Catatan Pria 1

120K 1.1K 25
                                    

"Mayang Sekar Utami, anda di terima. Mulai besok anda bisa bergabung di perusahaan kami," kataku datar. Wanita bohay di hadapanku tak dapat menyembunyikan rasa gembiranya. Dia, menjabat tanganku dan pergi ke luar ruangan.

Walaupun sebenarnya secara spesifikasi dia tak terlalu spesial. Semuanya standar, tapi karena penampilannya yang menarik aku menerimanya jadi sekretarisku. Lumayan, buat merefres otak yang sedang panas. Masalah pekerjaan, gampang bisa dilatih ,kan? Yang penting pas di hati dulu.

Sore ini aku pulang dengan gembira. Akan ada sekretaris baru besok di kantor. Dita--istriku--menyambut di depan pintu.

"Mas, sudah pulang?" tanyanya basa-basi sambil mencium punggung tanganku.

"Iya, mana Aya?"

"Kan, kalau sore ke Madrasah Diniyah, Mas lupa?"

Aku tak menjawab. Hanya mengangkat bahu tanda tak mengerti, lalu bergegas masuk ke kamar.

Ada yang berbeda dari Dita hari ini, dia mengenakan baju terbaiknya, menggunakan gincu merah muda tak lupa dengan lukisan di alisnya. Sebenarnya istriku manis juga. Tapi karena malas merawat diri, tak jarang teman-temanku yang baru mengenalnya menganggap dia sebagai pengasuh anakku bukan istriku. Entah mereka bercanda atau beneran. Ha ... ha ... sialan.

"Mau kemana?"

"Ke arisan Ibu-ibu PKK, mumpung toko sepi, ya, sudah ditutup saja," sahutnya santai sambil memakai jilbab segi empat yang tak kunjung selesai karena dililit ke sana ke mari, tidak karuan modelnya.

"Mas jika mau makan sudah siap di meja makan, kuahnya ada di atas kompor, sudah dipanasin juga. Kalau mau minum es buah, ada  di kulkas. Kalau Mas ke kamar mandi tolong kran di matiin juga, ya. Terus kalau mesin cucinya sudah mati, tolong keluarin baju-bajunya sekalian jemurin," cerocosnya,  panjang seperti rangkaian gerbong kereta. Khas emak-emak. Apa setiap wanita lahir dengan kemampuan berkata-kata panjang dan cepat, bahkan mengalahkan kecepatan pesawat boeing buatan Pak Habibie.

Pikiranku menerawang pada Mayang, sedang apa dia sekarang?

*

"Mas, ayo bangun! Subuh dah hampir lewat. Nanti rejekinya dipatok ayam, lo. Ayaaa!!!! Ayo cepat mandinya! Nanti terlambat!" Teriak Dita dari arah dapur. Pagi ini seperti biasa aku dibangunkan oleh suara cempreng Dita. Hufftt ... dia tak pernah terlambat bangun, meskipun tak pernah memakai jasa alarm. Mungkin di tubuhnya sudah ada alarm otomatis yang selalu membangunkannya di saat yang tepat.

Aku membuka mata dengan malas. Berjalan keluar menuju kamar mandi. Terlihat Dita yang sedang sibuk di dapur dengan baju kebesarannya. Daster yang bolong di bagian ketiak. Rambut di kuncir seadanya. Benar-benar membuat mataku sepat rasanya.

Padahal, pagi-pagi itu biasanya hasratku sebagai lelaki sedang berada di puncak. Fantasiku liar. Ingin bermesraan dengan siapapun yang ada di dekatku. Tapi jika suguhannya tidak menarik, ya apa boleh buat?

Setelah melaksanakan sholat subuh, aku segera membantu Dita melakukan pekerjaan rumah yang lain. Entah itu sekedar menyapu halaman atau memasukkan baju ke mesin cuci. Sebenarnya maksudku itu supaya tugasnya semakin cepat selesai, jadi aku punya waktu sebelum berangkat ke kantor untuk bercinta dengannya. Namun sayang, semakin dibantu, dia malah malah semakin sibuk dengan pekerjaan yang lain. Katanya, mumpung ada yang bantu. Hadehh... tidak pengertian sekali. Malam katanya capek, pagi sibuk, siang aku di kantor. Kalaupun libur siang dia jaga toko sembako kami. Dita ... Dita ...

Setelah Aya siap, segera kuantar dia ke sekolah. Lalu akupun juga segera bersiap ke kantor.

"Kok, pagi amat ke kantornya?" tanya Dita heran melihatku sudah rapi dengan kemejaku.

"Biasa," sahutku pendek sambil mengiapkan berkas-berkas kantor yang harus kubawa.

"Sarapan dulu Mas, nih nasi goreng spesial  pesenanmu udah hampir siap," ucapnya sambil memasukkan sebutir telur ke penggorengan.

Aku menuruti perintahnya, duduk di kursi makan sambil melihatnya dengan cekatan memasak nasi goreng kesukaanku.

"Nanti sore, ke rumah Bu Ratih ya, Mas. Beliau baru saja melahirkan. Anaknya laki-laki. Pasti ganteng kayak ayahnya. Kali ini kabarnya lahirnya sesar. Padahal yang dua lahir normal. Kalau ingat pas melahirkan jadi kapok hamil lagi," cerocosnya hampir tanpa jeda.

"Ya sudah aku punya anak dari istri yang lain," ucapku datar. Dia mendengkus kesal dan menatapku tajam.

"Katanya kapok hamil? La, aku belum punya putra mahkota ini," lanjutku tanpa rasa bersalah.

"Kalau inget melahirkan ya, berasa ga pengen lagi punya anak. Tapi kalau lihat bayi itu rasanya seneng banget pengen punya banyak bayi."

"Ya udah kalu gitu bikin yang banyak, yuk," ucapku nakal. Tapi dia malah nyengir kuda.

Aku menyelesaikan sarapan, dan segera berangkat ke kantor. Dita mengantarkanku sampai depan pintu, kemudian memberi isyarat untuk mencium keningnya. Aku bergidik. Bibirnya mengerucut manja. Terpaksa aku mendekatkan wajahku pura-pura hendak menciumnya."Bau jigong," bisikku padanya. Dia mencubit tanganku gemas.

Sesampai di kantor, belum banyak pegawai yang  datang. Hanya beberapa pegawai saja yang memang rajin dan beberapa OB yang sibuk membersihkan ruangan. Melihat aku datang, mereka menghentikan aktivitas sejenak, sekedar memberi salam atau membungkuk takzim yang kubalas dengan senyuman dan anggukan.

"Selamat pagi, Pak Andre." Ada orang yang menyapaku dari arah belakang. Segera kupalingkan wajah padanya.

Seorang wanita dengan tinggi sekitar 165 cm berkulit kuning bermata bulat dan berhidung mancung berdiri tepat di hadapanku. Tubuhnya ramping, tapi dadanya cukup montok untuk ukuran wanita seramping dia. Dengan baju model sedikit terbuka di bagian dada membuatku semakin tergoda.

"Mayang, pagi sekali?" tanyaku heran.

"Ini hari pertama saya bekerja, jadi harus semangat," sahutnya renyah. Bibir tipisnya yang dipoles dengan gincu merah muda serasa menantangku untuk melumatnya. Tapi aku pura-pura bersikap biasa.

"Baiklah, ikut keruangan saya."

Mayang mengikuti perintahku. Disana aku menjelaskan apa saja tugasnya. Sesekali aku melirik pahanya yang mulus. Lumayan. Pagi-pagi menemukan ikan segar. Ha..ha..

Aku menatap bokong sintalnya saat keluar ruangan. Rok selutut dengan belahan yang tinggi membangkitkan fantasiku yang ... yah ... bisa dibilang liar mungkin. Hei jangan anggap aku berotak mesum. Wajar dong laki-laki. Berarti otakku ini masih normal.

Kalian saja para wanita yang terlalu baper. Pakai baju minim bahan. Tujuannya apa coba, menarik perhatian kami bukan? Kalau digoda marah. So mau kalian apa?


Nikmatnya Bercinta Dengan Sekretarisku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang