TITIK HARAPAN

531 27 2
                                    

Sabtu menjelang ahad adalah hari dimana kesibukan benar-benar kompleks.
Para santri wa santriwati sibuk mempersiapkan acara besok yaitu perlombaan  dan sekaligus penjengukan.

Saat keadaan seperti ini adalah keadaan dimana aku ingin berjumpa dengan ibuku, bagaiman tidak aku terpisahkan sudah selama tiga tahun lebih dengannya. Demi sebuah mimpi aku dan ibuku memilih terpisah meski jauh tetapi hatiku selalu merasa dekat dengannya.

"Ittaqillaah Haitsumma Kunta" kata itu yang selalu aku ingat dari ibuku, Yang menjadi suatu motivasi untuk aku terus bertakwa kepada allah swt.

"Assalamu'alaikum.. " salam seorang pria dari arah belakang

Kubalikkan badan kemudian menjawab salamnya. Aku tidak tau siapa dia dan wajahnya seperti apa karena aku tidak memandangnya.

"Kamu marwah bisa kita berbicara sebentar apa aku mengganggumu" ucapnya

"Tidak, silahkan mau berbicara apa" jawabku

"Asalmu dari bandung" tanyanya

Entah mengapa dia menanyakan asalku.

Aku mengangguk untuk menjawabnya

"Apa kamu rindu ibumu" tanyanya lagi

Aku mengangguk

"Apa kamu ingin berjumpa dengannya" tanyanya lagi

Kini aku tidak mengangguk melainkan berbalik bertanya kepadanya.

"Ada apa gerangan ya ikhwan, kenapa kau menanyakan soal ibuku" tanyaku

"Maaf jika lancang, tetapi apakah kamu mau ibumu menjengukmu, kebetulan aku sama denganmu berasal dari bandung,jika kamu mau biarkan ibumu kemari dengan kedua orang tuaku" jawabnya

Aku tidak tau bagaimana dia tau, siapa dia sebenarnya aku merasa penasaran dengannya ingin sekali aku memandang wajahnya namun aku tidak mampu perasaan malu itu ada.

"Siapa namamu, bagaimana kamu tau aku" tanyaku

"Apa kamu tidak mengenaliku, bagaimana kamu lupa dengan suaraku"

Jawaban itu semakin membuat aku penasaran, aku berusaha mengingat-ingat suara siapakah yang tidak aku kenali.

"Sebutkan saja siapa namamu, aku tidak dapat mengingatnya"

"Aku adalah seorang pria yang dahulu selalu kamu diamkan"

Kata kunci itu yang dia ucapkan, aku berusa mengingatnya siapa,bagaimana aku bisa mengingat sejak dahulu aku tertutup dengan semua pria aku tidak mungkin mengingatnya satu persatu

"Baiklah aku rasa kamu tidak ingat, baguslah kamu tidak berubah" ucapnya ulang

Aku masih terdiam

"Tidakkah kamu melihat wajahku sebentar, apa kamu tidak ingin mengenalku, lihatlah wajahku satu kali agar kamu dapat mengenaliku"

"Maafkan aku, aku tidak bisa melihatmu" ucapku

"Apakah prinsipmu itu jangan melihat wajah seorang pria, sehingga sejak dahulu kamu tidak pernah memandang kaum pria"

"Sudah selesai bicaranya, tolong jawab siapa dirimu jika tidak aku mohon maaf harus pergi sekarang" jawabku

"Baiklah aku ahkam seniormu waktu kamu berada dipesantren lamamu,sekarang kamu mengingatnya"

Aku menggeleng, meski nama itu tidak asing ditelingaku namun aku tidak mengingatnya dengan baik

"Baiklah, jadi bagaimana apa kamu mau ibumu menjengukmu"

Aku terdiam memikirkannya, aku ingin berjumpa dengan ibuku tetapi aku tidak ingin menyusahlan orang lain hanya karena keinginanku ini.

"Terimakasih, namun itu semua tidak perlu biarkan aku dan ibuku berjumpa saat aku sudah sukses, aku pergi untuk membahagiakan ibuku sekarang aku belumlah sukses aku malu untuk bertemu dengannya karena aku belum bisa membahagiakannya" jawabku

"Apa kamu tidak merindukan ibumu" tanyanya

"Rindu itu ada tetapi rindu itu akan terobati dengan sebuah doa yang tulus,jika sudah tidak ada yang ingin dibicarakan lagi aku mohon pamit" jawabku

"Ah ya silahkan" jawabnya

"Assalamualaikum" salamku selaras pergi darinya

"Wa'alaikumsalam" jawabnya yang aku dengar

*****

Syukran Katsiran Telah Membaca.
Tanggapan dan pemberian suara adalah suatu motivasi untukku.

📝 Akhwatalmuhajir

AL-FATIHAH UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang