuku,aku memeluknya erat karena aku tau semuanya akan ada kerinduan panjang.
"Beesssokk.. Akkuu perrgiii" lirihnya
Aku terdiam tidak menjawab, aku memejamkan mata seakan semua itu hanya ada aku dan nisa aku menenangkan diri membayangkan semua apa yang telah kami lalui, mulai dari dimana awal kita bertemu dimana nisa terlihat anak nakal, dimana nisa awal selalu menggangguku, dimana nisa yang iseng jika aku sedang tidur, dimana kami berdua bernyanyi bersama, dimana kami menari bersama dan tawa kami yang mengisi hari-hari kami. Ingin rasanya aku mengulang semua namun dunia itu berputar semestinya,berputar sesuai waktu, dan hatiku ku menyadarkan bahwa keinginanku bukanlah hal masuk akal semua itu tidak akan kembali semua telah berlalu dan menjadi kenangan.
******
Syukran Katsiran Telah Membaca.
Tanggapan dan pemberian suara adalah suatu motivasi untukku.📝 Akhwatalmuhajir
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-FATIHAH Untukmu
Espiritual[proses] Islam, Iman, Ihsan adalah suatu perasaan,pemikiran,tindakan yang suci, tulus, yang selalu bertawakal kepada Allah SWT dalam keadaan apapun.